Kisah Perjalanan Karier Saleh Husin dari Penjual Kue Keliling hingga Jadi Waketum Kadin
Kisah perjalanan hidup Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Saleh Husin yang penuh liku dan inspiratif, terungkap dalam podcast The Fundamentals.
IDXChannel - Kisah perjalanan hidup Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Saleh Husin yang penuh liku dan inspiratif, terungkap dalam podcast The Fundamentals bersama Pemimpin Redaksi IDX Channel Masirom, yang tayang pada Rabu (16/7/2025).
Saleh Husin membagikan awal mula perjuangannya dari keluarga sederhana hingga menjadi figur publik yang dikenal luas. Dia mengawali ceritanya dari masa kecilnya yang penuh keterbatasan.
"Iya saya memang berasal dari keluarga yang sulit. Orang tua saya adalah seorang nelayan. Dan akhirnya pada saat masih kecil itu saya justru harus membantu ibu untuk berjualan kue," katanya.
Sejak kelas 5 SD hingga kelas 3 SMP, Saleh berjualan kue keliling kampung setelah pulang sekolah demi membantu perekonomian keluarga dan adik-adiknya.
Dari pengalaman tersebut, Saleh mulai mengenal sosok-sosok inspiratif. Dia mengaku terinspirasi oleh figur-figur tokoh dari tanah kelahirannya, Pulau Rote, yang berhasil di tingkat nasional, seperti Prof Adrianus Mooy. Selain itu, tokoh militer berjenjang jenderal bintang tiga serta Jenderal M Yusuf H yang fenomenal, juga menjadi panutan bagi dirinya.
"Dan memang waktu itu memang saya juga punya satu cita-cita. Ah, saya suatu saat bisa harus jadi seperti beliau-beliau ini. Ditambah lagi dengan figur waktu itu. Kita ingat waktu itu ada Pak Jenderal M Yusuf H yang juga sangat-sangat fenomenal, sangat dikenal dan akhirnya saya dalam hati kecil sudah tertanam adalah suatu saat saya harus jadi jenderal. Dan kalau jadi jenderal bisa jadi menteri," ujarnya mengenang impian masa kecilnya.
Setelah lulus SMP, Saleh menyadari bahwa untuk maju, dirinya harus keluar dari Pulau Rote. Dia lantas melanjutkan SMA di Kupang untuk mendapatkan lingkup yang lebih besar.
Cita-citanya untuk menjadi jenderal dan menteri membuatnya bertekad masuk Akademi Militer. Sebab, menempuh pendidikan Akmil gratis dan di zaman Orde Baru, menteri banyak berasal dari kalangan tentara. Pada 1982, Saleh mencoba tes Akmil di Magelang. Namun, nasib berkata lain.
"Mungkin karena waktu masih kecil namanya anak-anak pesisir kan selalu olahraganya kan main di pantai terus nyebur di laut tanpa ada pakai kacamata atau alas masker apa segala macam ya. Akibatnya apa? Jadi rata-rata anak pesisir ini kan matanya katarak. Nah, harus operasi jadi tidak bisa lanjut sudah harus pulang," ujar dia.
Merasa malu jika kembali ke kampung, Saleh memutuskan untuk nekat merantau ke Jakarta tanpa saudara, tanpa modal, hanya berbekal keberanian. Tujuannya adalah mencari figur jenderal asal Pulau Rote yang dia kagumi.
Setelah berbagai upaya, Saleh berhasil menemui sang jenderal. Dengan niat tulus dan kesederhanaannya, dia diizinkan tinggal dan bekerja di rumah sang jenderal, melakukan pekerjaan rumah tangga tanpa disuruh.
Di lingkungan Menteng yang kala itu banyak dihuni petinggi republik, Saleh bisa bergaul dengan anak-anak petinggi tersebut. Setahun kemudian, dia kembali mencoba tes Akmil di 1984 bersama beberapa tokoh yang kini dikenal seperti Boy Rafli dan Firman Santyabudi. Namun, masalah mata kembali menjadi penghalang.
"Akhirnya kembali saya berpikir bahwa mungkin garis tangan saya tidak di militer. Nah, mungkin apa tidak di militer. Ya sudah, akhirnya saya mutuskan untuk ya harus cari alternatif lain untuk bagaimana bisa sukses," ujarnya.
Tak patah arang, Saleh Husin memulai lembaran baru di dunia bisnis. Dengan modal nekat dan permintaan modal Rp500 ribu kepada ibunya, dia mencoba peruntungan dengan mulai berdagang.
"Bikin banner segitiga, bikin di C59 di Bandung. Habis itu, dijual di sekolah-sekolah di Percik, di Sumbangsih, di SMA 3. Dan kebetulan yang jual itu anak-anak pembesar semuanya yang bantu jual itu. Saya bikin misalnya 1.000 perak harganya di Bandung. Saya jual Rp1.500. Akhirnya langsung dapat ada sudah mulai punya modal meningkat, meningkat meningkat. hal-hal seperti itu yang saya lakuin," kata Saleh.
Kisah Saleh Husin ini menjadi bukti bahwa tekad, kerja keras, dan kemampuan beradaptasi merupakan kunci utama dalam meraih kesuksesan, bahkan dari titik awal yang paling sulit.
(Dhera Arizona)