Adaro Minerals (ADMR) Serap Capex USD95,7 Juta, untuk Apa Saja?
PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) mencatatkan realisasi belanja modal atau capital expenditure (capex) hingga kuartal III-2023 sebesar USD95,7 juta.
IDXChannel - PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) mencatatkan realisasi belanja modal atau capital expenditure (capex) hingga kuartal III-2023 sebesar USD95,7 juta atau Rp1,48 triliun. Realisasi ini naik dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar USD4,85 juta.
Direktur ADMR Heri Gunawan mengungkapkan, anggaran belanja modal perseroan lebih banyak digunakan untuk infrastruktur di PT Maruwai Coal (MC) dan konstruksi smelter aluminium di bawah PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI).
Perihal pembangunan smelter, PT KAI telah memilih seluruh kontraktor utama untuk konstruksi dan instalasi smelter.
KAI juga telah merampungkan pembukaan lahan untuk mess permanen, pemecah gelombang untuk jeti (coastal jetty breakwater), maupun konstruksi fasilitas pendukung, pekerjaan tanah (earthworks), dan konstruksi jeti sementara, serta terus melaksanakan konstruksi fasilitas infrastruktur lainnya.
“Realisasi capex ini memang meningkat signifikan jika dibanding tahun lalu, ini sejalan dengan pembangunan aluminium smelter kami dan juga infrastruktur tambang,” kata Heri dalam Public Expose Live 2023 secara daring, Senin (27/11/2023).
Sementara itu, perseroan belum menganggarkan belanja modal untuk 2024 mendatang. Heri mengatakan, perseroan saat ini sedang dalam proses finalisasi anggaran dan akan disampaikan pada awal tahun depan.
“Tapi kurang lebih capex-nya akan berkisar dari kelanjutan pembangunan smelter dan perkembangan infrastruktur lainnya,” ucap Heri.
Perseroan akan melanjutkan pekerjaan untuk meningkatkan kondisi tanah dan perataan lahan di area smelter aluminium, serta melanjutkan pengerukan, konstruksi kargo berat, kargo universal, dan berthing trestle untuk area jeti.
ADMR mencatatkan laba sebesar USD250,50 juta atau setara Rp3,98 triliun hingga kuartal III 2023. Angka ini susut 11,87% dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar USD284,26 juta.
Adapun, penurunan profitabilitas perseroan disebabkan oleh menurunnya harga batu bara metalurgi pada periode ini, sementara biaya tercatat lebih tinggi karena kenaikan volume.
Di sisi lain, pendapatan ADMR tercatat naik 8,12% menjadi USD720,62 juta atau Rp11,45 triliun, dari sebelumnya sebesar USD666,48 juta. Secara rinci, pendapatan dari segmen pertambangan batu bara tercatat sebesar USD719,07 juta dan pendapatan segmen jasa lainnya sebesar USD2,99 juta.
Peningkatan pendapatan perseroan dikarenakan adanya kenaikan 38% pada volume penjualan yang diimbangi dengan penurunan 21% pada harga jual rata-rata atau average selling price (ASP). Produk batu bara metalurgi ADMR yang berkualitas tinggi dijual ke berbagai produsen baja di Jepang, China, India, Indonesia, dan Korea Selatan.
(RNA)