Profil Larry Fink CEO Blackrock: Dirikan Perusahaan Investasi Usai Rugi USD100 Juta
Larry Fink adalah pendiri Blackrock. Ia mendirikan Blackrock setelah belajar dari kesalahannya saat keliru memprediksi tingkat suku bunga.
IDXChannel—Profil Larry Fink, salah satu pendiri Blackrock, menarik untuk diulas. Sebelum Fink akhirnya turut mendirikan Blackrock, CEO perusahaan investasi terbesar di dunia ini pernah salah memprediksi hingga mengakibatkan kerugian USD100 juta.
Larry Fink adalah pebisnis Amerika kelahiran 1952. Ia adalah anak dari seorang pemilik toko sepatu, sementara ibunya adalah seorang profesor Bahasa Inggris. Ia mengeyam pendidikan sarjana dan master di UCLA (University of California, Los Angeles).
Karier Fink dimulai dari First Boston, sebuah bank investasi bermarkas di New York, sebagai pialang sekuritas berbasis mortgage. Fink pada akhirnya naik jabatan untuk mengelola departemen obligasi di perusahaan tersebut.
Perjalanan kariernya di First Boston terbilang mulus, dalam kurun tujuh tahun—di usia 31 tahun—ia berhasil membangun capaian kinerja dan reputasi cemerlang, dan terpilih untuk menjadi anggota komite manajemen dan managing director termuda di First Boston sepanjang sejarah.
Dikutip dari Vanity Fair, kinerja dan strategi investasi Fink mampu menambah bottom line First Boston hingga USD1 miliar. Ia membentuk beberapa kesepakatan investasi bernilai miliaran dolar untuk First Boston.
Ia malang melintang menjalankan banyak tugas dan peran di beragam departemen di First Boston. Namun kesuksesannya terhenti pada 1986, ketika Fink salah memprediksi tingkat suku bunga dan membuat departemennya merugi hingga USD100 juta.
Nilai ini setara dengan Rp1,54 triliun, pada 1986 tentu nominal ini tidak bisa dibilang sedikit. Kekeliruan yang berujung pada kerugian itu mengubah sikap kolega-koleganya. Dalam waktu singkat saja, Fink yang semula dipuji-puji mulai diabaikan banyak orang.
Banyak trader di bawah departemennya mengambil pertaruhan besar berdasarkan prediksi yang ia buat. Saat itu, ia memprediksi suku bunga bakal meningkat, namun ternyata yang terjadi malah sebaliknya. Kerugian USD100 juta itu menjadi perbincangan di Wall Street tentu saja.
Fink dipaksa keluar dari First Boston pada 1988. Wall Street Journal mengutip salah satu narasumber First Boston yang mengatakan bahwa Fink tidak punya pilihan lagi untuk tetap bekerja di posisinya sekarang.
Profil Larry Fink: Perjalanan Mendirikan Blackrock
Menurut catatan wawancara Vanity Fair, Fink berpendapat kerugiannya saat itu terjadi karena pelaku investasi—pada masa itu—tidak benar-benar memahami batasan risiko. Sistem komputer kurang mumpuni, program yang digunakan untuk mengukur dampak variabel—termasuk perubahan suku bunga—pun demikian.
Namun dari kesalahan prediksinya itu, Fink berjanji pada diri sendirinya untuk tidak lagi menempatkan modal pada instrumen yang ia tidak ketahui risikonya dengan jelas dan pasti. Dari situ juga, ia ingin mendirikan perusahaan investasi dengan konsep yang berbeda.
Perusahaan investasi yang ia inginkan, tidak hanya mengelola dana investor untuk diinvestasikan, namun juga menawarkan manajemen risiko yang memuaskan. Pada 1988, impiannya terwujud lewat kemitraannya dengan beberapa pihak.
Ia bekerja sama dengan Ralph Scholsstein, salah satu bankir Lehman Brothers bergabung dengan Blackstone, perusahaan investasi kecil yang tengah berkembang. Fink menerima pembiayaan USD5 juta untuk mengembangkan bisnisnya.
Ia dan rekan-rekannya menyewa kantor kecil di sudut Bear Strearns. Bisnisnya betul berkembang, pada 1993, Fink dan rekan-rekannya berhasil menghimpun dana kelolaan di bawah manajemen (AUM) senilai USD20 miliar.
Fink memisahkan diri untuk membentuk Blackrock di tahun berikutnya. Lima belas tahun berikutnya, Blackrock tumbuh pesat. Pada 1999 perusahaan ini melantai di NYSE. Blackrock juga mengakuisi beberapa manajer investasi di Amerika Serikat.
Satu hal yang membedakan Blackrock dari perusahaan investasi lain adalah prinsip dan sistem evaluasinya dalam mengelola risiko. Blackrock memiliki ribuan komputer yang menyala 24 jam, diawasi oleh teknisi, ahli matematika, analis, dan programmer.
Komputer-komputer ini bekerja seperti ‘peternakan’, menganalisa dan memonitor jutaan aktivitas trading harian dan menelisik detail kecil dalam portofolio investasi kliennya untuk mencari variabel berisiko yang mungkin bakal terpengaruh jika ada perubahan di pasar. Perangkat lunak pengoperasian sistem ini disebut Aladdin.
Komputer canggih Blackrock dapat melakukan simulasi imajiner setiap perubahan suku bunga, perubahan di pasar keuangan, dan melakukan ‘stress-test’ untuk mengujicoba strategi dalam skenario-skenario krisis global.
Saat ini, Blackrock adalah perusahaan investasi terbesar di dunia, dengan dana kelolaan mencapai USD9,42 triliun, yang jika dirupiahkan nilainya bisa mencapai kuadraliun. Dana kelolaan Blackrock nyaris setara dengan PDB tahunan sebuah negara maju.
Itulah profil Larry Fink, pendiri dan CEO Blackrock yang pernah merugi hingga USD100 juta, namun bangkit dan mendirikan perusahaan investasi dengan belajar dari kesalahannya. (NKK)