BI Tiba-Tiba Kerek Suku Bunga, Saham Properti Longsor
Saham emiten properti dan real estat melorot seiring Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan 25 basis points (bps).
IDXChannel – Saham emiten properti dan real estat melorot seiring Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan 25 basis points (bps) pada pertemuan Kamis siang (19/10/2023).
Bedasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 15.30 WIB, saham PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) anjlok 6,14 persen, saham PT Ciputra Development Tbk (CTRA) ambles 3,40 persen, dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) tergerus 3,30 persen.
Kemudian, saham PT Modernland Realty (MDLN) dan PT Surya Semesta Indonusa (SSIA) merosot 2,82 persen dan 2,33 persen. Saham PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) dan PT Pakuwon Tbk (PWON) masing-masing terkoreksi 1,16 persen dan 1,43 persen.
Kamis siang, RDG BI memutuskan untuk menaikan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 6% dari berbulan-bulan sebelumnya di angka 5,75%. Ini di luar ekspektasi mayoritas ekonom yang meralam BI akan kembali menahan suku bunga bulan ini.
BI juga menahan suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.
"Kenaikan ini untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah dari dampak ketidakpastian global," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat konferensi pers Kamis (18/10/2023).
Keputusan ini juga sebagai langkah preemptive dan forward looking untuk memitigasi dampaknya terhadap inflasi barang impor atau imported inflation.
"Sehingga, inflasi tetap terkendali dalam sasaran 3±1% pada tahun 2023 dan 2,5±1% di 2024," ujar Perry.
Adapun kebijakan makro juga diperkuat efektifitas implementasi kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) dengan menurunkan rasio penyangga likuiditas makroprudensial (PLM) untuk mendorong kredit pembiayaan lebih lanjut bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Suku bunga yang tinggi dapat mengurangi daya beli dan menghambat permintaan.
Suku bunga cuan yang lebih tinggi merupakan tantangan bagi pembeli rumah, yang harus menghadapi cicilan bulanan yang lebih tinggi, dan bagi penjual atau pengembang, yang mengalami lebih sedikit permintaan dan/atau penawaran yang lebih rendah untuk rumah mereka.
Selain itu, investor properti juga dipengaruhi oleh suku bunga. Ketika suku bunga rendah, investasi properti menjadi lebih menarik karena potensi hasil (return) yang lebih tinggi dibandingkan dengan alternatif investasi yang lebih tradisional.
Hal tersebut dapat mendorong investor untuk membeli properti, mengakibatkan peningkatan harga dan aktivitas investasi.
Lebih lanjut, Suku bunga yang rendah dapat mendorong pengembang untuk membiayai proyek-proyek properti baru dengan suku bunga yang lebih rendah. Ini dapat mengakibatkan peningkatan aktivitas pembangunan dan pertumbuhan sektor properti. Dan begitu pula sebaliknya.
Perubahan suku bunga dapat berdampak juga pada nilai properti yang ada. Misalnya, ketika suku bunga naik, nilai properti yang ada dapat menurun karena biaya pinjaman yang lebih tinggi dapat membuat pembeli potensial lebih berhati-hati. (ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.