Antrean Beli Menggunung, Sampai Kapan CDIA Bertahan di ARA?
Harga saham PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) kembali unjuk gigi pada hari kedua perdagangannya di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (10/7/2025).
IDXChannel — Harga saham PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) kembali unjuk gigi pada hari kedua perdagangannya di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (10/7/2025). Setelah resmi mencatatkan saham perdana pada Rabu (9/7), saham anak usaha PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) ini langsung mencatatkan lonjakan signifikan.
Mengacu pada data BEI, saham CDIA kembali meroket 25 persen hingga menyentuh batas auto rejection atas (ARA) ke level Rp320 per saham. Nilai transaksi tercatat mencapai Rp459,4 juta dengan volume perdagangan mencapai 1,43 juta saham.
Pada debut kemarin, saham CDIA melonjak dan ditutup hingga ARA 35 persen.
Antusiasme pasar terhadap saham besutan konglomerat Prajogo Pangestu ini terlihat dari antrean beli yang mengular di kolom bid. Hingga pukul 11.47 WIB, total antrian pembelian di harga ARA mencapai 98,42 juta lot atau sekitar Rp3,15 triliun, menandai tingginya minat investor terhadap emiten ini.
CDIA sebelumnya menawarkan saham perdana di harga Rp190 per saham, dengan jumlah saham tercatat sebanyak 124,82 miliar unit. Kehadiran CDIA di bursa sudah lama dinanti pelaku pasar, dan menjadikannya emiten ke-17 yang melantai di BEI sepanjang tahun ini.
Dengan lonjakan harga di hari kedua, kapitalisasi pasar CDIA tercatat menembus Rp39,95 triliun—sebuah debut yang langsung mencuri perhatian pelaku pasar.
ARA Sampai Kapan
Pengamat pasar modal Michael Yeoh memproyeksikan peluang kenaikan signifikan pada saham CDIA. Ia menilai, saham ini berpotensi menguat hingga ke level ARA dalam beberapa hari perdagangan ke depan.
“Melihat dari pergerakan saham-saham sebelumnya seperti BREN, biasanya ada potensi saham terbuka di ARA ke 5 hingga 7,” ujar Michael, Kamis (10/7/2025).
Ia menjelaskan, pola seperti ini lazim terjadi pada saham-saham yang mengalami lonjakan harga tajam dalam waktu singkat. “Bid yang tebal akan berkurang seiring kenaikan fraksi harga,” imbuhnya.
Menurut Michael, pengurangan bid ini merupakan bagian dari proses penyesuaian pasar terhadap valuasi baru saham tersebut. “Ini menyusul dari perubahan valuasi,” katanya.
Sebelumnya, Michael menjelaskan, valuasi CDIA juga masih tergolong menarik jika dilihat dari rasio price to book value (PBV). “Dengan PBV di angka 1,9 sampai 2,0 kali, perusahaan ini dinilai cukup atraktif. Apalagi jika kita bandingkan dengan perusahaan serupa di luar negeri,” tuturnya, Rabu (9/7).
Dari sisi fundamental, Michael juga menyoroti kinerja keuangan CDIA yang dinilai solid. “Perusahaan ini memiliki tingkat utang yang rendah serta laba bersih yang cukup baik dengan net margin di 25 sampai 30 persen,” kata dia.
Tak hanya itu, tingginya minat investor ritel juga menjadi sorotan tersendiri. “Apalagi, dengan penjatahan IPO yang hanya 0,6 persen, maka perusahaan ini mendapatkan pemesanan di pooling lebih dari Rp40 triliun,” imbuhnya.
Ia menambahkan, tingginya animo ini jauh melampaui jumlah saham yang dilepas di pasar. “Dibanding dengan free float-nya yang ‘hanya’ Rp2,3 triliun,” demikian kata Michael. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.