Batu Bara Menguat saat China Tingkatkan Kapasitas Pembangkit Listrik
Harga batu bara Newcastle berjangka (futures) menguat 0,82 persen menjadi USD134,95 per ton pada Senin (15/7/2024).
IDXChannel - Harga batu bara Newcastle berjangka (futures) menguat 0,82 persen menjadi USD134,95 per ton pada Senin (15/7/2024).
Melansir Reuters (15/7), China dilaporkan menimbun batu bara dan meningkatkan produksi dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan musim panas.
Produksi batu bara China pada Juni mencapai tingkat tertinggi dalam enam bulan karena negara tersebut berupaya memenuhi permintaan listrik untuk pendinginan di musim panas.
Menjelang musim panas, China dilaporkan mengumpulkan persediaan sebesar 162 juta ton batu bara selama lima bulan pertama di 2024, setara dengan sekitar 8,5 persen konsumsi selama lima bulan tersebut, berdasarkan data dari cqcoal.com yang dikutip oleh Bloomberg bulan lalu. (Lihat grafik di bawah ini.)
Produksi batu bara China mencapai 405,38 juta metrik ton pada Juni, volume tertinggi sejak Desember 2023 dan naik 3,6 persen dibandingkan Juni tahun lalu, menurut data Biro Statistik Nasional China (NBS) yang dilansir Reuters pada Senin (15/7).
Awal tahun ini, produksi batu bara China sempat melemah akibat banyaknya inspeksi keselamatan di tambang menyusul insiden mematikan, dan penurunan produksi di provinsi Shanxi. Daerah ini merupakan penghasil batu bara terbesar di China yang menyumbang hampir 30 persen produksi domestik.
Pada April, misalnya, produksi batu bara China turun ke level terendah sejak Oktober 2022, menurut perkiraan Reuters. Penurunan ini disebabkan oleh lemahnya harga batu bara dan berlanjutnya pemeriksaan keselamatan di tambang.
China juga disebut terus bergantung pada pembangkit listrik tenaga batu bara dan pembangkit listrik tenaga batu bara untuk memenuhi permintaan listriknya yang terus meningkat.
Meskipun China merupakan investor terbesar di dunia dalam bidang kapasitas tenaga surya dan angin, negara ini juga merencanakan banyak kapasitas listrik baru berbahan bakar batu bara.
Sebelumnya, harga batu bara mencapai titik terendah mingguan baru di level USD133 per ton seiring China mengumumkan tujuan iklim dan mematuhi standar karbon internasional yang lebih ketat.
Pada Mei, pangsa pembangkit listrik tenaga batu bara di China juga mencapai rekor terendah sebesar 53 persen, turun dari 60 persen pada tahun sebelumnya, karena sumber energi terbarukan mencapai titik tertinggi baru.
Selain itu, China juga tidak menyetujui proyek pembuatan baja berbasis batu bara pada paruh pertama tahun ini, sejak negara ini pertama kali mengumumkan tujuan utama netralitas iklim pada 2020.
Sebaliknya, pembangkit listrik tenaga batu bara di Amerika Serikat (AS) diproyeksikan meningkat pada 2024 dan pada 2025 dibandingkan dengan 2023 karena tingginya harga gas alam. (ADF)