MARKET NEWS

Banyak Agenda Ekonomi AS, IHSG Dan Rupiah Diproyeksi Melemah Pekan Ini

Wahyudi Aulia Siregar 10/06/2024 10:29 WIB

IHSG dan Rupiah pada pekan ini diproyeksi mengalami tekanan dengan banyaknya agenda ekonomi dari Amerika Serikat (AS).

Banyak Agenda Ekonomi AS, IHSG Dan Rupiah Diproyeksi Melemah Pekan Ini. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar Rupiah pada pekan ini diproyeksi mengalami tekanan dengan banyaknya agenda ekonomi dari Amerika Serikat (AS). Beberapa di antaranya pengumuman data inflasi dan suku bunga Federal Reserve (The Fed).

IHSG dibuka menguat di level 6.906 pada pembukaan hari ini, Senin (10/6/2024). Namun indeks komposit langsung berbalik melemah di kisaran level 6.882 sesaat setelah pembukaan.

Kinerja IHSG dikhawatirkan tidak akan seirama dengan bursa di Asia yang bergerak mixed di awal pekan ini.

Analis Pasar Keuangan, Gunawan Benjamin, mengatakan IHSG diproyeksikan bergerak dalam rentang 6.800 hingga level 6.930 di pekan ini. Situasinya memaksa pasar keuangan tanah air lebih condong bergerak di zona merah.

Hal itu seiring dengan spekulasi kebijakan ekonomi AS yang cenderung menguntungkan US Dolar dan merugikan bursa di kawasan Asia.

Sementara itu nilai tukar mata uang Rupiah dibuka 16.285 per dolar AS pada perdagangan hari ini. Rupiah masih akan mengalami tekanan dan berkonsolidasi di kisaran 16.300 per dolar AS di pekan ini.

Data ketenagakerjaan Amerika Serikat AS (NFP / Non Farm Payroll) di akhir pekan kemarin, kata Gunawan, kian membuktikan ekonomi AS masih cukup kuat. Sehingga memudarkan ekspektasi penurunan bunga acuan.

"Sementara di pekan ini, fokus perhatian pasar akan tertuju pada rilis data inflasi inti maupun inflasi secara umum di AS. Sejauh ini inflasi inti diproyeksikan akan lebih melandai di bulan Mei (3,5%), dan akan relatif stabil untuk inflasi umum yang diproyeksikan 3,4%," kata Gunawan. 

Selanjutnya, ada kebijakan penetapan bunga acuan oleh Bank Sentral AS beserta pidato terkait dengan kondisi ekonomi oleh The FED. Selain itu, ada banyak agenda ekonomi lainnya. 

"Namun, saya mengkhawatirkan bahwa dengan rilis data ekonomi AS yang sebelumnya menunjukkan bahwa ekonomi AS masih cukup kuat, maka proyeksi pemangkasan suku bunga akan kembali berubah," pungkasnya.

Lebih lanjut, Gunawan menerangkan, spekulasi akan mengarah kepada kemungkinan pemangkasan bunga acuan pada September 2024 atau bahkan tidak mengalami penurunan bunga acuan di tahun ini. 

"Mata uang Rupiah yang berpeluang untuk mengalami kerugian terlebih dahulu. Pada perdagangan awal pekan ini, sejumlah indikator dari ekonomi AS  menunjukkan adanya kenaikan pada imbal hasil US Treasury dan USD Index," tukasnya. 

Sementara itu, harga emas dunia pada perdagangan pagi ini juga melemah di level USD 2.294 per ons troy. Pada dasarnya emas memiliki kesempatan untuk setidaknya bertahan di level yang sama.

"Seiring dengan kian memanasnya tensi geopolitik dunia, di mana ada potensi eskalasi perang meluas. Namun, pasar akan mencermati kebijakan dari Bank Sentral AS sebelum memutuskan kebijakan investasi selanjutnya," tandasnya. 

(FRI)

SHARE