MARKET NEWS

Ada Sentimen Rusia-Ukraina dan Inflasi, Rupiah Terkoreksi 0,02 Persen

Dinar Fitra Maghiszha 14/02/2022 09:45 WIB

Dua sentimen utama, yakni konflik antara Rusia dan Ukraina serta inflasi membuat rupiah hari ini terkoreksi.

Ada Sentimen Rusia-Ukraina dan Inflasi, Rupiah Terkoreksi 0,02 Persen. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Dua sentimen utama, yakni konflik antara Rusia dan Ukraina serta inflasi membuat rupiah hari ini terkoreksi. Pada perdagangan di pasar spot, terkoreksi -2 poin atau -0,02% di Rp14.348 per USD1 pada perdagangan Senin pagi (14/2/2022). 

Sementara itu, pasar uang di kawasan Asia Pasifik terpantau bergerak mixed atas dolar AS, seperti Yen Jepang naik 0,03% di 115,38, Dolar Hong Kong terpuruk -0,02% di 7,8014, dan Won Korea Selatan tumbuh 0,01% di 1.199,79.

Ringgit Malaysia tertekan -0,10% di 4,1920, Peso Filipina turun -0,26% di 51,385, dan Dolar Taiwan terjatuh -0,05% di 27,907, Baht Thailand menanjak 0,31% di 32,620, Dolar Australia koreksi -0,16% di 0,7124, Dolar Singapura turun -0,03% di 1,3473, Yuan China terpuruk -0,11% di 6,3615.

Indeks dolar pada pagi ini tampak merosot -0,03% di 96,05, menanti katalis positif di tengah kekhawatiran pasar terhadap konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina di Eropa dan melonjaknya inflasi.

Risiko perang di Ukraina telah membuat euro mundur ke 1,1360 dari puncak minggu lalu di 1,1495. Pejabat Amerika Serikat mengatakan pada Minggu (13/2) bahwa Rusia dapat menyerang Ukraina kapan saja dan dimungkinkan membuat dalih yang mengejutkan atas serangan yang dilakukan.

Kanselir Jerman Olaf Scholz, dijadwalkan berangkat ke ibukota Kyiv dan juga Moskow pada Senin untuk melakukan pembicaraan dengan Presiden Vladimir Putin pada Selasa (15/2). Olaf disebut akan memperingatkan sanksi jika Moskow benar-benar menyerang.

Selain konflik di Eropa, tekanan terhadap aset berisiko juga datang dari respons pasar yang bergejolak terhadap data inflasi AS pekan lalu. Meskipun kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga sempat mereda, analis memperkirakan dolar akan tetap mendapat dorongan.

"Dengan ekspektasi kenaikan suku bunga Fed melonjak lagi dan ketegangan geopolitik di Ukraina yang meningkat secara dramatis, indeks dolar kemungkinan akan kembali menguat," kata Analis Westpac, dilansir Reuters, Senin pagi (14/2/2022).

Terkait agenda makro dunia, Australia akan merilis data pekerjaan pada Kamis depan (17/2). Ini akan menambah risiko volatilitas dolar Aussie (AUD) mendekati level tertingginya satu tahun terakhir.

Federal Reserve AS juga bakal merilis risalah pertemuan Januari pada hari Rabu (16/2).

Percakapan pejabat Fed pekan lalu terkait kenaikan suku bunga sedikit memberi ketenangan bagi pasar, ketika Fed merilis jadwal pembelian obligasi yang tidak berubah untuk bulan mendatang. 

Seperti diketahui, bank sentral mengatakan akan menaikkan suku bunga hanya setelah pembelian obligasinya berhenti. (TYO)

SHARE