MARKET NEWS

3 Ciri Saham ARA yang Wajib Diketahui Investor Pemula

Shifa Nurhaliza Putri 11/12/2025 13:05 WIB

Istilah ARA (Auto Rejection Atas) sering muncul ketika harga suatu saham tiba-tiba melonjak tajam dalam waktu singkat.

3 Ciri Saham ARA yang Wajib Diketahui Investor Pemula. (Foto: 3 Ciri Saham ARA)

IDXChannel - Dalam dunia investasi saham, istilah ARA (Auto Rejection Atas) sering muncul ketika harga suatu saham tiba-tiba melonjak tajam dalam waktu singkat. Saham ARA terjadi ketika harga saham mencapai batas kenaikan maksimal yang diizinkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam satu hari perdagangan.

Tujuan dari kebijakan ini adalah menjaga stabilitas pasar dan mencegah lonjakan harga yang terlalu ekstrem akibat euforia pasar atau spekulasi jangka pendek. Untuk memahaminya, berikut ini adalah 3 ciri-ciri saham ARA yang bisa di cermati investor.

3 Ciri-Ciri Saham ARA

1. Kenaikan Harga Maksimal Sesuai Batas BEI

Ciri pertama saham ARA adalah kenaikan harga yang menyentuh batas atas auto rejection. BEI menetapkan batas kenaikan harian berdasarkan rentang harga saham:
- Harga di bawah Rp200 dengan batas kenaikan 35 persen
- Harga Rp200 – Rp5.000 dengan batas kenaikan 25 persen
- Harga di atas Rp5.000 dengan batas kenaikan 20 persen

Jika harga saham naik melebihi batas tersebut, sistem perdagangan otomatis menolak transaksi di atas harga itu. Jadi, saham yang sudah mencapai titik ini disebut saham ARA.

2. Antrean Beli yang Menumpuk

Ciri kedua saham ARA adalah banyaknya antrean beli tanpa adanya penjual. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan terhadap saham tersebut sangat tinggi, sementara pasokannya terbatas.

Biasanya, investor akan melihat antrian tebal di sisi bid (pembeli) pada sistem trading.
Fenomena ini sering terjadi ketika:

- Ada berita positif seperti laporan keuangan bagus, kontrak baru, atau aksi korporasi menarik.
- Saham tersebut menjadi “gorengan” oleh bandar atau spekulan jangka pendek.

3. Volume Transaksi Tinggi dan Volatilitas Meningkat

Ciri ketiga saham ARA adalah lonjakan volume transaksi yang signifikan dibandingkan hari-hari sebelumnya. Investor berbondong-bondong membeli karena efek FOMO (Fear of Missing Out). Namun, setelah ARA tercapai, volatilitas saham ini bisa meningkat drastis, keesokan harinya harga bisa lanjut naik (ARA lagi) atau malah turun tajam (ARB atau Auto Rejection Bawah).

Meskipun saham ARA terlihat menggiurkan karena kenaikannya yang cepat, investor perlu tetap berhati-hati. Saham yang naik terlalu cepat biasanya juga berisiko mengalami koreksi besar dalam waktu singkat.

Sebelum membeli, pastikan kamu menganalisis fundamental perusahaan, bukan hanya mengikuti tren. Dengan memahami 3 ciri saham ARA, Anda bisa mengambil keputusan investasi yang lebih bijak dan menghindari jebakan euforia pasar.

(Shifa Nurhaliza Putri)

SHARE