Batalkan Rencana Paket Ekonomi, PM Inggris Pecat Menkeu Kwarteng
kekagetan publik juga didasarkan pada fakta bahwa Kwarteng merupakan salah satu sahabat dekat Truss, dan menjadi orang kepercayaannya di bidang perekonomian.
IDXChannel - Gelombang penolakan masyarakat atas rencana pemberian paket ekonomi terkait upaya pemotongan pajak di Inggris mulai memakan korban. Dengan kondisi perekonomian yang juga tengah carut-marut dan dalam tekanan, Perdana Menteri Inggris, Liz Truss, mengambil keputusan sulit dengan memecat Menteri Keuangan, Kwasi Kwarteng.
Langkah pemecatan ini cukup mengagetkan publik, mengingat Kwarteng baru saja dilantik pada 6 September 2022 lalu, atau beberapa hari usai Truss secara definitif menjabat sebagai PM Inggris yang baru. Tak hanya itu, kekagetan publik juga didasarkan pada fakta bahwa Kwarteng merupakan salah satu sahabat dekat Truss, dan menjadi orang kepercayaannya di bidang perekonomian.
"Saya harus bertindak tegas hari ini karena prioritas saya adalah memastikan stabilitas ekonomi negara kita. Saya ingin jujur, ini sulit. Tapi kita akan melewati badai ini," ujar Truss, dalam konferensi pers singkat di Downing Street, sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (15/10/2022).
Posisi Kwarteng memang menjadi sorotan sejak mengumumkan rencana anggaran mininya, untuk diterapkan sebagai langkah penyelamatan ekonomi Inggris, di bawah kepemimpinan Truss. Dalam rencana anggaran tersebut, Kwarteng berencana memangkas pajak besar-besaran, dengan mengandalkan pendanaan dari paket ekonomi yang disediakan oleh pemerintah.
Kebijakan ini langsung mendapatkan protes keras, karena dikhawatirkan bakal menambah beban utang negara, sekaligus dinilai hanya menguntungkan kelompok masyarakat menengah ke atas saja. Atas penolakan tersebut, nilai tukar poundsterling terhadap dolar AS sempat merosot tajam, sehingga menambah risiko terjadinya resesi.
Kini, pasca pemecatan, Truss dikabarkan tetap melanjutkan upaya pemotongan pajak, namun tanpa didanai oleh paket ekonomi pemerintah. Kondisi Inggris saat ini dinilai sudah demikian mengkhawatirkan, hingga menuntut Truss untuk dapat bergerak cepat untuk melakukan penyelamatan.
Kondisi Inggris saat ini oleh sebagian pihak sudah dianggap mirip dengan perang industri yang terjadi tahun 1970-an. Keputusan berpisah dengan Uni Eropa pada 2016 lalu juga disebut mempersulit keadaan, dan telah 'menelan korban' tiga perdana menteri, sekaligus menghapus reputasi sebagai negara dengan kondisi ekonomi yang terprediksi.
"Ini menandai pertama kalinya dalam beberapa dekade, setidaknya sejak tahun 90an, bahwa pasar keuangan telah memaksa pemerintah dari ekonomi maju yang besar dengan bank sentralnya sendiri untuk menyerah pada ambisi fiskal inti," ujar Analis di konsultan Evercore, dalam laporan Reuters.
Sebagai gantinya, Truss telah menunjuk Jeremy Hunt, yang dulunya pernah menjabat sebagai menteri luar negeri dan kesehatan. Sejauh ini Truss telah membalikkan arah pada dua bagian dari rencana fiskalnya, yaitu menghapus tarif tertinggi 45 persen dari pajak penghasilan, dan menahan pajak perusahaan sebesar 19 persen, alih-alih membiarkannya naik menjadi 25 persen, seperti yang direncanakan oleh pendahulunya Boris Johnson. Kedua langkah tersebut akan menyediakan sekitar 20 miliar pound untuk keuangan publik. (TSA)
Penulis: Ribka Christiana