MARKET NEWS

Arab Saudi Kerek Harga Jual, Minyak Naik di Awal Pekan

Maulina Ulfa 06/05/2024 09:55 WIB

Minyak mentah berjangka (futures) West Texas Intermediate (WTI) dan Brent menguat tipis pada perdagangan awal pekan, Senin (6/5/2024).

Arab Saudi Kerek Harga Jual, Minyak Naik di Awal Pekan. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Minyak mentah berjangka (futures) West Texas Intermediate (WTI) dan Brent menguat tipis pada perdagangan awal pekan, Senin (6/5/2024).

Harga minyak WTI naik 0,47 persen di level USD78,3 per barel dan minyak Brent terapresiasi 0,49 persen di level USD83,2 per barel pada pukul 08.31 WIB.

Di pekan sebelumnya, harga minyak ditutup anjlok 1,22 persen dan 1,02 persen pada perdagangan Jumat (3/5), seiring data terbaru ekonomi Amerika Serikat (AS) dan memudarnya risiko konflik Timur Tengah.

Minyak mentah berjangka WTI menjadi sekitar USD77,9 per barel dan minyak Brent di level USD82,8 per barel pada Jumat.

Dengan ini, dalam sepekan, harga minyak mentah berjangka WTI dan Brent masing-masing jatuh 6,84 persen dan 6,11 persen.

Pada Rabu (1/5/2024), minyak mentah berjangka WTI juga ditutup turun tajam 3,58 persen dan minyak mentah Brent amblas 5,03 persen.

Arab Saudi Naikkan Harga

Arab Saudi menaikkan harga jual resmi (OSP) untuk minyak mentah yang dijual ke Asia, Eropa Barat Laut, dan Mediterania pada Juni, menandakan ekspektasi permintaan yang kuat pada musim panas ini.

"Setelah turun sedikit lebih dari 7,3 persen minggu lalu karena meredanya ketegangan geopolitik, minyak Brent memulai minggu perdagangan baru dengan pijakan yang lebih kuat, dibuka lebih tinggi," kata kepala riset komoditas ING Warren Patterson dalam sebuah catatan.

Hal ini terjadi setelah Arab Saudi menaikkan OSP bulan Juni untuk sebagian besar wilayah di tengah pengetatan pasokan pada kuartal ini.

Pekan lalu, kedua kontrak berjangka tersebut membukukan penurunan mingguan tertajam dalam tiga bulan karena investor mempertimbangkan lemahnya data pekerjaan AS dan penurunan suku bunga The Fed.

Harga minyak telah mencatat penurunan mingguan terbesar dalam tiga bulan terakhir yang disebabkan oleh tantangan indikator ekonomi dan meningkatnya kekhawatiran terhadap permintaan.

Minyak mentah berjangka WTI dan Brent terus turun terbebani reaksi investor terhadap data pekerjaan AS yang lebih lemah dari perkiraan dan menurunnya kenaikan upah tahunan.

Selain itu, pasar juga bereaksi meningkatkan spekulasi bahwa The Federal Reserve (The Fed) dapat menerapkan kebijakan penurunan suku bunga pertamanya tahun ini pada September.

Kekhawatiran meningkat terhadap tingginya suku bunga yang berkepanjangan yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi di AS, setelah The Fed mempertahankan suku bunga stabil pada awal pekan ini. Pasar juga menyoroti tingginya angka inflasi AS yang dapat menunda penurunan suku bunga.

Suku bunga yang lebih tinggi biasanya membebani perekonomian dan dapat mengurangi permintaan minyak.

Premi risiko geopolitik pada harga minyak juga telah mereda seiring dengan sedang berlangsungnya pembicaraan mengenai gencatan senjata di Gaza.

Namun, prospek kesepakatan tampaknya berpotensi buntu di akhir pekan kemarin ketika Hamas menegaskan kembali tuntutannya untuk mengakhiri perang dengan imbalan pembebasan sandera. Sementara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan tegas mengesampingkan hal tersebut.

Dari sisi permintaan, dua pekan sebelumnya, persediaan minyak mentah AS mencatat kenaikan yang tidak terduga, dengan American Petroleum Institute (API) melaporkan peningkatan sebesar 4,91 juta barel, sangat kontras dengan antisipasi penurunan sebesar 1,1 juta barel.

Peningkatan ini terjadi setelah laporan produksi minyak mentah AS melonjak menjadi 13,15 juta barel per hari pada Februari, naik dari 12,58 juta barel pada Januari, yang menunjukkan bahwa pasokan melebihi permintaan.

Badan Energi AS (EIA) juga telah memberikan perkiraan awal bahwa permintaan bensin AS turun 4,4 persen secara tahunan (yoy) pada April dan menjadi tanda negatif bagi kenaikan harga minyak yang telah memicu pergerakan cepat dana spekulatif ke arah short side pasar. (ADF)

SHARE