Bedah Prospek Blibli Jelang Manggung di Bursa, Bakal Menarik?
Perusahaan e-commerce, Blibli bakal melakukan IPO. Besarnya ekosistem serta pertumbuhan ekonomi digital kedepannya bisa jadi prospek menarik bagi sahamnya.
IDXChannel – PT Global Digital Niaga Tbk atau Blibli bakal melakukan initial public offering (IPO). Adapun perusahaan milik Grup Djarum tersebut memiliki kekuatan ekosistem yang bisa jadi prospek menarik bagi kinerja sahamnya mendatang.
Mengacu pada prospektus perusahaan, Blibli resmi melakukan penawaran awal (bookbuilding) 17 hingga 24 Oktober 2022. Sedangkan perusahaan ini akan melakukan pencatatan nama dengan kode saham ‘BELI’ pada 7 Nobember 2022 mendatang.
Sementara saham yang akan dilepas sebanyak-banyaknya 17,77 miliar saham dengan nominal Rp250/saham.
Selama masa bookbuilding, Blibli akan menawarkan sahamnya dengan harga penawaran Rp410-560/saham. Dengan demikian, dana segar yang bakal diraup Blibli setelah IPO mencapai Rp7,28 triliun hingga Rp8,17 triliun.
Setelah melaksanakan IPO, kepemilikan saham Blibli dikendalikan oleh PT Global Investama Andalan dengan kepemilikan sebesar 83,3 persen saham. Semetara masyarakat akan memegang 15 persen saham perusahaan.
Selain itu, sisanya, saham Blibli akan dipegang oleh pemilik saham individu seperti Kusumo Martanto, Lisa Widodo, Honky Harjo, Andy Utomo, dan Hendry, dengan akumulasi sebesar 1,2 persen saham.
Blibli merupakan platform e-commerce dengan model bisnis B2C (business to consumer) yang berdiri pada tahun 2011. Adapun perusahaan e-commerce ini turut didirikan oleh Grup Djarum.
Dikendalikan Grup Djarum
Sejak berdiri pada tahun 2011 lalu, Blibli didirikan oleh beberapa pendiri atau foundernya yakni Kusumo Martanto, Lisa Widodo, Hendry, Lay Ridwan Gautomo, dan Martin Hartono (anak dari Robert Budi Hartono).
Keterlibatan keluarga Hartono, pemilik dari Grup Djarum pada perusahaan ini juga terlihat dari dukungan GDP venture yang merupakan perusahaan pendanaan dan pengembangan ekosistem digital di bawah naungan PT Djarum.
Adapun salah satu pendirinya, Kusumo Martanto dahulunya dipinang oleh Grup Djarum pada tahun 2009 untuk membantu PT Global Digital Prima yang menaungi PT Global Digital Niaga dengan Blibli sebagai produknya.
Sebelum IPO, PT Global Investama Andalan mengendalikan 98,46 persen, sedangkan foundernya Kusumo Martanto memegang 0,04 persen saham.
Sementara founder lainnya yang turut memegang saham Blibli yakni Honky Harjo (0,03 persen), Lisa Widodo (0,0029 persen), Hendry (0,002 persen), dan Andy Utomo (0,001 persen).
Selain itu, pemilik Grup Djarum yaitu Budi Hartono dan Bambang Hartono juga merupakan penerima manfaat akhir atau utlimate beneficial ownership (UBO) dari Blibli.
Kekuatan Ekosistem Perusahaan
Berada di bawah naungan Grup Djarum, keterlibatan konglomerasi turut berpengaruh bagi kekuatan ekosistem perusahaan. Adapun grup ini memiliki hubungan asosiasi dengan tiga merek rokok terkemuka termasuk Djarum Super.
Selain itu, Blibli juga mempunyai organisasi nonprofit yang merupakan sponsor utama dalam olahraga badminton yakni Djarum Foundation.
Blibli juga terafiliasi dengan emiten perbankan terbesar di Indonesia yaitu PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar di Tanah Air.
Melansir prospektus perusahaan, kemitraan Blibli dengan BBCA untuk menunjang metode pembayaran, peluncuran kartu kredit dengan Blibli.com, hingga layanan bank digital oleh anak perusahaan yakni Blu.
Selain BBCA, Blibli juga terafiliasi dengan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) sebagai perusahaan yang memiliki afiliasi komunikasi dengan perusahaan.
TOWR merupakan menara telekomunikasi terbesar di Indonesia yang mengoperasikan lebih dari 28 ribu menara telekomunikasi di Indonesia melalui anak usahanya yaitu PT Profesional Telekomunikasi Indonesiadan PT Solusi Tunas Pratama Tbk.
Tak hanya itu, konglomerasi Grup Djarum juga mengakuisisi salah satu start up pemesanan tiket online di Tanah Air yaitu tiket.com di tahun 2017. Sementara sebanyak 99,99 persen saham tiket.com dikendalikan langsung oleh Blibli.
Selain mengakuisisi tiket.com, Blibli juga mengakuisisi perusahaan ritel untuk memperkuat ekspansi bisnis. Adapun perusahaan ritel tersebut adalah Ranch Market, yang sahamnya diakuisisi sebesar 51 persen pada 30 September 2021. (Lihat grafik di bawah ini.)
Sumber: Paparan publik (public expose) Blibli, Selasa (18/10/2022)
Menurut Bursa Efek Indonesia (BEI) per 30 September 2022, Blibli melalui PT Global Digital Niaga menguasai 70,6 persen PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC) yang merupakan perusahaan yang menanungi Ranch Market.
Blibli juga memiliki afiliasi dengan perusahaan di bidang fintech, yakni Cermat Pte. Ltd. (Cermati) yang merupakan perusahaan teknologi keuangan terkemuka asal Singapura.
Perusahaan tersebut juga mengoperasikan kelompok usaha perusahaan fintech dengan layanan beragam dari financial marketplace, Buy Now Pay Later, dan asuransi. Dengan afiliasi di Cermati, perusahaan menyediakan asuransi serta produk PayLater untuk Blibli.com dan tiket.com.
Selain perusahaan-perusahaan di atas, menurut prospektus perusahaan, Blibli juga memiliki investasi yang luas, salah satunya di bidang bisnis teknologi, Blibli berinvestasi di raksasa ride hailing seperti Grab, aplikasi kesehatan Halodoc, hingga raksasa tekno yaitu PT GoTo Gojek Tokopedia (GOTO).
Tak hanya itu, Blibli juga berinvestasi di berbagai sektor, seperti media (Kumparan, IDN Media, Kaskus, dan Getplus), hotel dan real estate (Grand Indonesia, Hotel Indonesia Kempinski Jakarta, dan Padma Hotel), hingga bisnis industrial dan pertanian (PT Agra Bareksa dan Ecogreen Oleochemicals).
Prospek Blibli Kedepan
Selain kuat dari segi ekosistem, Blibli juga mempunyai kekuatan di lini bisnisnya.
Sebagaimana disebutkan dalam prospektus, menurut Frost & Sullivan, Blibli.com memiliki Total Addressable Market (TAM) dari pelayanan e-commerce sebesar USD150 miliar di tahun 2025 dengan pertumbuhan CAGR yang diproyeksikan mencapai 19 persen di tahun tersebut.
Selain itu, menurut Euromonitorpelayanan dari segmen perjalanan dan gaya hidup melalui tiket.com juga turut menyumbang nilai TAM mencapai USD41 miliar di tahun 2025. Sedangkan proyeksi pertumbuhan CAGR sebesar 28 persen di tahun 2025.
Tak hanya itu, melalui Ranch Market, Blibli melayani segmen retail dengan TAM sebesar USD245 miliar pada 2025 dengan pertumbuhan CAGR yang diperkirakan mencapai 6 persen dari tahun 2020 hingga 20225.
Bila diakumulasikan, TAM gabungan Blibli melalui berbagai unit usaha tersebut mencapai USD225 miliar di tahun 2020. Selain itu, berdasarkan Frost & Sullivan dan Euromonitor, pertumbuhan CAGR di tahun 2025 mendatang diproyeksikan mencapai 11 persen menjadi USD436 miliar.
Perekonomian digital Tanah Air juga diproyeksikan bakal semakin bertumbuh kedepannya.
Adapun Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyebutkan, nilai ekonomi digital Indonesia pada tahun 2025 diproyeksikan akan mencapai USD146 miliar dan menguasai 40 persen pangsa pasar ekonomi internet di Asia Tenggara.
Sementara per tahun 2021, Indonesia tercatat sebagai negara dengan nilai ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara, yakni mencapai USD70 miliar.
Sedangkan e-commercemenjadi sektor penopang utama ekonomi digital di Tanah Air dimana pada tahun tersebut nilainya mencapai USD53 miliar. Di tahun 2025, angka tersebut akan terus naik hingga USD104 miliar.
Kekuatan ekonomi digital Indonesia terutama dari sektor e-commerce di masa depan dapat menjadi prospek yang menarik bagi kinerja Blibli kedepannya.
Selain itu, dengan perolehan dana dari Penawaran Umum Saham Perdana dapat memperkuat kinerja perusahaan. Sebagaimana disebutkan dalam prospektus Blibli, dana tersebut akan dialokasikan untuk keperluan pembayaran saldo utang fasilitas perbankan sebesar Rp5,5 triliun.
Dana tersebut rencananya juga akan digunakan untuk modal kerja untuk pengembangan usaha hingga penambahan fasilitas pendukung usaha perseroan.
Dengan digunakannya dana tersebut untuk mengoptimalkan kinerja perusahaan, Blibli juga dapat menutup berbagai beban operasional perusahaan. Terlebih, selama ini Blibli menggelontorkan biaya untuk iklan dan pemasaran dalam jumlah jumbo.
Informasi saja, biaya iklan dan pemasaran Blibli di triwulan I-2022 mencapai Rp310,71 miliar. Sedangkan di tahun 2021, biaya dari segmen ini mencapai Rp1,17 triliun, dan pada tahun 2019 biaya tersebut mencapai Rp2,05 triliun.
Periset: Melati Kristina
(ADF)