MARKET NEWS

4 Rahasia Borong Saham Diskon: Cari Stock Undervalue Terbaik Selain dari PBV-nya

Kurnia Nadya 04/09/2023 08:25 WIB

Umumnya, investor menilai mahal atau tidaknya harga suatu saham dengan skor PBV. Namun ada rasio perhitungan lain yang bisa dilihat untuk mencari saham diskon.

4 Rahasia Borong Saham Diskon: Cari Stock Undervalue Terbaik Selain dari PBV-nya. (Foto: MNC Media)

IDXChannel—Apa rahasia borong saham diskon? Dalam artikel ini, IDXChannel akan membahas cara-cara mencari saham diskon yang berpotensi naik harganya dalam jangka pendek ataupun panjang. 

Disebut saham diskon, sebab harganya tergolong undervalue, atau diperdagangkan di bawah harga wajarnya. Umumnya, investor ritel mengukur mahal atau tidak suatu saham dengan menganalisanya secara tekninal.

Yakni menggunakan skor dari rasio price to book value. Rumusnya, PBV di bawah 1 berarti saham terdiskon dari harga wajarnya. PBV dihitung dengan membagi harga per lembar saham dengan nilai buku per lembar saham (book value per share/BVPS). 

Nilai buku didapat dari total ekuitas dibagi jumlah saham beredar. BVPS menunjukkan berapa nilai ekuitas dalam satu lembar saham, dan ekuitas sendiri mencerminkan jumlah kekayaan suatu perusahaan. 

Artinya, semakin tinggi BVPS, semakin besar kekayaan atau ekuitas perusahaan, sehingga semakin besar pula nilai kekayaan perusahaan dalam tiap lembar saham yang beredar. Artinya juga, harga saham dianggap wajar jika skor PBV-nya sama dengan 1. 

Sebagai contoh, nilai BVPS untuk saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) saat ini adalah 1,587, sementara harga saham PTBA pada perdagangan terakhir adalah Rp2.880/saham. Artinya, ada ‘kekayaan’ Bukit Asam senilai 1,587 dalam tiap lembar saham PTBA yang kini dijual di harga Rp2.880/saham. 

Seberapa mahal harga saham PTBA saat ini dibanding nilai bukunya? Skor PBV PTBA saat ini adalah 1,81, yang artinya, harga PTBA dijual 0,81 lebih tinggi dibanding nilai bukunya, yaitu 1.587 per saham. 

Contoh lain, saat ini nilai buku saham PT Bank CIMN Niaga Tbk (BNGA) adalah 1,831 per lembar saham. Artinya, ada kekayaan perusahaan BNGA senilai 1,831 pada tiap lembaran saham yang kini beredar di masyarakat. 

Namun, harga saham BNGA dalam perdagangan terakhir (1/9) adalah Rp1.705 per saham. Jelas harga ini lebih murah dibanding dengan nilai ‘kekayaan’ BNGA dalam tiap lembar sahamnya. Konfirmasinya, skor PBV BNGA saat ini adalah 0,93 saja.

Artinya, harga saham BNGA dijual 0,93 lebih murah dibanding nilai wajarnya. Dari sini, bisa diambil kesimpulan bahwa saham BNGA masih dijual undervalue. Mestinya, saham BNGA setidaknya harus dihargai Rp1.831 agar disebut wajar, sesuai dengan nilai bukunya. 

Namun demikian, investor ritel tetap harus menganalisa saham tersebut dari segi fundamentalnya, juga mencocokkannya dengan kinerja emiten di lapangan. Sehingga dapat diketahui, apa yang menyebabkan saham dijual di bawah harga wajarnya. 

Apakah saham tersebut dijual murah karena bisnisnya bergantung pada siklus tertentu, ataukah karena penjualannya tengah lesu, atau, apakah bisnisnya buruk karena tata kelola perusahaan yang buruk? 

Lantas, apa rahasia borong saham diskon yang bisa dipraktikkan selain melihat skor PBV-nya? Dikutip dari kanal YouTube Finansialku, berikut rinciannya. 

4 Rahasia Borong Saham Diskon 

1. Dividen Yield 

Dividen Yield menunjukkan perbandingan antara besaran nilai dividen yang dibagikan per lembar saham, dengan harga per lembar saham. Skor dividen yield dianggap besar jika melampui 5%. 

2. Price to Earning Ratio (PER) 

PER didapat dengan menghitung harga saham dengan Earning per Share (EPS). Apa itu EPS? EPS adalah perhitungan yang menunjukkan berapa banyak penghasilan yang didapat investor dari tiap lembar saham yang dia miliki. 

Cara menghitung EPS adalah dengan membagi laba bersih perusahaan dengan jumlah saham beredar. Semakin tinggi EPS, semakin baik. Sebab artinya, laba bersih dalam tiap saham tergolong tinggi. 

Lantas, apa yang dimaksud dengan PER? PER menunjukkan berapa harga yang dibutuhkan investor untuk mendapatkan saham yang menghasilkan keuntungan tersebut di tiap lembarnya. 

Semakin kecil EPS, semakin besar skor PER-nya, dan sebaliknya, semakin besar EPS, maka semakin kecil skor PER-nya. Contohnya, EPS BNGA saat ini adalah 228. Artinya, tiap lembar saham BNGA menghasilkan keuntungan Rp228. 

Dengan EPS sebesar 228, skor PER BNGA saat ini adalah 7,46. Apa maksud angka ini? Boleh diartikan: investor membutuhkan waktu 7,46 tahun untuk balik modal, dengan asumsi EPS BNGA tidak berubah selama tujuh tahun ke depan. 

Bahkan, jika emiten berhasil mencatatkan EPS yang terus tumbuh tiap tahun, artinya semakin besar pula laba yang dihasilkan tiap saham, dan semakin cepat pula investor akan balik modal. 

Rumus umum yang digunakan untuk melihat PER adalah, jika skor di bawah 15-10, semakin baik. 

3. Price to Sales Ratio (PSR) 

Price to Sales Ratio didapat dari membagi total saham yang beredar dengan hasil penjualan per lembar saham (Revenue per share/RPS). RPS menunjukkan besaran hasil penjualan dalam tiap lembar saham. 

Semakin besar RPS, semakin baik. Artinya, tiap saham yang dipegang investor, menghasilkan penjualan yang besar pula. Masih dengan contoh BNGA, RPS BNGA saat ini adalah 829,44. Artinya, ada hasil penjualan Rp829,44 dalam tiap lembaran saham BNGA saat ini. 

Dengan begitu, skor PSR menunjukkan berapa harga yang dibutuhkan investor untuk mendapatkan saham dengan nilai penghasilan tertentu. Semakin kecil PSR, semakin baik. Sebab PSR yang kecil menunjukkan hasil penjualan (RPS) yang tinggi per lembar sahamnya. 

Sebagai contoh, RPS PT Bukit Asam Tbk saat ini adalah 3.739 per lembar. Artinya, tiap lembar saham PTBA menghasilkan revenue senilai 3.739, namun harga saham PTBA kini dijual di harga Rp2.880/lembar saja. 

Maka boleh dikatakan, PTBA kini dijual murah jika dilihat dari rasio PSRnya. Buktinya, skor Price to Sales Ratio PTBA kini berada di angka 0,77. 

4. Price Cash Flow Ratio (PCFR) 

Price Cash Flow Ratio didapat dari membagi harga per lembar saham dengan Cash Flow per Share (CFPS). CFPS dihitung dari operating cash flow dengan jumlah saham beredar, hasilnya menunjukkan berapa banyak arus kas operasional yang dihasilkan dalam tiap saham. 

Semakin tinggi CFPS, semakin bagus, sebab menandakan saham menghasilkan arus kas operasional yang tinggi. Dari sini, PCFR berarti menunjukkan berapa harga yang dibutuhkan investor untuk membeli saham yang menghasilkan arus kas operasional dalam nominal tertentu. 

Semakin kecil skor PCFR, semakin baik. Sama seperti rasio-rasio sebelumnya, skor PCFR yang kecil menunjukkan cash flow per share yang tinggi. Tidak ada patokan pasti berapa skor PCFR dianggap murah. 

Namun menurut Finansialku, beberapa analis menyebut skor PCFR di bawah 10 berarti harga saham tersebut terbilang masih murah. 

Saat mencari saham diskon dengan kelima rasio di atas, investor dianjurkan untuk saling membandingkan hasil tiap-tiap rasio dengan hasil rasio dari emiten-emiten lain dalam industri serupa, juga membandingkannya secara historis. Investor juga harus melihat bagaimana tata kelola dan bisnis perusahaan. 

Sebab ada 'cerita' di balik angka-angka rasio di atas. Misalnya, jika ada emiten dengan nilai buku hingga di atas 10.000, namun sahamnya hanya dihargai ratusan rupiah saja oleh pasar. Investor harus mencari tahu mengapa ekuitas emiten ini sangat besar, sementara harga sahamnya sangat rendah?

Dengan demikian, investor dapat mempertimbangkan apakah saham yang dijual dengan harga diskon tersebut benar-benar layak untuk dibeli. 

Demikianlan ulasan lengkap tentang rahasia borong saham diskon yang bisa dicoba investor. Sebagai pengingat, artikel ini tidaklah mengajak investor untuk membeli atau menjual suatu saham. Keputusan investasi sepenuhnya berada di tangan investor. (NKK)

SHARE