Berkah Suku Bunga Rendah, Emiten Properti Diproyeksi Ketiban Cuan hingga 2025
Emiten properti diperkirakan meraup berkah dari era suku bunga rendah, bahkan hingga tahun depan.
IDXChannel - Emiten properti diperkirakan meraup berkah dari era suku bunga rendah, bahkan hingga tahun depan. Pasalnya, pemangkasan suku bunga acuan The Fed dan Bank Indonesia (BI) diproyeksi berlanjut sampai 2025.
Hingga pukul 10.21 WIB, sektor properti masih mengalami penguatan. Saham-saham properti yang berada di zona hijau, yaitu saham PANI sebesar 1,27 persen ke Rp11.950, saham PPRO melonjak 5,26 persen ke Rp20, saham LPCK naik 1,35 persen di Rp750.
Selain itu, saham CTRA mendaki 1,11 persen ke Rp1.370, saham BSDE menguat 0,81 persen di Rp1.240, saham SMRA terkerek 0,73 persen menjadi Rp690, saham BSBK melompat 1,69 persen ke Rp60, saham FMII melesat 7,26 persen di Rp266, dan saham PUDP menanjak 1,71 persen di Rp238.
"Penguatan sektor properti sejalan dengan pemangkasan suku bunga The Fed dan BI yang akan membuat kinerja emiten properti diperkirakan dapat bertumbuh secara kuat bahkan hingga tahun depan," tulis riset Panin Sekuritas, pagi ini.
"Sebab di 2025, proyeksi pemangkasan suku bunga masih akan berlanjut," katanya.
Menurut riset tersebut, Wells Fargo mengatakan, The Fed dapat memangkas suku bunga 200 bps atau lebih dari posisi saat ini hingga akhir tahun depan.
Sementara itu, Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro memperkirakan, The Fed akan memotong Fed Fund Rate (FFR) sebesar 50 basis poin (bps) pada Oktober 2024. Lalu akan diikuti bulan berikutnya, November dan Desember masing-masing 25 bps.
"Artinya akan ada paling tidak total 100 bps pemangkasan dari Fed Fund Rate di tahun ini. Total ya, termasuk dengan yang kemarin," kata Andry dalam media gathering di Anyer, Rabu (25/9).
Sementara untuk BI, lanjut Andry, kemungkinan besar juga akan mengikuti pemangkasan suku bunga acuannya lagi.
"Kami melihat dengan adanya paling tidak 50 bps lagi FFR cut di tahun ini, nanti di November dan Desember. Kami melihat bahwa ada opportunity, ada ruang BI itu memangkas lagi suku bunga acuannya sebesar 25 basis," ujar dia.
Menurut Andry, pada Oktober ini, ada ruang untuk pemangkasan suku bunga acuan lagi sebesar 25 bps. Apalagi dengan assessment Bank Mandiri, tingkat inflasi di domestik akan relatif rendah.
"Jadi assessment kami tuh inflasi tahun ini pun juga akan berada di kisaran di bawah 2,5 persen," ujar Andry.
Andry menuturkan, dengan FFR yang dipangkas sebesar 100 bps, ada ruang bagi BI memangkas lagi sekira minimal 50-75 bps pada 2025.
"Jadi akan berdampak kepada penurunan cost of borrowing bagi dunia usaha dan bisa menggairahkan. Kemudian bonds market kita," kata Andry.
"Kalau suku bunganya turun, benchmark-nya turun, ya otomatis bond yield-nya juga akan turun. Artinya bonds prices-nya juga akan meningkat. Nah ini akan menggairahkan capital market," tuturnya.
(Fiki Ariyanti)