MARKET NEWS

Bangkit dari Tekanan Jual, Wall Street Dibuka Rebound

Dinar Fitra Maghiszha 27/02/2023 23:18 WIB

Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka rebound di awal pekan, Senin (27/2/2023), setelah kenanan jual minggu lalu.

Bangkit dari Tekanan Jual, Wall Street Dibuka Rebound (FOTO: MNC Media)

IDXChannel - Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka rebound di awal pekan, Senin (27/2/2023), setelah kenanan jual minggu lalu akibat kekhawatiran pengetatan kebijakan moneter.

Dow Jones Industrial Average (DJI) naik 0,69 persen di 33.041,96, S&P 500 (SPX) menguat 0,79 persen di 4.001,50, dan Nasdaq Composite (IXIC) tumbuh 1,00 persen menjadi 11.508,58.

Tiga top gainers di bawah SPX antara lain Union Pacific menguat 10,00 persen di USD212,00, Celanese tumbuh 3,83 persen di USD122,23,75, dan CSX naik 2,82 persen di USD31,50.

Sedangkan tiga top losers SPX yakni Alliant Energy merosot 1,10 persen di USD52,14, Ceridian HCM melemah 1,04 persen di USD72,17, dan Coterra Energy turun 0,90 persen di USD25,33.

Penguatan indeks malam ini terdorong kinerja sejumlah saham growth stocks yang sensitif terhadap sentimen suku bunga, seperti Apple, dan Amazon.com, yang menguat pada perdagangan premarket. Saham Tesla juga naik 2,8 persen setelah produsen mobil listrik itu mengonfirmasi penjualan 4.000 unit mobil di pabrik Brandenburg, Jerman.

"Kita sedang menantikan reli di awal pekan ini, karena tekanan jual yang cukup banyak pada minggu lalu," kata Chief Investment Strategist CSRA Research, Sam Stovall, dilansir Reuters, Senin (27/2/2023).

Konsensus pasar memperkirakan ada kenaikan suku bunga 50 basis poin pada pertemuan Federal Reserve bulan Maret 20223. Sementara indikator Fedwatch meyakini The Fed akan kembali mengerek bunga mereka 25 bps, dengan puncaknya sebesar 5,38 persen pada September 2023.

Proyeksi ini muncul setelah indeks pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) melonjak 5,4 persen.

Sebagaimana diketahui, metrik yang sering digunakan The Fed untuk mengukur inflasi itu dikhawatirkan dapat semakin memperketat kebijakan moneter.

"Februari secara historis adalah bulan terburuk kedua tahun ini untuk bursa saham. Jadi investor menyimpulkan ada kemungkinan saham bisa reli setidaknya dalam waktu dekat," pungkas Sam. (RRD)

SHARE