MARKET NEWS

Analis Pesimistis The Fed Bakal Turunkan Suku Bunga Pasca Rilis Data Inflasi AS

Maulina Ulfa - Riset 01/06/2024 10:51 WIB

Pemungutan suara pejabat The Fed untuk menentukan suku bunga berikutnya akan dilakukan pada 12 Juni. 

Analis Pesimistis The Fed Bakal Turunkan Suku Bunga Pasca Rilis Data Inflasi AS. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Indeks harga PCE inti Amerika Serikat (AS), yang menjadi ukuran pilihan bank sentral The Federal Reserve (The Fed) naik 0,2% secara bulanan (mtm) dari bulan sebelumnya pada April 2024 setelah kenaikan sebesar 0,3% pada Maret.

Ini menjadi kenaikan inflasi inti paling lambat sejauh ini sepanjang 2024, dan di bawah ekspektasi pasar sebesar kenaikan 0,3%. 

Sementara itu, indeks inflasi utama naik 0,3%, sama seperti pada Maret dan Februari.  Secara tahunan, inflasi PCE tahunan tetap sebesar 2,7%, menyamai rekor tertinggi dalam 4 bulan pada Maret, dan tingkat inflasi inti sebesar 2,8% yoy, menjadi terendah sejak Maret 2021.

Data terbaru ini sejalan dengan ekspektasi para ekonom bahwa inflasi akan tetap sama seperti pada Maret. Sementara target The Fed untuk indeks utama PCE adalah 2 persen.

Pemungutan suara pejabat The Fed untuk menentukan suku bunga berikutnya akan dilakukan pada 12 Juni. 

Melansir Financial Times (1/6/2024), mereka diperkirakan akan mengatakan bahwa mereka memerlukan lebih banyak data mengenai inflasi sebelum menurunkan biaya pinjaman dari tingkat tertinggi dalam 23 tahun saat ini sebesar 5,25 persen menjadi 5,5 persen.

Para investor mengatakan data tersebut membuat para penentu suku bunga AS berada pada jalur yang tepat untuk menurunkan suku bunga menjelang pemilihan presiden AS pada November. Kondisi ini diprediksi memberikan potensi dorongan bagi petahana Gedung Putih saat ini, Joe Biden.

Pasar memperkirakan pemotongan suku bunga sebesar seperempat poin pada tahun ini, dengan kemungkinan 50 persen lebih besar untuk pemotongan pertama pada September – yang merupakan keputusan akhir kebijakan menjelang pemilu.

Data yang diterbitkan oleh Biro Analisis Ekonomi juga menunjukkan konsumen AS menahan pengeluaran mereka, dengan pengeluaran konsumsi riil turun 0,1 persen.

“Semuanya menunjukkan bahwa konsumen sedang dan seharusnya melambat karena menghadapi suku bunga yang tinggi, pasar tenaga kerja yang sedang naik daun, dan harga-harga yang naik,” kata Sameer Samana, ahli strategi pasar global senior di Wells Fargo. 

“The Fed diperkirakan akan sedikit lega dengan angka inflasi terbaru namun tidak puas sama sekali”, kata kepala ekonom Point72, Dean Maki.

“Tidak mudah untuk memiliki keyakinan yang tinggi terhadap kebijakan The Fed karena The Fed sendiri tidak mengetahui secara pasti apa yang akan dilakukannya. Hal ini sangat bergantung pada angka inflasi inti bulan ke bulan, yang cukup fluktuatif dalam beberapa bulan terakhir,”tambah Maki.

Merespon data terbaru tersebut, saham-saham AS dibuka lebih tinggi pada perdagangan Jumat, namun mengalami sesi volatil karena saham-saham teknologi menyeret pasar ke zona merah sebelum akhirnya terjadi reli. 

S&P 500 di Wall Street naik 0,8 persen, ditutup pada sesi tertingginya, sementara Nasdaq Composite yang sarat teknologi ditutup 0 lebih rendah pada bel penutupan. Kedua indeks tersebut masih mencatatkan penurunan mingguan pertamanya sejak pertengahan April.

Di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil Treasury dua tahun yang sensitif terhadap kebijakan suku bunga turun 0,05 poin persentase menjadi 4,88 persen, sedangkan imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun turun 0,05 poin persentase menjadi 4,50 persen.

(SLF)

SHARE