MARKET NEWS

Batu Bara dan CPO Moncer Sepekan, Minyak Tumbang

Maulina Ulfa - Riset 10/11/2023 12:03 WIB

Sejumlah komoditas mengalami fluktuasi harga bervariasi dalam perdagangan jelang akhir pekan, Jumat (10/11/2023).

Batu Bara dan CPO Moncer Sepekan, Minyak Tumbang. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Sejumlah komoditas mengalami fluktuasi harga bervariasi dalam perdagangan jelang akhir pekan, Jumat (10/11/2023).

Komoditas utama minyak dan emas, menghadapi tekanan harga dalam sepekan terakhir. Sementara, harga minyak sawit (crude palm oil/CPO) mengalami penguatan terbatas. Batu bara mengalami kenaikan harga sepekan.

Berdasarkan data Trading Economics, batu bara menguat 4,24 persen dalam sepekan dan CPO menguat terbatas 0,35 persen. Sementara harga minyak tertekan di kisaran harga di bawah USD90 per barel meskipun konflik antara Israel dan Palestina masih berkecamuk dan belum ada tanda-tanda mereda. (Lihat grafik di bawah ini.)

Minyak

Minyak mentah berjangka WTI stabil di atas USD75 per barel sementara Brent bertahan di level USD80 per barel.

Meski keduanya menguat pada perdagangan hari ini, namun harga minyak masih tertekan untuk minggu ketiga berturut-turut karena berkurangnya kekhawatiran terhadap potensi gangguan pasokan di Timur Tengah dan ketidakpastian permintaan di AS dan China yang membebani pasar.

Dalam sepekan terakhir, harga minyak WTI telah terkoreksi 5,81 persen dan Brent tertekan 5,51 persen.

EIA mengatakan bahwa total konsumsi minyak bumi di AS diperkirakan turun sebesar 300.000 barel per hari pada tahun ini, kebalikan dari perkiraan sebelumnya yang memperkirakan kenaikan sebesar 100.000 barel per hari.

Data terbaru juga menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS melonjak hampir 12 juta barel pada minggu lalu, peningkatan terbesar sejak awal tahun 2023.

Di China, angka inflasi dan perdagangan yang lebih lemah dari perkiraan prospek permintaan yang cukup merugikan di negara importir minyak mentah utama dunia tersebut.

Di sisi lain, kekhawatiran bahwa bank-bank sentral utama akan menaikkan suku bunga lebih lanjut juga membebani prospek permintaan global, dimana para pembuat kebijakan di AS dan Eropa menekankan perlunya menurunkan inflasi.

Emas

Emas diperdagangkan bertahan di USD1.958 per troy ons pada Jumat, (10/11) dan berada pada level terendah dalam tiga minggu. Harga emas terbebani oleh komentar hawkish dari pejabat bank sentral minggu ini. Dalam sepekan, emas sudah melemah 1,72 persen berdasarkan data Trading View.

Bank sentral Amerika serikat (AS) The Federal Reserve membuka kemungkinan kenaikan suku bunga lagi jika inflasi tetap tinggi dan pertumbuhan ekonomi tetap kuat.

Dalam pidato Kamis (9/11) waktu setempat, ketua The Fed Jerome Powell mengisyaratkan kemungkinan kenaikan suku bunga tambahan untuk mengalahkan inflasi.

“Kami tahu bahwa target 2 persen inflasi masih belum tercapai. Data Inflasi telah memberi kami beberapa kepalsuan. Jika diperlukan pengetatan kebijakan lebih lanjut, kami tidak akan ragu untuk melakukannya,” kata Powell pada konferensi yang diselenggarakan oleh Dana Moneter Internasional (IMF) di Washington, DC.

Jika The Fed kembali menaikkan suku bunga, kemungkinan hanya akan terjadi satu kali saja, dan mungkin akan terjadi pada pertemuan kebijakan bank sentral AS mendatang di bulan Desember.

Emas juga melemah karena risiko geopolitik terkait perang Israel-Hamas yang terus mereda.

CPO

Minyak sawit berjangka Malaysia diperdagangkan di kisaran MYR3.775 per ton per hari ini. Harga minyak sawit mengalami penguatan 0,35 persen dalam sepekan terakhir.

Berdasarkan permodelan Trading Economics, harga minyak sawit turun MYR399 per ton atau 9,56 persen sejak awal 2023, menurut perdagangan contract for Difference (CFD) yang melacak pasar acuan untuk komoditas ini. Secara historis, harga minyak mencapai angka tertinggi sepanjang masa yaitu MYR7.268 per ton pada bulan Maret 2022.

Batu Bara

Batu bara berjangka Newcastle diperdagangkan sekitar USD120 per ton, mendekati titik terendah dalam dua setengah tahun sebesar USD117 yang dicapai pada 1 November lalu.

Penurunan ini terutama disebabkan oleh kelebihan pasokan di pasar batu bara China, yang disebabkan oleh peningkatan produksi dalam negeri. Di samping itu, lonjakan besar impor batu bara China telah meningkatkan produksi batu bara sejak krisis listrik 2021. Produksi batu bara tahun ini berada di jalur yang tepat untuk mencetak rekor baru.

Situasi ini semakin diperburuk dengan peningkatan impor batu bara sebesar 73 persen selama sembilan bulan pertama tahun ini, yang didorong oleh pasokan global yang lebih terjangkau.

Akibatnya, pasar batu bara telah berubah dari situasi kelangkaan yang terjadi beberapa tahun lalu, yang menyebabkan kekurangan listrik secara luas, menjadi situasi dimana pasokan batu bara tersedia dalam jumlah besar. (ADF)

SHARE