Kisah Sukses Regi Zamzam, Buktikan Petani Hidroponik Bisa Cuan Puluhan Juta Rupiah
Regi Zamzam berhasil membuktikan bahwa usaha pertanian masih cukup menjanjikan untuk dilakoni, selama pengelolaannya benar.
IDXChannel—Kisah sukses Regi Zamzam Jauhary dengan bisnis hidroponiknya menarik untuk diulas. Regi adalah peorang wirausaha yang sukses melakoni bisnis sebagai petani hidroponik di usia muda.
Bisnis pertanian masih menjanjikan di Indonesia, namun jarang dilirik karena beragam faktor. Salah satunya karena rantai pasokan yang melibatkan keberadaan tengkulak, juga harga di pasaran yang sewaktu-waktu dapat jatuh.
Namun Regi Zamzam berhasil membuktikan bahwa usaha pertanian masih cukup menjanjikan untuk dilakoni, selama pengelolaannya benar dan tahu ke mana mesti memasarkan dan menjual hasil panennya.
Regi mengisahkan perjalanan bisnisnya di kanal YouTube Naik Kelas pada September 2023. Dia menurutkan, perkebunan hidpronik tempatnya berbisnis berdiri pada 2021, dengan konsentrasi tanaman jenis selada bokor.
Pembentukan Komunitas Rumah Hidroponik Tanjungpura Berdikari (RHTB) didirikan bersama kepala desa setempat untuk mewadahi perkebunan selada bokor. Regi memilih selada bokor karena harga jual di pasaran relatif stabil dan perawatan tanamannya tidak rumit.
“Kami sengaja bersama pak kades membentuk tempat ini untuk mewadahi kelompok yang mau membantu orang-orang untuk bercocok tanam hidroponik,” tuturnya.
Saat ini, sudah ada kelompok yang bertugas untuk membantu pembangunan atau instalasi hidroponik, kelompok yang bertugas untuk panen, dan kelompok yang bertugas pada pemasaran hasil panen.
Sehingga, kelompok yang bergabung dengan RHTB tidak perlu bersusah-susah memikirkan pemasaran hasil panennya.
Regi mencoba peruntungan di bisnis hidroponik saat pandemi. Sebelumnya, dia pernah bekerja di Telkom dan OPPO sebagai promotor, dia juga pernah bekerja di toko buah segar. Namun diberhentikan saat pandemi karena kegiatan ekspor-impor terhenti.
Selain itu, Regi juga pernah bekerja sebagai tukang dengan bayaran mencapai Rp80.000 per hari. Saat pandemi ini Regi bertemu dengan seorang petani hidroponik yang menawarkannya untuk belajar bercocok tanam dengan metode hidroponik.
“Dulu mah pernah diolok-olok, kata orang, ‘ngapain kerja begini (hidroponik). Mending juga kerja di pabrik, daripada panas-panasan, yang sudah-sudah juga banyak yang berhenti,’” katanya.
Namun cibiran itu tidak membuatnya patah arang. Regi justru ingin membuktikan bahwa petani pun bisa sukses. Usahanya membuahkan hasil, upayanya untuk bercocok tanam itu dilirik oleh kepala desa setempat.
Saat itu, presiden memerintahkan kepala desa untuk menyisihkan dana desa untuk pemberdayaan, dan kepala desanya memilih aktivitasnya bercocok tanam hidroponik untuk alokasi dana desa.
Dari situ, Regi mendapatkan dukungan berupa 2.000 lubang untuk hidroponik. Dia dan rekannya mengembangkan selada hidroponik dari nol hingga terbentuk komunitas besar. Dari 2.000 lubang hingga berkembang menjadi 6.000 lubang.
Upayanya untuk mengembangkan selada hidroponik pun tidak mudah, dia sempat gagal mencatatkan balik modal. Dari 2.000 lubang, dia hanya mendapatkan Rp200.000, karena belum menemukan formula penanaman dan bibit yang bagus, akunya.
Banyak percobaan Regi tempuh hingga akhirnya dia menemukan cara tanam, formula nutrisi, dan bibit yang bagus untuk dikembangkan. Dari 6.000 lubang yang telah dikembangkan itu, Regi dan rekannya bisa memanen hingga 12 kuintal.
Bobot rata-rata dua ons. Sementara masa panennya berkisar antara 20-40 hari sekali. Panen bisa dipercepat hingga satu minggu sekali, namun dengan penyemaian yang lebih ekstensif.
Dari 6.000 lubang dan skenario panen seminggu sekali, Regi dan rekan-rekannya bisa mengantongi keuntungan Rp20 juta. Adapun harga jualnya ke pasar dan pengepul berkisar antara Rp12.000 per selada. Hasil panennya dipasarkan lintas kabupaten dan kota.
Itulah kisah sukses Regi Zamzam, petani hidroponik muda yang berhasil menjadi sukses. (NKK)