Mantan TKI Bisnis Pengolahan Sabut Kelapa, Sukses Sampai Bisa Ekspor ke Mancanegara
Seorang mantan TKI berbisnis pengolahan sabut kelapa hingga berhasil ekspor ke mancanegara.
IDXChannel—Pria asal Kabupaten Purbalingga, Riko Saputra, berhasil memanfaatkan limbah sabut kelapa menjadi sebuah peluang bisnis yang menjanjikan dan memiliki permintaan pasar yang tinggi, bahkan di tingkat internasional.
Banyak orang menganggap sabut kelapa adalah sampah. Namun tak disangka, ternyata sabut kelapa bisa diolah menjadi cocofiber dan cocopeat yang punya berbagai manfaat diantaranya sebagai media tanam dalam usaha pembibitan (nursery).
Sebelum menekuni usahanya, Riko merupakan seorang TKI yang bekerja di salah satu pabrik di Jepang. Ia bekerja selama kurang lebih empat tahun di negara tersebut sampai akhirnya memutuskan untuk pulang dan membangun usaha.
Awalnya Riko sempat mencari-cari usaha apa yang akan dijalaninya. Sampai ia mengetahui tentang usaha limbah sabut kelapa dari salah seorang eksportir cocofiber dan cocopeat. Melihat di daerah sekitarnya banyak limbah yang terbuang, akhirnya Riko mencoba memanfaatkannya untuk memulai usaha limbah sabut kelapanya tersebut.
“Cari-cari usaha, karena di daerah sekitar banyak limbah yang masih terbuang, jadinya kita alokasikan untuk usaha. Awal mula saya tahu dari orang yang kerja sama dengan orang Cilacap yang bikin cocofiber dan cocopeat yang ekspor ke China. Terus saya tertarik dan saya mulai kerja sama sampai sekarang ini,” kata Riko dilansir dari channel Youtube Seribu Mimpi (5/4).
Alasan utama menekuni bisnis limbah sabut kelapa adalah karena Riko berkeinginan untuk mengurangi angka pengangguran di desa sekitarnya. Selain itu, ia ingin mengurangi limbah yang ada di sekitarnya untuk dijadikan bahan baku usaha.
“Ya, untuk alasannya, karena pengangguran di desa ini masih banyak mas, dan limbah yang sudah tidak terpakai di sekitar sini pun juga masih banyak, oleh karena itu akhirnya kita kelola lagi menjadi cocopeat ini,” jelasnya.
Pada produksi cocopeat dan cocofiber, Riko memiliki target kuota dari partner bisnisnya sebanyak 10 kg sehari. Tetapi karena ia dan pekerjanya sudah berpengalaman dalam mengolah limbah sabut kelapa, dalam sehari ia mampu menghasilkan sampai 20 kg lebih.
Di samping itu, Riko juga memberikan kesempatan bagi para pekerjanya yang ingin mendapatkan uang tambahan, untuk dapat bekerja lembur sampai tengah malam atau bahkan sampai pagi.
Tidak dapat dipungkiri setiap pekerjaan itu memiliki resiko. Pekerjaan mengolah limbah sabut kelapa ini memiliki resiko kecelakaan yang sangat besar, karena dalam pengerjaannya, proses pengolahan sabut kelapa ini menggunakan paku untuk menghasilkan cocopeat itu sendiri.
“Untuk kerja ini kan pakainya paku ya mas, jadi resiko kena paku itu sangat besar, untuk awal mungkin mas, setiap hari jari itu kena gesekan dari paku,” ungkap Riko.
Bukan tanpa usaha pencegahan, Riko juga berusaha mencoba untuk mengurangi resiko tersebut dengan memodifikasi mesin pengolahan limbah agar tetap aman dan membebaskan metode kerja dari pekerjanya, baik dengan bantuan alat atau dengan tangan langsung.
Beberapa kendala juga dialami Riko pada pengolahan limbah sabut kelapanya tersebut, di antaranya kendala cuaca karena ia masih memanfaatkan matahari untuk menjemur sabut kelapa yang telah diolahnya. Kendala lain ada pada saat harga pasar sedang menurun, hal itu akan berdampak kepada pencarian bahan baku.
Saat ini, dalam sebulan usaha pengolahan limbah kelapa Riko bisa memproduksi sampai 5 ton cocopeat atau sekitar 200 karung dengan pekerja sebanyak lima orang. Ia juga sudah memulai ekspor produk cocopeat nya ke luar negeri melalui salah satu eksportir di Yogyakarta, dalam seminggu, Riko mampu mengekspor di angka 3 kuintal.
Riko juga membuka kesempatan kepada siapapun yang mau menekuni bisnis pengolahan cocopeat sepertinya, bisa menghubungi atau datang langsung ke workshopnya. Menurutnya ia tidak akan menutup diri soal itu, ia akan membagikan pengalamannya jika ada yang mau belajar.
“Saya sangat welcome, saya sangat membuka mas untuk teman-teman yang mau bergabung atau berlatih boleh mas, sangat boleh. saya tidak akan pelit ilmu, saya akan bagikan pengalaman yang sudah saya terapkan di bisnis ini,” jelas Riko.
Fokus Riko untuk memulai usaha adalah memiliki niat yang kuat, mau belajar, dan siap menerima segala konsekuensi yang ada.
Itulah kisah mantan TKI di Jepang yang berhasil mengubah limbah sabut kelapa menjadi bisnis yang menjanjikan dan memiliki permintaan pasar yang tinggi di luar negeri. (NKK)
Penulis : Rizky Aulia