INSPIRATOR

Kisah Pendiri Toko Buku Gunung Agung yang Tutup setelah 70 Tahun Berdiri

Rizki Setyo Nugroho 22/05/2023 16:25 WIB

Mungkin banyak orang yang belum mengetahui bagaimana kisah pendiri toko buku Gunung Agung yang sudah 70 tahun berdiri. 

Kisah Pendiri Toko Buku Gunung Agung yang Tutup setelah 70 Tahun Berdiri (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Mungkin banyak orang yang belum mengetahui bagaimana kisah pendiri toko buku Gunung Agung yang sudah 70 tahun berdiri. 

Toko buku Gunung Agung bisa dibilang merupakan sebuah toko buku yang legendaris, didirikan pada 1953 oleh seorang mualaf bernama Tjio Wie Tay yang kemudian dikenal sebagai Haji Masagung.

Kisah Pendiri Toko Buku Gunung Agung

Pada akhir 2023 ini, toko buku Gunung Agung berencana untuk menutup seluruh gerainya yang tersebar di beberapa kota besar. Berikut adalah kisah pendiri toko buku Gunung Agung Tjio Wie Tay, atau dikenal dengan nama Haji Masagung:

Wie Tay diketahui merupakan anak keempat dari lima bersaudara. Sejak ayahnya wafat, Wie Tjay dan keluarganya yang lain mengalami kesulitan ekonomi dan menjadi anak yang nakal. 

Perjalanan hidup Wie Tjay bisa dibilang cukup keras. Untuk memperbaiki situasi ekonomi keluarganya, Wie Tjay bahkan melakukan tindakan pencurian dengan mengambil buku yang dimiliki oleh kakaknya, kemudian menjualnya kembali dengan harga 50 sen. 

Setelah buku-bukunya habis terjual, ia memutuskan untuk menjadi seorang peserta panggung yang menampilkan pertunjukkan senam dan aerobik dengan peran sebagai manusia karet.

Sebelum memulai usaha toko buku, Wie Tay mengawali karirnya sebagai pedagang rokok keliling di daerah Senen dan Glodok. Dengan pendapatan dari penjualan rokok, ia mulai menabung dan membeli meja untuk berjualan, karena pada saat itu ia belum mampu membuka kios sendiri. Selain menjual rokok, Wie Tay juga memperluas bisnisnya dengan menjual bir dan buku.

Pada awalnya, ia fokus menjual buku impor berbahasa Belanda yang ternyata mendapatkan respon yang sangat baik dari pelanggan. Melihat potensi ini, Wie Tay bersama dua sahabatnya, yaitu Lie Tay San dan The Kie Hoat, memutuskan untuk mendirikan sebuah toko buku dan alat tulis di Kwitang, Jakarta Pusat.

Namun, perjalanan bisnis mereka tidak berjalan mulus ketika Wie Tay mengusulkan penambahan modal untuk mengembangkan bisnis mereka. Lie Tay San tidak setuju dengan usulan ini dan akhirnya memutuskan untuk keluar dari bisnis tersebut.

Kemudian, Wie Tay dan Kie Hoat bersama-sama mendirikan toko buku mereka sendiri dengan nama Gunung Agung yang memiliki arti besar. Toko buku ini terus berkembang dengan pesat, bahkan menerima pesanan dari luar kota secara reguler. 

Ketika peresmian Toko Gunung Agung dilakukan, Wie Tay mengadakan pameran buku. Dengan modal sebesar Rp500.000, Gunung Agung berhasil memamerkan sekitar 10.000 buku. Setahun setelahnya, Wie Tay menggelar pameran buku yang lebih besar yang diberi nama Pekan Buku Indonesia 1954. Pada pameran ini, Gunung Agung memulai tradisi menyusun daftar lengkap buku dalam bentuk katalog yang dikenal sebagai bibliografi. 

Gunung Agung kemudian membentuk tim khusus yang disebut Bibliografi Buku Indonesia yang dipimpin oleh Ali Amran, yang juga menjabat sebagai kepala bagian Penerbit PT Gunung Agung.

Itulah sepenggal kisah pendiri toko Buku Agung yang menjadi legenda penjualan buku di Indonesia. 

SHARE