Awal Desember Kelabu, Bursa Asia Kompak Merah
Indeks saham utama Asia sebagian besar merah pada perdagangan jelang akhir pekan, Jumat (1/12/2023).
IDXChannel - Indeks saham utama Asia sebagian besar merah pada perdagangan jelang akhir pekan, Jumat (1/12/2023).
Indeks KOSPI Korea Selatan, Nikkei 225 Jepang, Hang Seng Hong Kong, ASX 200 Australia dan Shanghai Composite China kompak merah.
Di Jepang, indeks Nikkei 225 turun 0,12 persen, sementara indeks TOPIX justru menguat 0,36 persen pada pukul 09.29 WIB.
Tekanan lanjutan juga masih dirasakan indeks Hang Seng Hong Kong dengan penurunan 0,74 persen dan indeks Shanghai Composite turun 0,39 persen. Indeks KOSPI Korea Selatan turun 0,76 persen. Indeks ASX 200 di Australia juga melemah 0,4 persen.
Sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga merah pada pembukaan perdagangan hari ini. IHSG melemah 0,68 persen pada pukul yang sama di level 7.032. (Lihat grafik di bawah ini.)
Di Tanah Air, pekan ini menjadi pekan yang cerah bagi IHSG karena sedari awal pekan indeks bursa Indonesia ini terus menguat. Pada perdagangan sebelumnya, IHSG ditutup menguat 0,63 persen di level 7.080.
Sementara, tiga indeks utama bursa Wall Street Amerika Serikat (AS) ditutup beragam dalam sesi perdagangan Kamis (30/11).
Dow Jones Industrial Average menguat pada hari Kamis ke level tertinggi baru untuk tahun ini, karena data inflasi yang lebih tenang dan pendapatan Salesforce yang kuat membatasi bulan terbaik benchmark tersebut sejak Oktober 2022.
Indeks Dow Jones ditutup menguat naik 520 poin, atau 1,47 persen di level 35,950.89, melampaui level tertinggi tahun ini sebelumnya di Agustus.
S&P 500 juga menguat 0,4 persen menjadi 4.567,80. Namun, Nasdaq Composite turun 0,2 persen pada 14,226.22 karena investor melakukan profit taking di saham-saham teknologi Besar yang memimpin kebangkitan indeks ini di bulan November.
Selain itu, Dow Jones menutup bulan November dengan kenaikan 8,9 persen dan mematahkan penurunan beruntun selama tiga bulan. S&P 500 juga naik 8,9 persen sepanjang November, sedangkan Nasdaq naik 10,7 persen.
AS baru saja merilis data Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) di AS yang datar pada Oktober 2023 yang merupakan angka terlemah sejak Juli 2022, setelah kenaikan 0,4 persen pada September dan Agustus. Angka ini juga lebih rendah dari perkiraan pasar sebesar 0,1 persen.
Sementara itu, inflasi PCE inti bulanan yang tidak termasuk makanan dan energi dan merupakan ukuran inflasi pilihan The Fed, turun menjadi 0,2 persen dari sebelumnya 0,3 persen.
Secara terpisah, indeks energi turun 2,6 persen secara bulanan, sementara indeks pangan naik 0,2 persen. Terakhir, tingkat inflasi inti tahunan melambat menjadi 3,5 persen dari sebelumnya sebesar 3,7 persen, yang merupakan angka terendah baru sejak pertengahan 2021.
Pasar Asia-Pasifik pada hari ini melemah imbas dari survei aktivitas pabrik swasta dari beberapa negara utama seperti China dan Jepang.
Para investor saat ini tengah mencermati indeks manajer pembelian manufaktur Caixin China untuk November, yang menunjukkan bahwa sektor ini berkembang secara tidak terduga. Angka PMI Caixin mencapai 50,7, dibandingkan dengan 49,5 pada Oktober dan mengalahkan perkiraan jajak pendapat Reuters sebesar 49,8.
Hal ini terjadi setelah angka resmi pada Kamis (30/11) menunjukkan sektor manufaktur negara tersebut mengalami kontraksi untuk bulan kedua berturut-turut.
PMI Manufaktur au Jibun Bank Jepang juga direvisi lebih tinggi menjadi 48,3 pada November 2023 dari 48,1 pada perkiraan awal dan setelah 48,7 pada bulan sebelumnya. Ini juga masih menunjukkan kontraksi aktivitas pabrik di Jepang selama enam bulan berturut-turut. Namun, dampak terbarunya adalah kontraksi paling tajam di sektor manufaktur Jepang sejak Februari, karena output dan pesanan baru menyusut lebih cepat, dengan pesanan ekspor baru turun pada laju tercepat sejak Juni.
Sementara Korea Selatan melaporkan kenaikan ekspor 7,8 persen secara yoy ke level tertinggi dalam 14 bulan sebesar USD55,80 miliar pada November 2023. Angka ini melebihi ekspektasi pasar yang memperkirakan pertumbuhan 4,7 persen, menyusul kenaikan 5,1 persen di bulan sebelumnya.
Ini merupakan ekspansi ekspor selama dua bulan berturut-turut dan menandai pertumbuhan tercepat sejak Juli 2022, di tengah peningkatan penjualan penjualan chip global, dengan ekspor semikonduktor meningkat untuk pertama kalinya dalam 16 bulan. (ADF)