INSPIRATOR

Kisah Sukses Pengusaha Fashion, Gandeng Perajin Difabel untuk Berkarya Bersama

Kurnia Nadya 02/04/2024 19:08 WIB

Dea Valencia adalah pengusaha fashion batik yang memberdayakan perajin difabel. Batik Kultur sampai hari ini masih bertahan.

Kisah Sukses Pengusaha Fashion, Gandeng Perajin Difabel untuk Berkarya Bersama. (Foto: MNC Media)

IDXChannelKisah sukses pengusaha fashion di Indonesia menarik untuk diulas. Dari sekian banyak fashion desainer yang sukses di Indonesia, kisah sukses Dea Valencia dengan brand Batik Kultur memiliki keunikan yang berbeda. 

Dea Valencia adalah pendiri Batik Kultur, usaha fashion yang telah berdiri sejak lebih dari satu dekade silam, menyediakan koleksi batik siap pakai dengan beragam corak dan desain yang menarik. 

Pengusaha asal Semarang ini memulai bisnis fashion dengan batik sebagai produk unggulannya, berangkat dari kecintaannya pada kain batik. Dea sendiri kerap mengoleksi baju-baju batik lawas. 

Awal mula berbisnis, Dea sudah memanfaatkan keberadaan media sosial untuk memasarkan produknya. Saat itu, Facebook mulai dimanfaatkan pelaku usaha untuk berjualan. Dea termasuk salah satu yang mempromosikan batiknya lewat Facebook. 

Mengutip Marketeer (2/4), Dea yang mulanya hanya menggunakan profil untuk berdagang, akhirnya membuka Page untuk membangun interaksi dengan konsumen dan memperluas pemasaran.

Ia juga memanfaatkan fitur boost post dan memasang iklan untuk memasarkan produk baru, Batik Kultur juga menggunakan fitur Page Insight untuk memahami audiens. Berkat strategi marketing online ini, Batik Kultur berhasil meningkatkan penjualan hingga puluhan persen. 

Kisah inspiratif bisnis Batik Kultur yang dilakoni Dea Valencia tidak cuma dari strategi marketing-nya di kala media sosial tengah berkembang, tetapi juga dari keputusannya untuk memberdayakan perajin disabilitas

Melansir Modest Indonesia (2/4), pada 2013 ketika ia sudah mulai berbisnis batik, ia tidak sengaja bertemu dengan pekerja magang difabel di toko perlengkapan jahit. Setelahnya, ia kembali bertemu dengan seorang penyandang disabilitas bernama Mbak Tum. 

Mbak Tum menyatakan ingin bekerja pada Dea, dan membuktikan bahwa ia mampu bekerja seperti karyawan pada umumnya. Dari rangkaian pertemuan itu, Dea menyadari bahwa banyak orang seperti Mbak Tum yang memerlukan kesempatan. 

Dari sini, Dea berkenalan dengan Balai Besar Rehabilitiasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso di Surakarta. Instansi tersebut memberikan binaan pada murid-murid difabel dan memberikan beragam pembekalan keahlian dan keterampilan. 

Dea akhirnya menggandeng banyak perajin difabel untuk bekerja bersamanya. Dari 100 lebih karyawannya, setidaknya 50 orang di antaranya adalah penyandang disabilitas. Hampir separuh dari total karyawannya. 

Saat ini, Batik Kultur masih bertahan, dengan ribuan baju batik diproduksi tiap bulannya. Dengan volume produksi yang tinggi, tentu Batik Kultur mampu menghasilkan omzet yang cukup besar selama sebulan. 

Itulah kisah sukses pengusaha fashion di Indonesia, Dea Valencia, yang turut menggandeng perajin difabel untuk berkarya. (NKK)

SHARE