MARKET NEWS

Beda dengan Wall Street, Mayoritas Pasar Saham Asia Melemah

Febrina Ratna 22/06/2022 10:55 WIB

Pasar saham Asia terpantau melemah pada Rabu (22/6/2022), berbeda dengan Wall Street yang masih melanjutkan reli di tengah inflasi dan kenaikan suku bunga.

Beda dengan Wall Street, Mayoritas Pasar Saham Asia Melemah. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Pasar saham Asia terpantau melemah pada perdagangan Rabu (22/6/2022) pagi. Kondisi tersebut berbeda dengan Wall Street yang masih melanjutkan reli di tengah kekhawatiran inflasi dan suku bunga.

Di lansir dari Reuters, indeks MSCI’s untuk wilayah Asia Pasifik di luar Jepang (MIAPJOOOOPUS) jatuh 1 persen. Sementara itu, Tokyo Nikkei (N225) menyerah pada penguatan di awal perdagangan dan mulai bergerak mendatar.

Adapun, China Blue Chips (CSI300) melemah 0,4 persen, indeks Hong kong Hang Seng (HSI) jatuh 0,9 persen, dan KOSPI Korea (KS11) ambles hingga 1,78 persen.

Dari dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat dibuka menguat. Namun bergerak melemah 0,18 persen ke level 7.031,57

Di sisi lain, pasar utama AS yang menjadi tolak ukur naik 2 persen semalam. Seperti Indeks Dow Jones yang menguat 2,15 persen, dan S&P 500 yang naik 2,45 persen.

Hal itu mungkin dipengaruhi oleh prospek ekonomi yang tidak seburuk perkiraan sebelumnya. Sementara itu, para investor di pasar Asia masih mengkhawatirkan kebijakan bank sentral yang dapat mendorong ekonomi dunia ke dalam resesi. Terutama dalam kebijakan mengurangi efek inflasi yang tinggi dengan kenaikan suku bunga.

“ Saya pikir reli pasar yang bearish pasca-liburan baru-baru ini merupakan cerminan dari ketidakpastian yang dimiliki investor mengenai apakah kita telah melihat puncak inflasi dan langkah hawkish The Fed, saya pikir kita sudah dekat,” ujar ahli strategis pasar global Invesco untuk Asia Pasifik, David Chao, dikutip dari Reuters pada Rabu (22/6/2022).

Lebih lanjut dia menilai pasar ekuitas global bisa berakhir lebih tinggi pada akhir tahun dibandingkan saat ini. Itu lantaran The Fed tidak akan memaksa ekonomi AS ke dalam kontraksi untuk mengurangi tingkat inflasi. (FRI)

SHARE