MARKET NEWS

Bank Besar Mulai Pulih, Valuasi Dinilai Masih Menarik

TIM RISET IDX CHANNEL 20/11/2025 07:12 WIB

Kinerja empat bank besar Tanah Air menunjukkan tanda-tanda pemulihan per kuartal III-2025.

Bank Besar Mulai Pulih, Valuasi Dinilai Masih Menarik. (Foto: Freepik)

IDXChannel – Kinerja empat bank besar Tanah Air menunjukkan tanda-tanda pemulihan per kuartal III-2025.

Di tengah tekanan margin dan biaya dana (cost of fund/CoF) yang masih tinggi, sejumlah indikator mulai bergerak ke arah yang lebih positif, termasuk perbaikan laba kuartalan, stabilnya margin bunga bersih (NIM), serta penguatan likuiditas yang didorong pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK).

Total laba bersih gabungan big four perbankan mencapai Rp137 triliun pada periode Januari-September 2025, turun 5 persen secara tahunan namun tumbuh 9 persen dibanding kuartal sebelumnya. Realisasi itu sudah mencapai 74 persen dari perkiraan Indo Premier Sekuritas maupun konsensus.

Dalam riset Indo Premier yang terbit pada 11 November 2025 dijelaskan bahwa bank-bank BUMN menjadi motor perbaikan, dengan kenaikan laba kuartalan antara 7 persen hingga 18 persen.

Namun PPOP (pre-provision operating profit) atau laba operasional sebelum pencadangan masih bergerak datar secara tahunan, dipengaruhi tekanan margin yang membuat pendapatan bunga bersih dan nonbunga hanya naik tipis. Beban operasional juga meningkat, terutama karena lonjakan biaya di Bank Mandiri (BMRI).

Pembentukan provisi naik 15 persen secara tahunan, didorong kenaikan signifikan di BCA yang tetap berhati-hati terhadap prospek kualitas aset.

Indo Premier menyebutkan, NIM keempat bank relatif stabil pada kuartal III-2025, meskipun masih tertekan penurunan imbal hasil kredit (loan yield) di sebagian bank.

Yang lebih positif, biaya dana mulai menunjukkan tren pelonggaran. BMRI, Bank Rakyat Indonesia (BBRI), dan Bank Central Asia (BBCA) mencatat penurunan biaya dana antara 8 hingga 12 basis poin. Indo Premier memperkirakan tren ini berlanjut hingga kuartal IV-2025 seiring laporan penurunan CoF sepanjang September.

Kredit empat bank besar tumbuh 9 persen secara tahunan, ditopang BMRI dan Bank Negara Indonesia (BBNI) yang naik hingga 11 persen. Pada saat bersamaan, simpanan meningkat 12 persen secara tahunan, terutama didorong lonjakan deposito setelah suntikan likuiditas dari Kementerian Keuangan. Dana murah tetap kuat, dengan BBRI dan BBNI mencatat pertumbuhan CASA tertinggi.

Kualitas aset juga menunjukkan perbaikan bertahap, terutama pada rasio loan at risk (LAR). BNI membukukan penurunan paling besar, disusul Mandiri, BCA, dan BRI. Biaya kredit (cost of credit/CoC) umumnya sesuai proyeksi, kecuali Mandiri yang sedikit lebih rendah dari panduan sehingga membuka ruang kenaikan cadangan pada kuartal berikutnya.

Indo Premier mempertahankan rekomendasi overweight untuk sektor perbankan. Menurut riset tersebut, ruang penurunan valuasi kini semakin terbatas atau sudah tergolong menarik, sementara tren pelonggaran biaya dana membuka peluang pemulihan margin.

Saat ini saham bank-bank besar dihargai lebih murah dibanding kecenderungan jangka panjangnya.

Berdasarkan amatan Indo Premier, pasar menilai bank pada level sekitar 2 kali nilai bukunya (PBV) dan 11 kali laba tahunannya (PER), sementara rata-rata dalam 10 tahun terakhir berada di sekitar 2,2 kali nilai buku dan 14,6 kali laba. Artinya, harga saham bank saat ini berada di bawah kisaran normal historisnya.

Indo Premier menempatkan BBNI sebagai pilihan utama berkat perbaikan pendanaan, diikuti BBRI yang diuntungkan tren penurunan biaya kredit dan prospek pertumbuhan kredit yang lebih solid. Risiko utama berasal dari potensi pelemahan ekonomi yang dapat menekan pertumbuhan kredit dan kualitas aset. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE