MARKET NEWS

Bahan Baku Masih Bergantung Impor, Kalbe Farma Cadangkan Rp879 Miliar Untuk Natural Hedging

Taufan Sukma/IDX Channel 04/05/2023 10:10 WIB

Antisipasi pelemahan nilai tukar rupiah penting untuk dilakukan mengingat saat ini kebutuhan bahan baku KLBF masih didominasi oleh suplai dari impor.

Bahan Baku Masih Bergantung Impor, Kalbe Farma Cadangkan Rp879 Miliar Untuk Natural Hedging (foto: MNC Media)

IDXChannel - Kondisi industri farmasi nasional yang masih sangat bergantung pada bahan baku impor membuatnya cukup sensitif terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Terlebih, perekonomian Negeri Paman Sam saat ini tengah berada di ambang gagal bayar obligasi, yang diperkirakan bakal mendorong The Federal Reserves (The Fed) untuk kembali menaikkan suku bunga, demi memancing aliran dana masuk ke negara tersebut.

Jika proyeksi tersebut benar-benar terjadi, maka sejumlah mata uang di berbagai negara di dunia tentu bakal kena getahnya. Tak terkecuali terhadap rupiah milik Indonesia.

"Memang kondisi itu juga jadi concern kami. Meski kondisi sekarang sejauh ini tidak ada masalah, dan justru bagus, karena (nilai tukar) rupiah sedang menguat. Yang perlu diantisipasi selanjutnya adalah ketika nanti (rupiah) melemah," Direktur Utama PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), Vidjongtius, Rabu (3/5/2023).

Antisipasi pelemahan nilai tukar rupiah tersebut diakui Vidjongtius penting untuk dilakukan mengingat saat ini kebutuhan bahan baku KLBF masih didominasi oleh suplai dari impor.

Tak tanggung-tanggung, porsi suplai impor KLBF disebut Vidjongtius sejauh ini mencapai 90 persen dari total kebutuhan bahan baku perusahaan.

"Seperti halnya di industri, Saya pikir juga sama ya. Karena ada banyak (bahan baku) yang belum tersedia di domestik. Dan kami ada alokasi (anggaran) bila tiba-tiba rupiah melemah," tutur Vidjongtius.

Alokasi dana tersebut sengaja disediakan sebagai strategi natural hedging yang sewaktu-waktu dapat digunakan untuk menambah kerugian kurs yang terpaksa diderita perusahaan akibat fluktuasi nilai tukar dolar AS terhadap rupiah.

"Tiap tahun kami sudah ready akuivalen sekitar USD50 juta sampai USD60 juta sebagai penyeimbang (nilai tukar," ungkap Vidjongtius.

Di lain pihak, tak hanya berpotensi tertekan oleh harga bahan baku impor, Vidjongtius menyatakan bahwa pergerakan nilai tukar juga berpengaruh terhadap aktifitas ekspor KLBF ke sejumlah negara.

Sebut saja produk Extra Joss yang laris-manis di pasar Malaysia dan Myanmar, serta Hydro Coco yang bahkan banyak diekspor ke Timur Tengah.

"Jadi kalau bicara soal nilai tukar, dibanding potensi tekanan, kami justru lebih banyak melihatnya sebagai opportunity. Tinggal bagaimana kita menyikapinya dengan menyiapkan strategi yang sesuai dan tepat," tegas Vidjongtius. (TSA)

SHARE