Analis Sebut Rencana IPO Mitratel Jadi Sentimen Penggerak IHSG ke depan
IPO Mitratel akan mempengaruhi sektor-sektor emiten lainnya seperti EXCL, ISAT dan TOWR untuk minggu depan.
IDXChannel - Adanya rencana IPO PT Dayamitra Telekomunikasi atau Mitratel anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) sudah dinantikan oleh para investor.
Analis Henan Putihrai Sekuritas, Liza C Suryanata mengatakan, IPO Mitratel nanti juga bisa menjadi penggerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam sepekan kedepan. Hal itu didorong dengan pergerakan saham TLKM dengan volume perdagangan yang melesat.
"Pergerakan Telkom pada perdagangan sesi terakhir, Jumat (19/11) menguat dengan volume sangat tinggi. Breakout ke level tertinggi sebelumnya di 3.380, ini breakout nya cukup solid dan untuk jangka pendek saya rasa Telkom akan terus bergerak sampai 4.000 - 4.050," katanya dikutip Minggu (21/11/2021).
Untuk jangka waktu yang sedikit lebih panjang, lanjut Liza, mungkin sekitar mid term bahkan target 4.300 terlihat masih mungkin untuk Telkom tembus. Apalagi menurutnya, dengan IPO Mitratel akan semakin mengukuhkan posisi Telkom kedepannya.
"Mitratel ini adalah pemilik menara terbesar di seluruh Indonesia, jadi dengan adanya IPO ini yang dana sedianya digunakan untuk modal kerja, belanja modal, ini juga akan memperkuat sistem teknologi informasi mereka dan akan semakin mengukuhkan posisi Telkom sebagai Raja Telekomunikasi di Indonesia," ujar Liza.
Bukan hanya Telkom saja, IPO Mitratel akan mempengaruhi sektor-sektor emiten lainnya seperti EXCL, ISAT dan TOWR untuk minggu depan. Liza menegaskan bahwa IPO jumbo Mitratel ini akan mendorong IHSG untuk semakin bullish.
Perlu diketahui, Mitratel menawarkan 25.540.000.000 saham atau 29,85 persen dari modal yang ditempatkan dan disetor perusahaan setelah penawaran umum, senilai Rp775-Rp975 per lembar saham. Dengan demikian, perseroan diperkirakan bakal memperoleh dana segar sebanyak Rp19,79 triliun hingga Rp24,90 triliun dari IPO ini.
Perseroan menyatakan bahwa dana IPO ini akan digunakan sebanyak 44 persen untuk belanja modal seperti penambahan penguatan, penambahan menara telekomunikasi, pembangunan menara baru dan penambahan site baru, serta ekspansi ke teknologi dan layanan yang berkaitan dengan bisnis penyewaan menara.
Sementara 56 persen lainnya bakal dieksekusi untuk belanja modal anorganik, seperti mengakuisisi menara telekomunikasi dari operator telekomunikasi dan akuisisi strategis produk, teknologi, dan layanan baru.
Adapun sisanya bakal digunakan untuk kebutuhan modal kerja dan kebutuhan peningkatan sistem teknologi informasi serta penerapan program pengembangan.
(SANDY)