MARKET NEWS

4 Saham Startup Teknologi di Bursa Efek Indonesia, Intip Sejarah IPO-nya

Kurnia Nadya 18/09/2025 16:56 WIB

Ada empat saham startup teknologi di Bursa Efek Indonesia, yang pertama kali melaksanakan IPO adalah PT Bukalapak.com Tbk (BUKA).

4 Saham Startup Teknologi di Bursa Efek Indonesia, Intip Sejarah IPO-nya. (Foto: Istimewa)

IDXChannel—Apa saja saham startup teknologi di Bursa Efek Indonesia? Ada beberapa perusahaan teknologi rintisan (startup) yang telah melepas sahamnya ke masyarakat melalui penawaran saham perdana (initial public offering). 

Sebelum akhirnya melepas sebagian sahamnya ke masyarakat, perusahaan rintisan biasanya menerima rangkaian pendanaan dari lembaga investor maupun perusahaan modal ventura selama beberapa tahun. 

Suntikan modal dari investor ini terbagi dalam beberapa tahapan. Pendanaan awal disebut seed funding, biasanya ditujukan untuk membantu startup untuk memulai produksi usahanya. Pendanaan ini bisa berlangsung hingga startup mampu berdiri sendiri dan menghasilkan cuan. 

Sama halnya dengan startup-startup yang dibuat di Indonesia. Ada beberapa startup yang akhirnya sukses hingga mencatatkan kapitalisasi pasar yang tinggi dan menjadi perusahaan terbuka, ada pula yang sukses masih beroperasi di bawah kendali investor besar. 

Halodoc adalah contoh startup di bidang kesehatan yang masih eksis hingga hari ini, sebagian besar sahamnya diakuisisi oleh PT Astra Digital Internasional, yakni anak usaha Astra di bidang investasi digital. 

Lalu apa saja saham startup teknologi di Bursa Efek Indonesia? Melansir laman resmi BEI dan IDN Financials (18/9/2025), berikut ini adalah sederet saham startup teknologi yang telah melantai di pasar modal. 

4 Saham Teknologi di Bursa Efek Indonesia

1. PT GoTo GoJek Tokopedia Tbk (GOTO)

Adalah perusahaan yang menyediakan platform ride-hailing, e-commerce, dan dompet digital yang terintegrasi. Mulanya GoJek dan Tokopedia beroperasi sebagai dua perusahaan yang terpisah dan berbeda. 

Tokopedia beroperasi terlebih dahulu pad 2009 dengan meluncurkan website e-commerce sederhana, lalu setahun kemudian GoJek mulai beroperasi sebagai call center untuk 20 pengemudi ojek. 

Awalnya GoJek hanya menyediakan layanan pemesanan ojek secara online, tetapi lambat laun layanannya bertambah menjadi pemesanan makanan dan pengiriman paket dalam kota sehari sampai. GoJek dan Tokopedia akhirnya meluncurkan aplikasinya masing-masing. 

Kedua perusahaan ini akhirnya merger pada 2021 dalam rangka penawaran saham perdana di Bursa Efek Indonesia. IPO akhirnya berlangsung pada April 2022 dengan pelepasan 40,61 miliar saham ke masyarakat di harga penawaran Rp338 per saham. 

Dari IPO tersebut GOTO sukses mengumpulkan dana segar dari investor senilai Rp13,72 triliun. Namun setelah IPO, harga sahamnya berangsur anjlok hingga menyentuh rentang Rp50-Rp100 per saham. Market cap GOTO saat ini mencapai Rp63,87 triliun. 

2. PT Bukalapak.com Tbk (BUKA)

Bukalapak didirikan pada 2010, tak lama setelah Tokopedia muncul ke permukaan. BUKA adalah startup pertama di Indonesia yang melangsungkan penawaran saham ke publik di Bursa Efek Indonesia. 

Bukalapak didirikan oleh Achmad Zaky. Pendirian BUKA mulanya bertujuan untuk memfasilitasi pelaku UMKM untuk beralih dari dagangan offlie di pasar ke dagangan online lewat e-commerce. 

Sampai 2022, survei Nielsen mencatat Bukalapak memimpin penetrasi digital di kalangan warung-warung kecil di Indonesia hingga 56 persen. Namun sayangnya bisnis e-commerce Bukalapak berhenti pada 2025. 

BUKA melangsungkan IPO pada 6 Agustus 2021 dengan melepas 25,76 miliar saham, setara dengan 25 persen dari total modal disetor dan ditempatkan, di harga penawaran Rp850 per saham. Dari IPO ini, BUKA menghimpun dana sebanyak Rp21,90 triliun. 

Pada 18 September 2025, harga BUKA ditutup di level Rp165 per saham, sehingga kapitalisasi pasarnya saat ini adalah Rp17,02 triliun. 

3. PT Global Digital Niaga Tbk (BELI

Global Digital Niaga adalah salah satu anak usaha di bawah Djarum Group, konglomerasi milik Hartono Bersaudara yang memiliki PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Platform e-commerce milik BELI adalah Blibli. 

Blibli didirikan pada 2011, paling akhir dari ketiga saham startup e-commerce di bursa. Tujuan pendirian BELI adalah bagian dari strategi digitalisasi yang dilakukan Djarum melalui GDP Venture. 

Sejak awal, BELI dikembangkan sebagai omnichannel (gabungan offline & online). Blibli mengakuisisi Tiket.com, platform pemesanan tiket perjalanan dan perhotelan, untuk mengekspansi ke sektor pariwisata. BELI juga mengakusisi Ranch Market dan Farmers Market. 

BELI menggelar IPO pada 8 November 2022 dengan melepas 17,77 miliar saham ke masyarakat—setara 15 persen dari modal disetor—dengan harga penawaran Rp450 per saham. Dari IPO ini, BELI mengangtongi dana sebesar Rp7,99 triliun. 

Pada perdagangan 18 September 2025, BELI ditutup di harga Rp370 per saham. Sehingga kapitalisasi pasarnya mencapai Rp48,99 triliun. 

4. PT Fore Coffee Indonesia Tbk (FORE) 

Fore adalah gerai kopi yang menjual produk dengan brand Fore. Perusahaan ini didirikan pada 2018, dan merupakan pengembangan dari Otten Coffee, bisnis usaha yang menjual biji kopi dan perlengkapan kopi lainnya. 

Sampai akhir 2024, Fore Coffee memiliki lebih dari 200 cabang di kota-kota besar Indonesia. Sebelum akhirnya melantai di bursa, Fore terlebih dahulu didanai oleh East Venture, perusahaan modal ventura yang didirikan oleh Wilson Cuaca. 

Selain membuka kedai, Fore juga beroperasi menggunakan aplikasi untuk menambah pengalaman dan benefit bagi pelanggan setianya. Fore mencatatkan sahamnya di bursa pada 14 April 2025 dengan melepas 1,88 miliar sahamnya, setara dengan 21,08 persen dari total modal disetor. 

Adapun harga penawarannya adalah Rp188 per saham. Dari IPO ini, FORE sukses menghimpun modal segar dari investor sebanyak Rp353 miliar. Hari ini (18/9/2025), FORE ditutup di harga Rp520 per saham, sehingga market cap-nya mencapai Rp4,64 triliun. 

Itulah empat saham startup teknologi di Bursa Efek Indonesia dan perjalanan IPO-nya. 

(Nadya Kurnia)

SHARE