INSPIRATOR

Kisah Sukses Hotman Paris Hutapea, Dibayar Rp182 Ribu hingga Jadi Pengacara Rp30 Miliar

Ratih Ika Wijayanti 02/08/2022 10:49 WIB

Hotman Paris Hutapea merupakan pengacara kondang yang kerap tampil glamor dengan berbagai kemewahannya.

Kisah Sukses Hotman Paris Hutapea, Dibayar Rp182 Ribu hingga Jadi Pengacara Rp30 Miliar. (Foto: MNC Media)

IDXChannelHotman Paris Hutapea merupakan pengacara kondang yang kerap tampil glamor dengan berbagai kemewahannya. Pria kelahiran Laguboti, Sumatera Utara ini memang dikenal memiliki reputasi sebagai pengacara ternama di Tanah air. 

Sudah tak terhitung berapa kasus hukum papan atas yang pernah diselesaikannya. Kliennya pun berasal dari berbagai kalangan mulai dari artis hingga pejabat. Tak heran, Hotman bisa mendapatkan bayaran yang fantastis yakni mencapai Rp1,3 miliar untuk setiap kasus yang ditanganinya. 

Lalu, bagaimana kisah Sukses Hotman Paris Hutapea hingga berhasil menjadi pengacara dengan julukan Pengacara Rp30 Miliar? Berikut informasi lengkapnya yang berhasil dirangkum IDXChannel.

Kisah Sukses Hotman Paris Hutapea

Pengacara kondang Hotman Paris Hutapea lahir pada 20 Oktober 1959 di sebuah desa bernama Laguboti, Sumatera Utara. Ia merupakan anak keenam dari 10 bersaudara. Ia lahir dari keluarga biasa di mana ayahnya menjalankan perusahaan bus antarkota bernama Bintang Utara. 

Hotman Paris yang kini telah menjadi pengacara ternama ini rupanya dulu sempat memilih ingin menjadi insinyur dan mencoba mendaftar ke ITB, Bandung. Sayangnya, ia tidak lolos seleksi. Ia pun kemudian melanjutkan pendidikannya di Jurusan Hukum Universitas Parahyangan (UNPAR) yang sebetulnya bukan merupakan impian Hotman. Namun, lambat laun Hotman Paris pun mulai menikmatinya dan berhasil menyelesaikan pendidikannya hanya dalam waktu 3,5 tahun. 

Setelah lulus, Hotman Paris kemudian memulai kariernya sebagai pengacara di kantor pengacara OC Kaligis. Menurut beberapa sumber, Hotman mendapatkan bayaran sebesar Rp182.000 per bulan. Bayaran ini tentu sangat jauh dibanding penghasilannya saat ini. Bahkan, ia pun harus menaiki bus untuk menuju sidang. 

Tak lama setelah dari kantor pengacara OC Kaligis, Hotman Paris kemudian pindah ke kantor Adnan Buyung Nasution selama tiga bulan. Ia lantas mendapatkan tawaran dari Prof. Subekti untuk bekerja di Bank Indonesia. Akan tetapi, bekerja di sana justru membuatnya frustasi dan sempat ingin meminum racun mengakhiri hidupnya sendiri. Beruntungnya rencana itu batal setelah Hotman melihat tukang becak yang masih bisa tertawa-tawa padahal menanggung beban hidup jauh lebih berat darinya. 

Hotman Paris Berhasil Mendirikan Firma Hukum Sendiri

Hotman Paris terus mencari peluang untuk berkarier di dunia hukum. Karier Hotman terus meningkat hingga ia bekerja di beberapa firma hukum ternama seperti Makarim & Taira S serta firma hukum Australia Freehill, Hollingdale & Page. Keberhasilan pengacara yang satu ini membuatnya mampu mendirikan firma hukumnya sendiri yakni Hotman Paris Hutapea & Partners pada 1999. 

Melalui kantor hukumnya inilah, Hotman Paris mulai mendapatkan klien-klien papan atas dan menangani kasus-kasus besar. Firma hukumnya pun menjadi firma hukum ternama. Beberapa perusahaan yang pernah menjadi klien Hotman antara lain Mayora Indah dan  Asian Pulp & Paper (APP).

Nama Hotman Paris pun terus meroket. Klien-klien papan atas terus berdatangan mulai dari kalangan pejabat, pengusaha, hingga para artis. Ia bahkan kerap dijuluki sebagai Celebrity Lawyer, The Most Dangerous Lawyer, dan Pengacara Rp30 Miliar. Julukan-julukan tersebut diberikan lantaran tarif Hotman Paris memang sangat fantastis. 

Kabarnya, dalam satu kali kasus, Hotman Paris bisa mendapatkan bayaran hingga mencapai USD100 ribu atau sekitar Rp1,4 miliar. Bahkan, ia pernah menangani kasus dengan bayaran mencapai Rp170 miliar. 

Itulah kisah sukses Hotman Paris Hutapea yang berhasil menjadi pengacara kondang dengan bayaran mahal. Kini, ia pun menjadi pengusaha sukses yang memiliki berbagai bisnis di bidang properti seperti hotel, villa, dan jual beli ruko. Harta kekayaannya pun ditaksir mencapai Rp4,5 triliun.

SHARE