Aksi Demo Picu Ketidakpastian, IHSG Berpotensi Uji Level Support 7.800 Pekan Depan
Area tersebut diperkirakan akan menjadi penahan pertama bagi tekanan jual.
IDXChannel - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melemah dalam dua hari terakhir perdagangan. Ini mencerminkan rapuhnya psikologis pasar terhadap gejolak politik dan keamanan di dalam negeri.
Pengamat sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardana memprakirakan secara teknikal IHSG akan bergerak mendekati area support penting di kisaran 7.800-7.840 dalam menghadapi sentimen negatif ini.
Area tersebut diperkirakan akan menjadi penahan pertama bagi tekanan jual.
"Jika level ini berhasil bertahan, ada peluang IHSG kembali konsolidasi. Namun bila jebol, risiko koreksi lebih dalam bisa terbuka," kata Hendra dikutip Minggu (31/8/2025).
Diketahui, IHSG mencatatkan rekor tertinggi closing sepanjang sejarah pada Kamis (28/8/2025) dengan ditutup di level 7.952,088. Pencapaian ini melampaui rekor sebelumnya di level 7.943,825 yang dicapai pada Rabu (20/8/2025).
Meski menyentuh rekor, pergerakan IHSG sepanjang sepekan tercatat turun tipis 0,36 persen ke level 7.830,493 dari posisi 7.858,851 pada pekan lalu.
Hendra menilai pelemahan ini didorong oleh aksi massa yang merebak di Jakarta dan sejumlah daerah, menciptakan sentimen negatif dan ketidakpastian bagi investor.
Hendra menjelaskan bahwa pasar modal sangat sensitif terhadap stabilitas. Ketika ada potensi risiko keamanan, investor baik asing maupun domestik, cenderung menahan diri atau bahkan melepaskan portofolio untuk mengamankan posisi.
Dia menilai, gejolak ini diperburuk oleh respons pemerintah yang dinilai belum tepat, seperti himbauan work from home (WFH) bagi anggota DPR. Kebijakan ini dinilai menimbulkan persepsi negatif di mata publik dan pasar.
"Persepsi sering kali lebih kuat pengaruhnya dibanding fakta di lapangan," kata Hendra.
Peristiwa ini juga menjadi sorotan media internasional, yang membuat investor global melihat adanya eskalasi ketidakpastian politik di Indonesia.
Hal inilah yang berujung pada aksi jual di pasar keuangan dan membuat IHSG tertekan signifikan, bersamaan dengan fluktuasi nilai tukar rupiah. Oleh karena itu, banyak pelaku pasar saat ini memilih strategi defensif sambil menunggu kejelasan arah kebijakan pemerintah.
Menurut Hendra, ke depan, yang dibutuhkan pasar adalah komunikasi yang jelas dan menenangkan dari pemerintah. Jika pemerintah mampu merangkul dan membuka dialog, pasar bisa merespons dengan lebih rasional.
"Namun, jika psikologis pasar terus diganggu oleh ketidakpastian, maka pelemahan IHSG sulit dihindari meski faktor fundamental ekonomi Indonesia masih cukup kuat," kata dia.
Hendra menekankan bahwa pasar bekerja berdasarkan sentimen dan ekspektasi. Oleh karena itu, menjaga stabilitas sosial dan politik saat ini menjadi kunci utama untuk mencegah pelemahan IHSG lebih dalam.
(Nur Ichsan Yuniarto)