Begini Prospek Cuan Emiten Rokok di 2026
Panin Sekuritas dalam riset 'Tobacco: Lighting up growth' memproyeksikan sektor tembakau memasuki fase pemulihan siklis pada 2026.
IDXChannel - Pemulihan industri rokok disebut mulai terlihat setelah tekanan panjang imbas pelemahan volume dan tingginya beban cukai dalam beberapa tahun sebelumnya.
Namun, kebijakan terbaru soal cukai, peningkatan efisiensi biaya, hingga pemulihan daya beli dinilai membuka ruang profitabilitas bagi emiten besar seperti PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) pada 2026.
Panin Sekuritas dalam riset 'Tobacco: Lighting up growth' memproyeksikan sektor tembakau memasuki fase pemulihan siklis pada 2026. Analis masih menyematkan rating 'Neutral' untuk sektor ini.
Volume rokok diperkirakan tumbuh moderat di kisaran 2 sampai 4 persen secara tahunan, seiring kebijakan fiskal yang menahan kenaikan cukai dan Harga Jual Eceran (HJE) pada tahun depan.
Analis Panin Sekuritas, Sarkia Adelia menilai hal tersebut didukung strategi harga yang lebih konservatif oleh para pemain industri.
"Kami optimistis volume rokok pulih dan tumbuh moderat di 2026F, didukung oleh katalis fiskal dan moneter yang diharapkan dapat memulihkan daya beli, stabilisasi cukai dan HJE serta pengetatan rokok ilegal," ujarnya, dikutip Selasa (2/12/2025).
Sedianya laba bersih emiten tier-1, yaitu HMSP dan GGRM, tercatat masih berada jauh di bawah rata-rata performa dalam sepuluh tahun terakhir. Tekanan ini menciptakan ruang pemulihan yang lebih besar ketika volume penjualan mulai membaik dan struktur biaya lebih terkendali pada 2026.
Dari sisi emiten, gross margin HMSP berada di level 18,4 persen sepanjang sembilan bulan pertama 2025. Realisasi ini naik 284,9 basis poin dibandingkan periode yang sama tahun 2024.
Sedangkan GGRM mencatatkan kenaikan gross margin 9,4 persen, menurut statistik riset Panin, diakses Selasa (2/12). Adelia melihat bahwa selama tarif cukai tidak naik pada 2026, HMSP dan GGRM masih dapat meningkatkan laba bersih tanpa perlu menaikkan harga jual secara agresif.
Syaratnya, penurunan volume rokok harus dapat dijaga tetap di bawah lima persen untuk menjaga keberlanjutan margin.
Pada sembilan bulan tahun 2025, HMSP membukukan laba periode berjalan sebesar Rp4,51 triliun, turun 13,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, GGRM mencatatkan pertumbuhan laba 11,5 persen YoY menjadi Rp1,10 triliun.
Dari sisi valuasi saham, Panin Sekuritas merekomendasi 'Buy' untuk HMSP dengan target harga Rp1.150 per saham, dan estimasi price to earnings ratio 16,3 kali pada 2026F. Hingga closing market Senin (1/12), saham HMSP koreksi 2,44 persen ke Rp800 per saham.
GGRM juga direkomendasikan Buy dengan target harga Rp21.850 dan estimasi PE 16,8 kali pada 2026F. Pada penutupan Senin, saham GGRM melemah 0,67 persen ke Rp14.800 per saham.
(kunthi fahmar sandy)