MARKET NEWS

Analis Prediksi Beda Gaya Sri Mulyani dan Purbaya Kelola APBN

Anggie Ariesta 10/09/2025 17:08 WIB

Purbaya Yudhi Sadewa resmi menjabat sebagai Menteri Keuangan untuk menggantikan Sri Mulyani Indrawati.

Purbaya Yudhi Sadewa resmi menjabat sebagai Menteri Keuangan untuk menggantikan Sri Mulyani Indrawati. (Foto: iNews Media/Aldhi Chandra)

IDXChannel - Purbaya Yudhi Sadewa resmi menjabat sebagai Menteri Keuangan untuk menggantikan Sri Mulyani Indrawati. Gaya kedua figur tersebut dinilai memiliki perbedaan dalam mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Chief Economist, Macro Strategist & Head of Fixed Income Research BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS), Helmy Kristanto mengatakan, keputusan Presiden Prabowo Subianto melantik Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan akan membawa perubahan besar.

Menurut Helmy, Purbaya membawa pengalaman luas dari pasar keuangan, posisi pemerintahan, dan kepemimpinannya di Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Kombinasi ini memberinya perspektif yang lebih luas, memungkinkannya menghadapi tantangan ekonomi dari berbagai sudut pandang.

"Kami melihat bahwa pengangkatan Purbaya mengarah pada potensi kesinambungan kebijakan, tetapi dengan fokus pro-growth yang lebih kuat. Pendekatannya dapat menyeimbangkan disiplin fiskal dengan dukungan terhadap pertumbuhan. Namun, kebijakan awalnya akan sangat menentukan kecepatan penerimaan pasar,” kata Helmy dalam risetnya, Rabu (10/9/2025).

Helmy menilai, dengan latar belakang Purbaya di LPS juga memberikan pemahaman mendalam tentang interaksi antara belanja fiskal dan likuiditas sistem. Hal ini bisa diterjemahkan menjadi potensi reformasi yang memprioritaskan pola belanja yang lebih lancar dan seimbang di masa depan.

Purbaya juga dikenal dengan sikapnya yang pro-growth, suatu sikap yang sangat tepat waktu mengingat perlambatan momentum ekonomi saat ini.

Dalam forum LPS, dia sempat menekankan bahwa target pertumbuhan PDB Indonesia 2026 sebesar 5,4 persen masih dapat dicapai apabila mesin fiskal dan moneter berjalan selaras, memberikan sinyal kemungkinan fokus kebijakan pada dukungan kontra-siklus untuk mendorong pertumbuhan.

BRI Danareksa Sekuritas melihat pergantian ini memicu gejolak di pasar keuangan, dengan rupiah melemah, IHSG turun, dan imbal hasil obligasi naik seiring reaksi investor terhadap berita tersebut.

Pada perdagangan Selasa (9/9/2025), rupiah melemah di Rp16.475 per dolar AS menunjukkan tekanan pasar yang masih berlanjut. BRIDS berpandangan setiap kenaikan imbal hasil obligasi dapat menarik minat pembeli, khususnya dari bank dan dana pensiun.

Meskipun volatilitas pasar kemungkinan masih akan terjadi dalam jangka pendek, situasi ini bisa menciptakan peluang bagi investor, terutama dengan Bank Indonesia (BI) yang berada dalam siklus pelonggaran dan The Fed diperkirakan memangkas suku bunga pekan depan.

Di pasar modal, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah signifikan, terkoreksi -1,78 persen ke level 7.628. Indeks mencatatkan net foreign sell yang cukup besar, mencapai Rp4,32 triliun di pasar reguler.

Customer Engagement & Market Analyst Department Head BRIDS, Chory Agung menilai, secara teknikal IHSG masih berada dalam tren bullish dengan resistance terdekat di level 7.885 - 8.021. Namun, indeks berpotensi melanjutkan tren pelemahan menuju area support di kisaran 7.448 – 7.571.

“Tekanan jual asing mengindikasikan respons negatif pasar terhadap pelantikan Menteri Keuangan yang baru terutama di sektor perbankan seperti saham BBCA dalam seminggu terakhir investor asing mencatatkan penjualan bersih (net foreign sell) sebesar Rp4,9 triliun,” kata Chory.

>

(Rahmat Fiansyah)

SHARE