MARKET NEWS

Berebut Sengatan Cuan dari Bisnis Kendaraan Listrik

Melati Kristina - Riset 25/06/2022 18:30 WIB

Ramai-ramai terjun di industri kendaraan listrik, sejumlah emiten dari produsen hingga baterai kendaraan listrik mengembangkan ekosistem industri ini.

Berebut Sengatan Cuan dari Bisnis Kendaraan Listrik. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Pasar kendaraan listrik, khususnya mobil, mulai tumbuh. Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengungkapkan, per Januari-April 2022, mobil listrik sudah terjual sebanyak 1.020 unit.

Adapun sejak tiga tahun lalu, pemerintah sudah mempersiapkan kebijakan mengenai pengembangan industri otomotif berbasis baterai. Kebijakan tersebut tertuang dalam Perpres No. 55/2019.

Perpres tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan tersebut menjadi landasan bagi pelaku industri otomotif untuk mengembangkan kendaraan listrik.

Sejurus dengan percepatan program kendaraan listrik, sejumlah emiten berbondong-bondong mengembangkan sayapnya di industri ini. Salah satunya adalah PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) yang menguasai kepemilikan produsen motor listrik lokal, Gesits.

Anak usaha WIKA, PT Wijaya Karya Industri dan Konstruksi (WIKON),  mengambil 10,66 persen saham produsen motor listrik PT Gesits Technologies Indo (GTI) dari PT WIKA Industri Manufaktur (WIMA). Adapun nilai yang diambil alih setara 6.800 saham dengan nilai transaksi mencapi Rp36,50 miliar.

Sebagai informasi, motor listrik nasional dengan nama Gesits, merupakan proyek kerja sama yang melibatkan konsorium penelitian perguruan tinggi serta pihak industri dari BUMN maupun swasta.

Selain WIKA, PT Gaya Abadi Sempurna Tbk (SLIS) juga sudah memproduksi sepeda listrik dan motor listrik. Emiten produsen barang elektronik seperti lampu dan kipas angin tersebut fokus pada perakitan kendaraan listrik baik motor maupun sepeda listrik.

Di segmen sepeda listrik, produk unggulan emiten ini adalah E-moped yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari serta E-bike untuk penggemar sepeda gunung.

Selain itu, SLIS juga memiliki motor listrik, E-Motor yang tampilannya seperti motor matic. SLIS juga memiliki kendaraan listrik lainnya bernama SPV dan scooter.

PT TBS Energi Utama Tbk atau TOBA juga masuk ke dalam industri kendaraan listrik. Emiten batu bara tersebut membentuk perusahaan patungan dengan Gojek terkait pengembangan bisnis sepeda motor listrik di Tanah Air pada November tahun lalu.

Melalui anak usahanya, PT Karya Baru TBS, emiten ini telah menandatangani akta pendirian PT Energi Kreasi Bersama – perusahaan patungan perseroan terbatas – dengan PT Rekan Anak Bangsa. Sementara modal yang disetor pada PT Energi Kreasi Bersama senilai Rp71,75 miliar.

Ke depannya, perusahaan ini akan bergerak dalam bidang perakitan sepeda motor, perdagangan sepeda motor, reparasi dan perawatan sepeda motor, hingga pembiayaan dan perakitan baterai untuk kendaraan bermotor. Perusahaan ini juga menjadi penyedia stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum.

Terakhir, PT NFC Indonesia Tbk (NFCX) yang merupakan anak usaha dari PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) menjalin kerja sama dengan perusahaan layanan kurir PT SiCepat Eskpres Indonesia menjajaki bisnis kendaraan listrik. Kedua emiten tersebut membentuk perusahaan patungan bernama PT Energi Selalu Baru (ESB).

Per 9 Juli 2021, sebagaimana dikutip dari keterbukaan informasi, ESB berfokus pada distribusi motor listrik, penukaran baterai, dan berbagai layanan pendukungnya.

Sementara anak usaha NFCX, yakni PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX) bersama PT Telefast Indonesia Tbk (TFAS) – penyedia solusi sumber daya manusia (SDM) dan logistik – tercatat sebagai pemilik saham minoritas di ESB.

Baik DMMX maupun TFAS akan fokus menyediakan dukungan komersial, infrastruktur, hingga ekosistem untuk ESB.

Emiten Sektor Tambang Jadi Pemain Industri Baterai Kendaraan Listrik

Selain didukung oleh perusahaan yang bergerak sebagai produsen kendaraan listrik, emiten sektor tambang berpeluang masuk menjadi pemain industri baterai kendaraan masa depan ini.

Menurut data Kementerian BUMN, Indonesia memiliki cadangan material industri baterai yang melimpah. Adapun sumber daya alumunium di Indonesia per 2021 mencapai 1,2 miliar ton. Sementara cadangan untuk materi baterai lainnya yakni tembaga (51 juta ton), mangan (43 juta ton), serta nikel (21 juta ton).

Potensi besar ini tentunya menjadi kesempatan yang baik bagi sektor tambang untuk meramaikan industri kendaraan listrik, khususnya di segmen industri baterai. Tercatat sejumlah emiten dari sektor nikel, alumunium, hingga batu bara menjadi bagian dalam industri ini.

Sumber: Kementerian BUMN, Ajaib Sekuritas Asia, 2022

Emiten batu bara, PT Adaro Energy Tbk (ADRO), masuk ke industri baterai kendaraan listrik dengan mengembangkan alumunium. Emiten ini membangun pabrik pengolahan (smelter) alumunium di Kawasan Industri Hijau Indonesia, Kalimantan Utara.

Melalui anak usahanya, PT Adaro Alumunium Indonesia telah menandatangani Surat Pernyataan Maksud Investasi (Letter of Intention to Invest) untuk membangun smelter alumunium di kawasan tersebut. Adapun nilai investasinya sebesar Rp10,4 triliun.

Pembangunan smelter tersebut selaras dengan visi perusahaan yang ingin menjadi green company di masa depan. Dengan adanya pengembangan ini, ADRO dapat mendiversifikasi pendapatannya di sektor nonbatubara.

PT Indika Energy Tbk (INDY) turut berekspansi kembangkan potensi kendaraan listrik roda dua di Tanah Air bersama industri baterai dan infrastruktur melalui anak usahanya, PT Electra Mobilitas Indonesia.

Emiten batu bara ini juga menandatangani MoU dengan PT Indonesia Battery Corporation (IBC), Hon Hai Precision Co. Ltd. (Foxconn), dan Gogoro Inc. untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di Tanah Air serta berbagai industri pendukungnya.

Adapun kolaborasi tersebut dilakukan dengan skema Build, Operate, & Localize (BOL) di Indonesia. Kerja sama tersebut meliputi penjajakan investasi mulai dari pembuatan baterai listrik, meliputi sel baterai, modul baterai, dan baterai.

Sementara pengembangan industri kendaraan listrik baik roda empat maupun roda dua juga menjadi fokus dari kerja sama ini.

Teranyar, INDY juga mendirikan entitas usaha di segmen dealer motor listrik. Melalui anak usahanya, PT Solusi Mobilitas Indonesia (SMI) bersama PT Electra Distribusi Indonesia (EDI) mendirikan perusahaan PT Electra Auto Indonesia (EAI) untuk tujuan dealership.

Didirikannya perusahaan tersebut sebagai ekspansi usaha INDY dalam mengembangkan sektor kendaraan listrik roda dua dalam negeri. Emiten ini juga menargetkan untuk meluncurkan motor listrik pada Kuartal III-2022.

Selanjutnya, PT Harum Nickel Industry (HNI) sebagai anak usaha PT Harum Energy Tbk (HRUM), mendiversifikasi usahanya ke industri nikel. Adapun emiten batu bara ini mengambil bagian atas 250 ribu saham baru dalam PT Westrong Metal Industry dengan nilai investasi dan pengambilan bagian

PT Westrong Metal Industry merupakan perusahaan yang bergerak di bidang smelter nikel. Adapun smelter emiten ini berkapasitas produksi tahunan antara 44 ribu hingga 56 ribu ton nikel berbentuk Feronikel maupun Nickel Pig Iron (NPI).

Emiten nikel lain yang ikut ‘nyemplung’ di segmen baterai kendaraan listrik adalah PT Aneka Tambang (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), dan PT Timah Tbk (TINS).

ANTM berkolaborasi dengan PLN melalui penandatanganan Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL) terkait pengadaan pasokan listrik Smelter Feronikel Halmahera Timur untuk periode 30 tahun kedepan. Adapun nilai investasinya mencapai Rp3,5 triliun.

Selain itu, ANTM juga terlibat dalam pembentukan Indonesia Battery Corporation (IBC) guna mendukung pemerintah dalam mengembangkan produksi mineral dari cadangan perusahaan. Adapun ANTM berkolaborasi dengan PLN, Inalum, dan Pertamina dalam proyek tersebut

Sementara INCO berekspansi melalui Final Investment Decision (FID) untuk proyek fasilitas nikel Bahodopi. Emiten nikel ini juga menandatangani dokumen perjanjian Kerangka Kerjasama Proyek untuk Fasilitas Pengolahan Nikel Bahodopi dengan mitra lainnya yakni Taiyuan Iron & Steel (Grup) Co., Ltd (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology Co., Ltd (Xinhai) pada tahun lalu.

Terakhir, emiten logam timah, PT Timah Tbk (TINS) juga merambah sektor nikel melalui anak usahanya, yakni PT TIM Nkel Sejahtera. (ADF)

Periset: Melati Kristina

Sumber: Tim Riset IDX Channel, Juni 2022

SHARE