MARKET NEWS

5 Fakta IPO Cinema XXI: Raja Bioskop Indonesia yang Baru Saja Melantai di Bursa Efek

Kurnia Nadya 02/08/2023 18:51 WIB

CNMA resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia hari ini (2/8).

5 Fakta IPO Cinema XXI: Raja Bioskop Indonesia yang Baru Saja Melantai di Bursa Efek. (Foto: MNC Media)

IDXChannel—Ada beberapa fakta menarik tentang IPO Cinema XXI. Emiten berkode CNMA ini baru saja memperdagangkan sahamnya secara perdana di Bursa Efek Indonesia hari ini, adapun harga yang ditawarkan adalah Rp270 per saham. 

Kehadiran CNMA di pasar modal Indonesia mendapat sambutan cukup meriah. Selain karena nama brand yang sudah tergolong sangat populer di kalangan masyarakat, prospek bisnis layar lebar di Indonesia juga dianggap masih menarik. 

CNMA melepas 8,33 miliar saham baru ke masyarakat. Dengan harga penawaran Rp270/saham, emiten ini menghimpun dana segar senilai Rp2,25 triliun dari pasar modal. Sebanyak 65% dari IPO akan digunakan untuk membangun jaringan bioskop di Indonesia. 

Pada akhir perdagangan hari ini (2/8), emiten yang mengelola brand bioskop XXI ini ditutup pada level Rp316 per saham, naik 17,04% dari harga pembukaannya yakni Rp270 per saham. 

CNMA atau PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk pertama kali beroperasi di Indonesia pada akhir 1980-an. Sejak pembukaannya, CNMA perlahan menguasai pangsa industri layar lebar. Saat ini, CNMA memiliki jaringan bioskop terbesar di Indonesia. 

Per Desember 2022, perseroan mengoperasikan 225 bioskop dengan 1.216 layar di 55 kota di seluruh Indonesia. Usai masuk pasar modal, jumlah layar CNMA bisa bertambah lebih banyak lagi. 

Lantas, apa saja fakta menarik tentang IPO Cinema XXI? 

5 Fakta IPO Cinema XXI 

1. Oversubscribe 

Perseroan mencatatkan oversubscribed atau kelebihan permintaan selama masa penawaran umum hingga 25,7 kali. Artinya, minat investor selama periode tersebut cukup tinggi. Sebagai perbandingan, emiten perfilman RAAM atau PT Tripar Multivision Plus Tbk, mencatatkan oversubscribed hanya 14,05 kali. 

2. Valuasi Mahal 

Berdasarkan riset IDXChannel, dari perhitungan metrik multiples price-to-earnings ratio (P/E ratio), valuasi saham CNMA tergolong mahal, yakni 44,60 kali, alias 10-15 kali melebihi aturan praktis di kalangan investor. 

Rasio harga saham terhadap nilai buku (price-to-book value/PBV) juga mencapai 4,59 kali lipat, jauh di atas prinsip rule of thumb 1 kali.

3. Laba Bersih Terbesar Bukan dari Tiket 

Hal yang menarik dari bisnis CNMA adalah, penjualan tiket rupanya bukanlah kontributor laba bersih terbesar dalam kinerja keuangan perseroan. Padahal, bisnis utama CNMA adalah penayangan film di layar lebar. 

Dari laporan keuangan 2019—sebelum pandemi—CNMA mencatatkan net profit senilai Rp1,27 triliun. Jika ditilik dari segi revenue, penjualan tiket bioskop mendominasi sebesar 65%, pada urutan kedua adalah penjualan food and beverage sebesar 26%. 

Namun begitu dilihat dari segi laba bersih, urutan itu justru terbalik. Rupanya, penyumbang laba bersih terbesar adalah food and beverage dengan persentase 70%. Sementara kontribusi laba bersih dari penjualan tiket hanya 34% saja. 

Artinya, penjualan makanan dan minuman di outlet-outlet bioskop XXI memberikan keuntungan lebih besar dibanding penjualan tiket film. 

4. Janjikan Dividen 

Usai IPO, perseroan menjanjikan pembagian dividen di tahun depan hingga 35% dari laba bersih. Hal ini disampaikan oleh Corporate Secretary PT Nusantara Sejahtara Raya Tbk Tri Rudy Anitio. Besaran bagi hasil itu bahkan bisa jadi meningkat jika memungkinkan.  

5. Akan Tambah Bioskop 

CNMA akan menggunakan 65% dana IPO untuk membangun bioskop baru XXI, 15% untuk modal kerja termasuk pembelian barang dan jasa, kemudian sisanya 20% untuk membayar sebagian pokok utang CNMA. 

Perseroan berencana menambah jumlah layar hingga 10% selama lima tahun mendatang. Tim riset IDXChannel mencatatkan bahwa Indonesia memiliki 7,6 layar bioskop per satu juta penduduk, sehingga prospek bisnis bioskop di negara ini masih tergolong tinggi. 

Rasio antara jumlah layar bioskop dengan jumlah penduduk di Indonesia jauh lebih rendah dibanding negara-negara lain, seperti Amerika Serikat (133,1), Inggris (72,6), dan China (47,3). Ditambah dengan pertumbuhan demografi dan infrastruktur di kota-kota, boleh dibilang ‘nafas’ industri bioskop di Indonesia masih panjang. 

Demikianlah ulasan singkat tentang lima fakta IPO Cinema XXI, perusahaan bioskop yang baru saja mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia hari ini. (NKK)

SHARE