INSPIRATOR

Women’s Talk: Mantan Bankir Dirikan Startup E-Manufaktur, Ringkas Alur Bisnis Fesyen

Nadya Kurnia 03/05/2023 20:27 WIB

Sara Sofyan mendirikan startup pertama di Indonesia yang meringkas alur produksi barang fesyen.

Women’s Talk: Mantan Bankir Dirikan Startup E-Manufaktur, Ringkas Alur Bisnis Fesyen. (Foto: IDXChannel)

IDXChannel—Sara Sofyan adalah co-founder startup e-manufaktur, Whifkain. Perusahaan rintisan itu menyediakan layanan yang mempermudah pelaku industri fesyen, menjadikan alur produksi lebih efisien dan efektif sehingga customer menerima barang jadi lebih cepat. 

Whifkain mengusung konsep ‘manufacturing as a service’ dalam bisnis fesyen. Perusahaan berbasis cloud itu memberikan layanan beragam, namun pada intinya, Whifkain menghubungkan customer dengan penyedia bahan baku dan pemilik konveksi. Bahkan turut mengawal proses produksi. 

Dengan menggunakan layanan Whifkain, pengusaha fesyen yang hendak membuat produk fashion hanya perlu memesan. Jenis kain dan pola jahit yang diinginkan dapat disediakan oleh Whifkain. Perusahaan juga akan melakukan quality control atas hasil jahitan yang dibuat pihak garment. 

“Customer tinggal kontak kami, mereka kasih desain, dan kami bikinin sampai barangnya jadi. Kami kontrol proses manufacturing-nya dari end to end. Kami bergerak secara cloud, kami tidak punya garment sendiri, tapi bekerja sama dengan banyak mitra produksi,” tutur Sara, dikutip dari IDXChannel Women’s Talk (3/5).

Bagaimana perjalanan Sara mendirikan Whifkain dan seperti apa rincian bisnis yang dilakukanya? Simak ulasannya berikut ini. 

Women’s Talk: Permudah Proses Produksi Fashion 

Konsep startup software as a service (SaaS) sudah banyak diadaptasi di belahan dunia, termasuk juga di Indonesia. Konsep tersebut menyediakan platform online yang memberikan layanan tertentu. 

Contoh produk SaaS yang kini populer digunakan adalah aplikasi-aplikasi yang dibuat dan dikelola oleh Mekari untuk mempermudah absensi karyawan, payroll, pembukuan, hingga ke pelaporan pajak. 

Sementara dalam bisnis yang dilakoni Sara, ia menyediakan platform yang mencakupi seluruh proses produksi produk fesyen, sehingga customer hanya perlu memesan dan menerima barang jadi dengan kualitas paling baik. 

Dalam bisnis fashion, menurut Sara ada tiga hal yang kerap dikontrol dalam rantai pasokannya, yaitu; harga, delivery timeline (waktu penyelesaian dan pengantaran produk), quality control produk. 

Whifkain memberikan layanan penuh dalam tiga hal tersebut. Perusahaan akan mencarikan pabrik dengan spesialisasi yang tepat untuk produk yang hendak dibuat customer, lalu mengawal proses produksinya agar tepat waktu, lalu melakukan proses quality control sebanyak lima tahapan. 

“Biasanya quality control cuma di akhir saja, tapi kami lakukan lima step. Hasilnya meminimalisir defect yang diterima brand atau customer. Kami mengkoordinasi proses manufakturnya juga dari awal sampai akhir agar tidak ada yang mundur, jadi barang sampainya on-time,” tutur Sara. 

Dengan menggunakan jasa Whifkain, customer atau brand fesyen hanya perlu menyerahkan detail pesanan produk, lalu Whifkain akan membantu proses produksi hingga barang selesai dibuat pihak garment. 

Sara memahami proses produksi di industri fesyen berkat riset pasar yang cermat. Siapa sangka, ia dulunya adalah bankir profesional. Ia pernah bekerja di bank swasta besar selama lima tahun. 

Namun setelahnya, ia termotivasi untuk mendirikan bisnis sendiri seperti teman-temannya. Bisnis pertama yang ia buat adalah fesyen brand. Dari situ, ia merasakan proses produksi industri fesyen cukup sulit dan membutuhkan waktu lama. 

Mulai dari mencari kain yang tepat untuk produk yang hendak dibuat, sampai ke mencari pabrik yang tepat untuk memproduksi barang.

“Industri ini lebih membutuhkan solusi di segi supply chain dibanding jualannya. Kami tanya ke berbagai macam fashion brand ternyata benar, problem utamanya mereka memang di supply chain,” lanjut Sara. 

Saat ini, Whifkain telah menangani 500 brand fashion, dan menjalin kerja sama dengan banyak UMKM di bidang produksi fesyen di Indonesia. Banyak customer yang ia tangani memproduksi barang ekspor. 

Sara mengawal bisnisnya ini sembari menjadi ibu rumah tangga. Ia mengaku memimpin perusahaan tanpa meninggalkan tanggung jawabnya sebagai istri dan ibu memang cukup menantang. 

“Susahnya itu juggling, membagi konsentrasi. Tiba-tiba saat kita fokus pada pekerjaan kantor, kemudian ada urusan rumah yang tidak bisa ditinggal, setelah selesai mengurus urusan itu kan harus kembali fokus ke pekerjaan. Di situ susahnya,” ungkap Sara. 

Namun ia berhasil melakoni dua peran itu dengan baik hingga saat ini. Ia menerapkan pola kepemimpinan yang memotivasi pegawainya untuk juga menjadi pemimpin di divisinya sendiri. 

“Banyak mompreneur mengalami tantangan yang sama. Jadi dari segi supporting system untuk tim itu harus kuat,” lanjut Sara. 

Itulah kisah Sara Sofyan yang diangkat dalam tayangan Women’s Talk IDXChannel, ia adalah bankir yang sukses beralih profesi menjadi entrepreneur. (NKK)

SHARE