INSPIRATOR

Kisah Sukses Pebisnis Es Dawet: Omzet Lebaran Rp1 Miliar, Modal Awal Cuma Rp10 Juta

Kurnia Nadya 19/09/2023 16:19 WIB

Nadzir Alimuddin mengembangkan bisnis es dawet bermodalkan Rp10 juta, berbekal ilmu digital marketing yang mumpuni hingga membuka ratusan cabang.

Kisah Sukses Pebisnis Es Dawet: Omzet Lebaran Rp1 Miliar, Modal Awal Cuma Rp10 Juta. (Foto: YouTube/Medsos Biz)

IDXChannelKisah sukses kali ini tentang Nadzir Alimuddin, atau yang akrab disapa Alim. Ia adalah founder Dawet Kemayu yang berhasil meningkatkan skala bisnisnya dengan pengalaman dan ilmu digital marketing.

Sejarah Dawet Kemayu ini berawal dari kegagalan Alim dari pengelolaan usaha sebelumnya, yaitu bisnis ayam geprek yang terpaksa tutup karena performa yang kurang baik dan karena pandemi. 

Dari situ, Alim berfikir untuk menyiapkan second plan bisnis juga yang bisa menyokong kehidupannya. Dari proses kegagalan itu juga, Alim berpikir untuk membuka bisnis yang lebih mudah dieksekusi, operasional yang mudah, gampang diingat, dan mudah diduplikasi.

Sebelum terpilihnya ide minuman dawet ini Alim sempat berpikir untuk menjual boba karena saat itu boba drink sedang ngetren di Indonesia. Namun setelah proses diskusi bersama tim, Alim memutuskan untuk menjual Dawet Kemayu ini.

“Jangan terlalu cepat untuk mengeksekusi bisnis yang tiba-tiba naik, mending yang long term aja. Enggak apa-apa growth-nya lambat yang penting itu bisa long last,” tuturnya, dikutip dari kanal YouTube Medsos Biz (19/9).

Menurutnya tantangan dalam bisnis adalah bagaimana menstabilkan quality control. Artinya, jangan sampai mengecewakan customer. Selain itu, mengelola tim management agar dapat support untuk perkembangan atau pertumbuhan bisnis adalah suatu hal yang penting.

Salah satu hal penting juga yang harus dilakukan pelaku UMKM dan UKM menurut Alim yaitu harus memulai eksekusi digital marketing, karena itu yang membuat produk dapat tersebar dengan luas. 

Oleh karena itu, Alim menggunakan strateginya bersama tim konten, tim copywriting dan tim advertiser. Berkat penerapan digital marketing inilah ia berhasil membesarkan Dawet Kemayu. 

Menurutnya, untuk bisa menjadi bisnis yang top of mind, atau brand yang dikenal oleh banyak orang, ada beberapa strategi. Pertama, penjualan harus baik dan dibarengi dengan eksposure dari media. 

Kedua, bertumbuh dengan cepat. Artinya semakin cepat bertumbuh makin banyak titik cabang di Indonesia makin banyak juga yang melihat produknya.

“Yang penting cepat dulu digas gitu ya, bisa banyak cabangnya bisa menjangkau banyak kota di Indonesia, baru mikir gimana caranya bisa memaksimalkan potensi income,” kata Alim

Dawet Kemayu ini hanya bermodalkan gerobak, peralatan bahan baku dan brosur, karyawan satu orang, yang jika dinominalkan tidak sampai Rp10 juta. Namun karena Alim sudah belajar dari pengalaman bisnis ayam geprek, ia tahu bagaimana cara mempercepat pertumbuhan bisnisnya. 

Ia juga belajar dari pengalamannya saat berbisnis ayam geprek. Bisnis itu, kata dia, sangat padat modal. Namun karena ia belum memahami ilmu marketing, bisnis itu kurang berkembang. Oleh karena itu, dengan Dawet Kemayu ia berani memulai dengan modal sedikit, namun mampu menghasilkan penjualan maksimal.

"Digital marketing itu sangat berpengaruh, karena produk kita bakal sampai ke orang lain yang cocok dengan target pasar kita. Tanpa digital marketing kan paling kita hanya nunggu orang datang, kalau dengan digital marketing bisa sampai ke mana-mana," tuturnya. 

Salah satu cara agar cepat tumbuh, kata dia, adalah dengan membuka opsi kemitraan. Benar saja, berkat skema kemitraan itu, saat ini sudah ada 384 mitra Dawet Kemayu di pulau Jawa, Kalimantan, hingga Sulawesi. 

Omzet yang dihasilkannya pun terbilang fantastis, biarpun bersifat fluktuatif. Jika sedang ramai seperti bulan Ramadhan, hasil penjualan Dawet Kemayu bisa mencapai angka Rp800juta - Rp1 Milyar. Tetapi, pada bulan biasa bisa mencapai Rp300 juta - Rp700 juta.

Itulah kisah sukses pebisnis es dawet, Nadzir Alimuddin, yang berhasil memilih bisnis dan mengembangkan bisnisnya secara optimal dengan digital marketing. (NKK

Penulis: Noviyanti Rahmadani

SHARE