MARKET NEWS

Asing Jadi ‘Obat Kuat’, Saham Big Four Bank Menggeliat

Melati Kristina - Riset 15/08/2022 07:00 WIB

Saham big four perbankan Tanah Air mengalami kenaikan seiring investor asing mencatatkan pembelian bersih atawa net buy di pasar reguler sepanjang pekan ini.

Asing Jadi ‘Obat Kuat’, Saham Big Four Bank Menggeliat. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Investor asing mulai masuk lagi setelah sempat melakukan aksi lego atawa net sell pada bulan Juni lalu. Tercatat, investor asing melakukan net sell di pasar reguler hingga 10 hari beruntun pada periode 17 hingga 28 Juni 2022.

Sepanjang bulan Juni 2022, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, investor asing sudah melakukan jual bersih jumbo sebesar Rp5,51 triliun di pasar reguler. Adapun saham yang paling banyak dilego yakni saham-saham big cap perbankan yang jadi penggerak utama IHSG selama Juni.

Salah satunya yakni PT Bank Sentral Asia Tbk (BBCA) dengan nilai jual bersih asing mencapai Rp1,5 triliun di pasar reguler.

Selain itu, saham emiten bank lainnya yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga membukukan net sell asing sebesar Rp1,2 triliun di pasar reguler. PT Bank Negara Indonesia Tbk atau BBNI juga ikut kena net sell di pasar reguler hingga 594,7 miliar.

Aksi lego saham yang dilakukan oleh investor asing pada saat itu tak lepas dari sentimen global, yakni efek kenaikan suku bunga oleh bank sentral negara utama dan dampak lanjutan dari perang di Ukraina.

Naiknya suku bunga yang dipimpin oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) dilakukan guna meredam inflasi yang meroket, khususnya dampak dari macetnya rantai pasok global di tengah perang dan pemulihan pandemi.

Dilansir dari Tradingeconomics, suku bunga acuan AS per Juli 2022 mencapai 3,5 persen. Sementara inflasi di negara tersebut pada periode yang sama sebesar 8,5 persen. Angka ini lebih rendah dibanding bulan Juni lalu yang mencapai9,1 persen.

Mulai keluar dari tren lego saham, investor asing sepanjang pekan ini tercatat melakukan aksi beli bersih (net buy) terhadap big four perbankan Tanah Air.

Selama sepekan ini, data BEI per Jumat (12/8) mencatat, investor asing sudah melakukan net buy di BBCA sebesar Rp1,23 triliun. Selain itu, investor asing juga melakukan beli bersih di BBNI dan BMRI masing-masing sebesar Rp218,91 miliar dan Rp612,38 miliar.

Berbeda dengan ketiga raksasa bank Tanah Air, BBRI menjadi satu-satunya dari big four perbankan yang mencatatkan penjualan bersih sepanjang pekan ini.

Menurut data BEI di periode yang sama, net sell BBRI selama pekan ini mencapai Rp343,44 miliar. Kendati demikian, meski didominasi tren net sell, investor asing masih mencatatkan pembelian bersih di emiten ini.

Sebagaimana dilansir dari BEI, pembelian bersih yang dilakukan investor asing di emiten bank ini terjadi pada Senin (8/8), Selasa (9/8), dan Kamis (11/8). Adapun pembelian bersih dengan jumlah terbesar yakni Rp12,82 miliar.

Bila diakumulasikan, sepanjang tahun 2022 BBRI sudah dibeli investor asing hingga Rp6,24 triliun di pasar reguler.

Sementara bank lainnya yang juga dibeli investor asing secara year to date (YTD) di pasar reguler yaitu BBNI (Rp4,82 triliun), BMRI (Rp4,50 triliun), dan BBCA (Rp2,38 triliun). (Lihat grafik di bawah ini.)

Rajin Dibeli Asing, Saham Big Four Perbankan Melesat Sepekan

Aksi investor asing baik melego maupun membeli saham emiten-emiten perbankan belakangan ini turut berpengaruh bagi pergerakan saham emiten ini. Seperti disinggung di atas, di saat investor asing melakukan net sell, saham perbankan anjlok.

Saham BBCA misalnya, sebagai emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar di bursa, terkontraksi hingga minus 4,29 persen selama bulan Juni akibat dilego asing.

Saham BBRI yang net sellnya mencapai Rp1,2 triliun di pasar reguler juga ambles menapai minus 6,29 persen sepanjang bulan tersebut. Menyusul dua bank lainnya, harga saham BBNI juga anjlok cukup dalam mencapai minus 11,30 persen karena dilego asing.

Kendati demikian, setelah sahamnya ambles karena kena aksi jual asing, saham emiten bank tersebut kembali pulih seiring kepercayaan investor asing untuk membeli saham big four perbankan ini  di pasar reguler.

Tercatat saham emiten-emiten bank kakap ini kembali ke zona hijau selama sepekan setelah dibeli investor asing. Sebut saja BBNI yang sahamnya melesat hingga 3,33 persen selama sepekan seiring dibeli asing hingga Rp218,91 miliar.

Selain itu, saham lainnya seperti BBCA dan BMRI juga terkerek selama pekan ini di tengah aksi beli bersih oleh investor asing. Adapun, per penutupan perdagangan Jumat (12/8), baik BBCA maupun BMRI mengalami pertumbuhan saham masing-masing 0,63 persen dan 2,73 persen.

Di tengah emiten bank lain yang kembali di zona hijau selama sepekan ini, BBRI menjadi satu-satunya emiten dengan kinerja saham sepekan yang merah di angka minus 0,92 persen. Anjloknya saham BBRI terjadi di tengah asing yang melego sepekan ini hingga Rp343,44 miliar. (Lihat tabel di bawah ini.)

Adapun bila dilihat dalam sebulan terakhir, asing rajin melakukan net buy di tiga bank kakap Tanah Air yakni BMRI,BBRI, dan BBCA. BEI mencatat, asing telah melakukan net buy sebesar Rp1,53 triliun di BMRI serta Rp3,51 triliun di BBCA dalam kurun sebulan belakangan.

Selain itu, per Jumat (12/08), investor asing juga melakukan net buy di BBRI hingga Rp120,67 miliar sepanjang sebulan terakhir.

Aksi investor asing tersebut tentunya menjadi katalis positif bagi saham kedua big caps perbankan tersebut.

Berdasarkan data BEI per Jumat (12/8), harga saham BMRI dan BBCA sepanjang sebulan terkerek hingga 18,12 persen dan 13,21 persen. Sedangkan saham BBRI tercatat menguat hingga 5,11 persen selama sebulan terakhir.

Sementara saham big caps perbankan yakni BBNI, walaupun masih dilego asing selama sebulan terakhir, masih mampu mencatatkan pertumbuhan saham yang positif.

Kendati dalam sebulan dilego asing hingga Rp308,34 miliar, performa sahamnya masih unggul hingga 17,18 persen selama sebulan.

Keuangan The Big Four Perbankan Masih Apik Seiring Kepercayaan Asing

Selama semester I-2022, kinerja keuangan emiten bank kakap Tanah Air mencatatkan pertumbuhan yang baik. Adapun BMRI menjadi emiten bank yang pertumbuhan pendapatan bunga bersihnya paling unggul dibanding emiten lainnya, yakni mencapai 18,99 persen.

Sedangkan pendapatan bersih emiten ini di semester I-2022 mencapai Rp41,83 triliun. Melesatnya pendapatan bersih BMRI disumbang oleh naiknya pendapatan bunga maupun pendapatan syariah dari emiten ini.

Laporan keuangan BMRI mencatat, tumbuhnya pendapatan bunga emiten ini berasal dari meningkatnya pendapatan kredit yang diberikan yang berkontribusi 71,84 persen terhadap segmen tersebut.

Adapun pendapatan kredit yang diberikan pada semester pertama tahun ini mencapai Rp32,48 triliun. Sementara sektor lain yang mengalami kenaikan secara year on year (yoy) yaitu obligasi pemerintah dan pendapatan pembiayaan konsumen.

Kedua segmen ini menyumbang pendapatan bunga masing-masing sebesar Rp8,036 triliun dan Rp2,32 triliun.

Di samping itu, segmen pendapatan syariah juga ikut berkontribusi bagi pendapatan BMRI. Dari segmen tersebut, pendapatan yang bertumbuh di semester I-2022 yakni pendapatan keuntungan murabahah dan istishna.

Berdasarkan laporan keuangan BMRI, pendapatan keuntungan murabahah dan istishna menyumbang Rp5,49 triliun terhadap total pendapatan.

Selain BMRI, emiten big caps perbankan lainnya juga mengalami pertumbuhan pendapatan bunga bersih. Emiten tersebut yakni BBRI yang melesat 17,56 persen menjadi Rp64,61 triliun dan BBCA yang tumbuh 5,49 persen menjadi Rp29,67 triliun.

Terakhir, BBNI yang masih mampu mencatatkan kenaikan pendapatan bunga bersih meskipun hanya sebesar 0,93 persen, yang mana menjadi pertumbuhan terendah di antara emiten big four perbankan.

Sedangkan pendapatan bunga bersih yang diperoleh emiten ini di semester I tahun ini yakni sebesar Rp25,53 triliun.(Lihat grafik di bawah ini.)

Tak hanya mencatatkan pertumbuhan pendapatan bunga bersih, emiten bank terbesar di Tanah Air ini juga mengalami peningkatan laba bersih yang signifikan di semester I-2022.

Menurut laporan keuangan emiten, BBRI mencatatkan pertumbuhan bunga bersih yang paling ‘moncer’ di antara emiten  big caps lainnya. Adapun BBRI berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp24,79 triliun atau melambung hingga 98,72 persen secara yoy.

Melesatnya pendapatan bersih BBRI salah satunya disumbang oleh sektor pendapatan murabahah dari pendapatan syariah yang meroket hingga 27.120,46 persen secara yoy.

Di semester I-2021, pendapatan segmen ini hanya sebesar Rp11,78 miliar kemudian melejit menjadi Rp3,21 triliun di semester I tahun ini.

Selain pendapatan syariah yang bertumbuh pesat di semester ini, pendapatan bunga juga berkontribusi bagi meningkatnya pendapatan BBRI.

Adapun dari segmen ini yang mengalami pertumbuhan signifikan yakni interbank call money (Rp280,82 miliar) dan deposit facility/term deposit (Rp196 miliar).

Menyusul BBRI, laba bersih emiten bank lainnya juga melesat di semester I-2022. BBNI berada di posisi kedua dengan laba bersih yang naik hingga 75,13 persen menjadi Rp8,80 triliun.

Dua emiten lainnya yaitu BMRI dan BBCA juga ikut mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang signifikan masing-masing sebesar 61,66 persen dan 12,23 persen.

Sementara laba bersih yang dibukukan BMRI di semester I-2022 sebesar Rp20,21 triliun sedangkan BBCA mencapai Rp15,07 triliun. (Lihat tabel di bawah ini.)

Selain mencatatkan kinerja keuangan yang apik selama semester I-2022, emiten big four perbankan tersebut juga menyimpan dana pihak ketiga (DPK) yang besar. Asal tahu saja, DPK sektor perbankan berasal dari deposito, giro, dan tabungan.

Di antara keempat emiten bank tersebut, BBRI memiliki DPK yang jumbo yakni mencapai Rp1.136,98 triliun di semester I-2022. Menyusul BBRI, DPK BBCA juga mencatatkan DPK yang besar yaitu Rp1.000,86 triliun.

Sementara kedua bank lainnya yakni BMRI dan BBNI memiliki DPK masing-masing sebesar Rp297,90 triliiun dan Rp595,18 triliun di semester pertama tahun ini.

Dilihat dari rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) pada semester I-2022, tercatat emiten-emiten bank ini masih dalam kisaran level normal. BMRI menjadi yang paling unggul dengan NPL neto paling rendah yakni sebesar 0,33 persen.

Sementara baik BBCA maupun BBNI, NPL netonya masing-masing berada di level 0,69 persen dan 0,58 persen. Walaupun menjadi yang tertinggi di antara emiten-emiten bank lainnya, NPL neto BBRI masih tergolong sehat di angka 0,87 persen.

Adapun berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), rata-rata rasio NPL industri per April 2022 berada di angka 3 persen.

Untuk margin bunga bersih atau net interest margin tiga emiten big four perbankan Tanah Air masih berada di atas rata-rata industri. OJK mencatat, NIM rata-rata industri per April 2022 sebesar 4,72 persen.

Adapun emiten tersebut adalah BBCA, BBRI, dan BMRI. Menurut laporan emiten, NIM BBCA pada semester I-2022 mencapai 4,98 persen.

Sementara BBRI, NIM nya di periode ini tumbuh menjadi 7,35 persen dimana naik dibanding periode yang sama tahun lalu yakni 7,02 persen. Sama seperti BBRI, BMRI juga mengalami kenaikan margin bunga bersih di semester I-2022.

NIM dari BMRI terpantau naik dari 4,63 persen di semester I-2021 menjadi 5,06 persen di semester I tahun ini.

Melihat pertumbuhan saham disertai kinerja keuangan yang baik pada sektor perbankan, riset Mirae Asset Sekuritas memberikan peringkat overweight di sektor ini.

Adapun dalam riset yang bertajuk “Banking 2H22 Outlook: Staying Resilient Amidst Uncertainties”, yang dirilis pada 14 Juli lalu, Mirae memberikan rekomendasi bank teratas yakni BBRI, BMRI, dan BBCA.

“Kami percaya emiten bank akan membaik seiring profitabilitas yang akan terus berlanjut walaupun memang ada tantangan dalam perekonomian domestik,” tulis analis Mirae, Handiman Soetoyo dan Rizkia Darmawan, Kamis (14/7).

Dalam riset tersebut turut disebutkan, risiko yang kemungkinan terjadi yakni pembatasan mobilitas lainnya, meningkatkan inflasi, pertumbuhan kredit yang melambat, serta memburuknya kualitas aset.

Berbeda dengan Mirae, riset UOB KayHian yang bertajuk “Regional Morning Notes” pada 7 Juli 2022, memberi rating market weight terhadap sektor perbankan Tanah Air.

Melihat kinerja perbankan seperti BBRI dan BMRI yang solid sepanjang semester I-2022, analis UOB memberikan rekomendasi bank teratas yakni BMRI, BBRI, dan BBNI.

“Kami menambahkan BBRI ke dalam pilihan teratas kami menyusul BMRI dan BBNI seiring dengan kinerja keuangan emiten yang menguat di semester I-2022,” ujar analis UOB KayHian, Posmrito Pakpahan, Kamis (7/7). (ADF)

Periset: Melati Kristina

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE