5 Saham Nikel Undervaluated dengan PER Tinggi, Ada ANTM
Saham nikel undervaluated dengan PER tinggi memang menarik minat para investor untuk dikoleksi.
IDXChannel – Saham nikel undervaluated dengan PER tinggi memang menarik minat para investor untuk dikoleksi. Industri pertambangan khususnya nikel sedang booming.
Hal ini sejalan dengan sentimen seputar kendaraan listrik (EV), dimana nikel merupakan salah satu komponen utama bahan baku baterai. Situasi ini turut membawa angin segar bagi saham emiten nikel yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Apa Itu Saham Undevalue
Saham yang undervalued adalah saham yang dijual dengan harga kurang dari nilai intrinsiknya. Jika perhitungan investor benar, besar kemungkinan harga saham akan naik sehingga menghasilkan keuntungan di masa depan.
Saham Nikel Undervaluated dengan PER Tinggi
Berikut ini adalah beberapa saham nikel undervalued dengan PER tinggi yang dirangkum tim IDX Channel dari berbagai sumber hingga RTI Business:
1. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) adalah perusahaan milik negara yang bergerak di industri pertambangan dan metalurgi atau logam yang terdiversifikasi secara vertikal. Perusahaan ini bergerak dalam bidang eksplorasi, penambangan, pengolahan, pemurnian dan pemasaran berbagai bahan baku pertambangan.
ANTM memproduksi berbagai produk pertambangan seperti bijih nikel, feronikel, bauksit, emas, perak dan lain-lain. Pada semester I 2022, perseroan meraih laba bersih Rp1,5 triliun dengan pendapatan Rp18,77 triliun. Saat ini, harga saham ANTM per Jumat 22/9/2023 yakni Rp1.850/saham dengan memiliki PER 11.76 kali
2. PT Vale Indonesia Tbk (INCO)
PT Vale Indonesia Tbk (INCO) juga mendukung upaya mendorong nikel menjadi produk turunannya. INCO memproduksi nikel sebagai produk samping nikel yang sangat populer namun sejauh ini secara global belum banyak produsennya.
Saat ini di dunia belum banyak produk bubuk atau powder nikel. Memang hingga saat ini hanya sedikit perusahaan yang mampu memproduksi turunan nikel tersebut. Hingga akhir tahun 2022, total cadangan mineral INCO mencapai 111,55 juta ton bijih nikel.
Adapun harga saham INCO per Jumat 22/9/2023 yakni Rp5.700/saham dengan memiliki PER 11.19 kali
3. PT Central Omega Resources Tbk (DKFT)
Emiten nikel lainnya, PT Central Omega Resources Tbk (DKFT), menargetkan penjualan bijih nikel sebanyak 1,3 juta ton sepanjang tahun 2023, meningkat 43,88% dibandingkan kinerja tahun 2022.
Berdasarkan perkiraan Perseroan, realisasi volume penjualan bijih nikel DKFT telah mencapai kurang lebih 400.000 ton pada Juni 2023. Sayangnya, PER DKFT sempat negatif -5,05. Penyebabnya adalah sepinya penjualan pada kuartal I 2023.
Oleh karena itu, hal ini menyebabkan Perseroan mencatatkan kerugian kini yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada kuartal I tahun 2023 sebesar Rp 29 miliar. Harga saham DKFT per Jumat 22/9/2023 yakni stagnan di Rp111 /saham dengan memiliki PER 7.59 kali.
4. PT Ifishdeco Tbk (IFSH)
PT Ifishdeco Tbk (IFSH) juga akan mendukung ekosistem kendaraan listrik. Hal itu seiring dengan didirikannya anak perusahaan bernama IFISH Battery Minerals Pte Ltd (IBM). IBM berkantor pusat di Singapura.
Seandainya IFSH memiliki 100% saham IBM. IBM mengoperasikan perusahaan induk lainnya. Penyertaan saham perseroan pada IBM merupakan salah satu langkah strategis dalam rencana ekspansi bisnis perseroan.
Sayangnya valuasi IFSH masih tergolong mahal dengan PER di atas rata-rata industri sehingga membuat IFSH kurang diminati dibandingkan kompetitor. Harga saham IFSH per Jumat 22/9/2023 yakni di Rp1.055/saham dengan memiliki PER 37.11 kali.
5. PT Resource Alam Indonesia Tbk (KKGI)
PT Resource Alam Indonesia Tbk (KKGI) terus membuka peluang untuk mengakuisisi perusahaan pertambangan, baik produk pertambangan nikel maupun batubara.
Sebelumnya, KKGI mengakuisisi dua perusahaan nikel, PT Buton Mineral Indonesia (BMI) dan PT Bira Mineral Nusantara (BMN).
Di antara empat emiten lainnya, KKGI menjadi yang termurah berdasarkan sektoral dengan PER 3,59x. Dengan tumbuhnya ekosistem kendaraan listrik, hal ini dapat mendongkrak kinerja emiten nikel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan mendongkrak harga sahamnya. (SNP)