MARKET NEWS

AS Resmi Shutdown, Wall Street Tertekan di Awal Perdagangan

Dinar Fitra Maghiszha 01/10/2025 21:32 WIB

Shutdown pemerintahan federal AS dimulai setelah rancangan undang-undang pendanaan yang diajukan Partai Republik gagal memperoleh dukungan mayoritas di Senat.

AS Resmi Shutdown, Wall Street Tertekan di Awal Perdagangan (Foto: iNews Media Group)

IDXChannel - Indeks utama bursa saham Amerika Serikat atau Wall Street dibuka melemah pada Rabu (2/10/2025) waktu setempat, seiring dimulainya penghentian sementara (shutdown) pemerintah federal AS.

Pasar juga menyoroti rilis data tenaga kerja swasta yang menunjukkan penurunan signifikan.

Dow Jones Industrial Average naik tipis 35 poin atau 0,1 persen. S&P 500 turun 15 poin atau 0,2 persen dan Nasdaq Composite melemah 65 poin atau 0,3 persen.

Shutdown pemerintahan federal AS dimulai setelah rancangan undang-undang pendanaan yang diajukan Partai Republik gagal memperoleh dukungan mayoritas di Senat.

Dari total suara, sebanyak 55 senator menolak dan 45 menyetujui, padahal untuk disahkan diperlukan minimal 60 suara setuju.

Senat Demokrat hampir secara bulat menolak rancangan tersebut karena menilai perlu adanya jaminan keberlanjutan subsidi layanan kesehatan dalam paket pendanaan.

Padahal, rancangan itu sebelumnya telah disetujui oleh Dewan Perwakilan.

Akibat shutdown ini, berbagai layanan publik mulai dari pengendalian lalu lintas udara hingga penanggulangan bencana diperkirakan terdampak. Ribuan pegawai federal juga berisiko menghadapi cuti tanpa bayaran.

Meski secara historis pasar saham cenderung menguat saat terjadi shutdown, kondisi kali ini dinilai berbeda, dilansir Investing, Rabu (1/10/2025).

Di sisi lain, investor masih dibayangi kekhawatiran perlambatan pasar tenaga kerja, sehingga potensi pemutusan hubungan kerja lanjutan dari sektor federal bisa menambah tekanan.

Laporan terbaru ADP menunjukkan perusahaan swasta di AS memangkas 32.000 tenaga kerja pada September, penurunan terbesar dalam dua setengah tahun terakhir. Data Agustus juga direvisi dari semula penambahan 54.000 menjadi justru kehilangan 3.000 lapangan kerja.

Rilis data ADP ini menambah bobot pasar karena laporan resmi nonfarm payrolls yang dijadwalkan pada Jumat kemungkinan tertunda akibat shutdown. Padahal, data ketenagakerjaan tersebut kerap menjadi rujukan utama investor dan bank sentral AS (Federal Reserve) dalam menentukan arah kebijakan suku bunga.

(DESI ANGRIANI)

SHARE