Asing Ramai-Ramai Borong Saham Bank Kakap, BMRI hingga BBCA Melesat
Saham emiten bank besar menjadi buruan investor asing selama sepekan. Kinerja sahamnya pun melompat pada periode tersebut.
IDXChannel – Saham emiten bank besar menjadi buruan investor asing selama sepekan. Kinerja sahamnya pun melompat pada periode tersebut.
Saham bank BUMN PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mencatatkan nilai beli bersih (net buy) asing terbesar dalam seminggu, yakni Rp445,3 miliar di pasar reguler. Harga Saham BMRI melejit 3,51 persen selama sepekan.
Saham bank pelat merah lainnya, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) juga terapresiasi 3,26 persen sepekan seiring masuknya aliran dana asing sebesar Rp425,5 miliar.
Tidak ketinggalan, saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) juga mencatatkan net buy, yaitu sebesar Rp184,2 miliar, dengan kenaikan harga 3,94 persen.
Saham emiten bank swasta terbesar PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tak luput dari sasaran borong asing, dengan nilai net buy Rp189,4 miliar. Harga saham BBCA melompat 5,43 persen dalam sepekan.
Keempat nama di atas memang menduduki deretan lima besar net buy asing terbesar selama pekan ini.
Secara umum, investor asing membukukan net buy Rp45,63 miliar di pasar reguler. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sendiri naik 0,44 persen ke 7.190,9 dalam seminggu.
Kabar baik dari bank sentral paling powerful di dunia, Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat (AS) membuat pasar mengalami euforia.
Hal itu terjadi setelah The Fed kembali menahan suku bunga untuk kali ketiga beruntun dan memperkirakan bahwa bank sentral tersebut akan memangkas suku bunga sebanyak tiga kali pada tahun mendatang.
Dalam pernyataannya, The Fed mempertahankan suku bunga tetap stabil, seperti yang diharapkan, dan 17 dari 19 pejabat bank sentral itu dengan suara bulat memperkirakan kebijakan suku bunga akan lebih rendah pada akhir 2024.
The Fed sejak Maret 2022 telah menaikkan suku bunga sebesar 525 basis poin sebagai upaya mengendalikan inflasi.
“Pernyataan tersebut memberi tahu kita bahwa The Fed sedang melihat apa yang sudah mulai diabaikan oleh pasar, bahwa inflasi akan kembali normal tanpa resesi,” kata Tom Martin, manajer portofolio senior di Globalt Investments di Atlanta.
"Kami berharap hal ini akan terjadi, tapi kami tidak menyangka akan terjadi,” sambungnya.
“Itu adalah perubahan yang sangat agresif,” ujar Ben Luk, ahli strategi makro global di State Street Asia Limited, dikutip dari Reuters.
“The Fed telah mengikuti ekspektasi pasar dalam hal mengizinkan satu kali penurunan suku bunga lagi untuk ditambahkan pada (prospek) tahun 2024 dan 2025,” katanya. (ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.