Bangun Kompleks Petrokimia Terintegrasi, Chandra Asri Raih Investasi USD1,7 Miliar
PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP), telah memilih Thai Oil Public Company Limited (Thaioil) sebagai investor startegis.
IDXChannel – PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP), telah memilih Thai Oil Public Company Limited (Thaioil) sebagai Investor Strategis. Pemilihan kilang Refinery unggulan dari PTT Public Company Limited (PTT) ini dilakukan setelah melalui proses seleksi yang ketat.
CAP dan Thai oil telah menandatangani perjanjian-perjanjian definitif untuk dilanjutkan ke penambahan modal di CAP melalui Penawaran Umum Terbatas yang akan diajukan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Investasi di CAP akan dilakukan melalui anak perusahaan yang ditunjuk oleh Thai Oil yang akan bertindak sebagai standby buyer untuk menjamin keberhasilan transaksi ini.
Pemegang saham utama CAP, PT. Barito Pacific., Tbk dan SCG Chemicals Co., Ltd. (SCG), mendukung penuh aksi korporasi ini untuk menyuntikkan ekuitas ke CAP. Hasil bersih yang diperoleh akan digunakan untuk pengembangan dan pembangunan kompleks petrokimia terintegrasi kedua CAP yang berskala global oleh anak perusahaannya, PT. Chandra Asri Perkasa (CAP2) yang antara lain akan terdiri dari unit cracker, polymerized olefins serta fasilitas dan utilitas terkait. Hal ini sejalan dengan strategi CAP untuk memperluas kapasitas produksi dan skala usaha dalam melayani kebutuhan pasar Indonesia.
Total perkiraan investasi Thaioil yang memperoleh 15% kepemilikan saham di CAP setelah right issue, dan SCG yang mempertahankan sekitar 30,57% dari kepemilikan saham di CAP, mencapai USD 1,3 miliar. Transaksi ini masih mensyaratkan persetujuan regulator yang berlaku, termasuk dari OJK dan diharapkan selesai selambat-lambatnya 30 September 2021. Hal ini akan menjadi salah satu right issue terbesar yang pernah dilakukan di BEI.
Tergantung atas keberhasilan Final Investment Decision (FID) untuk CAP2 yang ditargetkan pada tahun 2022, Thaioil dan SCG dapat selanjutnya secara kolektif berinvestasi hingga USD 0,4 miliar. Metode investasi selanjutnya ditentukan oleh para pihak pada tahap selanjutnya dan tetap tunduk pada persetujuan pemegang saham CAP serta otoritas pemerintah terkait di Republik Indonesia.
Erwin Ciputra, Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Chandra Asri, mengatakan, ini adalah momen yang luar biasa bagi Chandra Asri. Hasil dari right issue akan secara signifikan meningkatkan rencana perusahaan untuk mengembangkan kompleks petrokimia kedua.
"Seiring dengan langkah Perseroan untuk mempercepat pengambilan FID pada tahun 2022. Ini adalah bagian dari strategi inti kami untuk memberikan pertumbuhan transformasional dalam melayani kebutuhan Indonesia, mendukung perluasan pelanggan, dan mengembangkan industri petrokimia dalam negeri," ujar Erwin dalam siaran pers, Jumat (30/7/2021).
Dia mengatakan, kerja sama ini sepenuhnya sejalan dengan seruan Presiden Joko Widodo dan Pemerintah untuk mempromosikan kemandirian dan substitusi impor. "Kami senang memiliki Thaioil, kilang terbesar di Thailand sebagai mitra pertumbuhan kami, yang meningkatkan keamanan pasokan bahan baku dan memperkuat posisi kami sebagai perusahaan petrokimia terkemuka dan menjadi pilihan di Indonesia," ujarnya.
Sementara itu, Agus Salim Pangestu, Presiden Direktur dan Chief Executive Officer PT. Barito Pacific Tbk, mengatakan Barito pada dasarnya, percaya pada pertumbuhan melalui kemitraan. "Saya senang memiliki Thaioil sebagai investor fundamental lainnya di Chandra Asri, setelah melalui seleksi Investor Strategis yang kuat dan proses yang komprehensif,"ujarnya.
Perusahaan berharap dapat bekerja sama untuk mewujudkan CAP2 dan menciptakan Impact Beyond Returns yang membangun nilai berkelanjutan bagi orang-orang, bisnis dan masyarakat di dalam dan di luar Indonesia. "Kerjasama ini menciptakan peluang dan lingkungan yang luar biasa untuk mewujudkan visi ini, dan kami menanti fase selanjutnya untuk perjalanan bersama ini,"kata Agus.
Wirat Uanarumit, Presiden dan Chief Executive Officer Thaioil, mengatakan langkah ini penting dan strategis bagi Thaioil untuk memperluas rantai nilai kami ke dalam bisnis petrokimia. "Saya senang bahwa kami dapat merampungkan proses kemitraan ini dengan CAP, produsen petrokimia utama di pasar yang menarik seperti Indonesia, dan untuk membantu CAP dalam tahap pertumbuhan berikutnya dengan pengembangan dan pembangunan CAP2,"ujarnya.
Kemitraan ini juga akan bersinergi dengan kolaborasi komersial antara CAP dan Thaioil dimana Thaioil dapat memasok nafta untuk CAP dari Clean Fuel Project (CFP) senilai USD 4,8 miliar yang dijadwalkan akan selesai pada tahun 2023. Dengan demikian meningkatkan keamanan bahan baku untuk CAP dalam prosesnya. "Saya yakin kemitraan ini akan berhasil dan saling menguntungkan baik bagi CAP maupun Thaioil. Kami berharap dapat bekerja sama dengan CAP untuk bersama-sama mengembangkan bisnis secara berkelanjutan dan menguntungkan di masa depan,” kata Wirat.
Tanawong Areeratchakul, Presiden SCG Chemicals, mengatakan SCG menyambut baik Thaioil sebagai investor strategis dan mitra bahan baku baru. Kemitraan SCG selama satu dekade dan kolaborasi yang sukses dengan CAP menunjukkan komitmen perusahaan terhadap pertumbuhan Indonesia.
"Investasi kami di CAP2 menegaskan kembali komitmen kami untuk kemakmuran jangka panjang Indonesia. Kami berharap dapat bekerja sama dengan CAP dan Thaioil untuk menyelesaikan CAP2 dengan sukses,”ujarnya.
Transaksi ini memberikan peluang untuk kemitraan dan pertumbuhan komersial tambahan. CAP telah memasuki ke dalam perjanjian penjualan dan pembelian bahan baku dengan Thaioil untuk pasokan nafta dan LPG ke CAP dan CAP2, serta perjanjian distribusi produk yang semuanya dengan perjanjian ketentuan jangka panjang.
Investasi di CAP2 diproyeksikan sekitar USD 5 miliar. Konstruksi diperkirakan akan memakan waktu 4 sampai 5 tahun dengan menciptakan 25.000 lapangan pekerjaan selama periode tersebut. Ini akan menggandakan kapasitas produksi Perseroan dari saat ini 4,2 juta ton per tahun menjadi lebih dari 8 juta ton per tahun. Hal ini akan membantu memenuhi pertumbuhan permintaan domestik Indonesia yang terus meningkat, mengurangi ketergantungan impor, mengembangkan industri petrokimia hilir lokal, mendukung visi pemerintah untuk Industri 4.0, dan menciptakan karir jangka panjang yang bernilai tinggi. (TIA)