MARKET NEWS

Bisnis IoT Moncer, Laba Bersih Teknologi Karya (TRON) Melesat 130 Persen

Taufan Sukma/IDX Channel 26/04/2023 16:58 WIB

TRON tercatat berhasil membukukan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp15,34 miliar di sepanjang 2022 lalu.

Bisnis IoT Moncer, Laba Bersih Teknologi Karya (TRON) Melesat 130 Persen (foto: MNC Media)

IDXChannel - PT Teknologi Karya Digital Nusa Tbk (TRON) baru saja merilis laporan keuangan audited untuk tahun buku 2022 lalu.

Ini merupakan rilis laporan keuangan pertama usai perusahaan penyedia solusi sistem informasi berbasis telematika dan internet of things (IoT) tersebut melakukan pencatatan perdana (listing) saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Maret 2023 lalu.

Berdasarkan laporan keuangan tersebut, TRON tercatat berhasil membukukan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp15,34 miliar di sepanjang 2022 lalu.

Capaian tersebut melesat hingg 130 persen dibanding realisasi laba perusahaan pada 2021, di mana tercatat masih sebesar Rp6,68 miliar.

Torehan laba bersih tersebut berhasil disisihkan dari nilai pendapatan bersih perusahaan, yang pada 2022 lalu tercatat mencapai Rp107,52 miliar, melejit hingga 136 persen dari realisasi pendapatan 2021 yang masih sebesar Rp45,63 miliar.

"Pendapatan sebagian besar disumbang oleh penjualan produk hardware IoT manajemen transportasi senilai Rp68,35 miliar, atau 64 persen dari total pendapatan, ditambah dengan pendapatan jasa layanan SaaS sebesar Rp39,16 miliar," ujar Presiden Direktur TRON, David Santoso, dalam keterangan resminya.

Menurut David, pihaknya terbukti mampu mencatatkan kinerja keuangan yang cukup impresif di sepanjang tahun lalu, meski di tengah tekanan pandemi COVID-19.

Hasil positif ini, David menjelaskan, bakal menjadi modal bagi TRON untuk melakukan ekspansi bisnis di sepanjang tahun ini, sebagai tindak lanjut dari proses penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) yang telah dilakukan pada awal Maret 2023 lalu.

"Kami akan terus mengembangkan sistem, sejalan dengan ekspansi yang berjalan secara bertahap mulai triwulan II-2023 ini," tutur David.

David mengaku optimistis bahwa segmen bisnis yang kini digeluti perusahaan, yaitu sistem informasi berbasis telematika dan IoT untuk pengembangan smart city, memiliki potensi yang sangat besar untuk pasar Indonesia.

Sementara, Direktur Keuangan TRON, Rudy Budiman Setiawan, menyebut bahwa total aset perusahaan per Desember 2022 telah mencapai Rp85,74 miliar.

Capaian tersebut meningkat 64 persen dibanding nilai aset pada 2021 yang sebesar Rp52,19 miliar.

Sedangkan total kewajiban TRON di Desember 2022 sebesar Rp23,25 miliar, dari sebelumnya Desember 2021 Rp23,61 miliar.

Lalu, ekuitas perusahaan tercatat Rp 62,49 miliar, naik 119 persen dari sebelumnya Rp28,58 miliar. 
"Dengan kondisi ini, rasio utang perusahaan juga sangat terjaga dengan tingkat debt to equity ratio (DER) di level 0,37 kali. Ini mencerminkan kemampuan pengelolaan utang perusahaan yang masih terkendali," ujar Rudy.

Menurut Rudy, salah satu proyek strategis yang akan digarap TRON dalam waktu dekat adalah kerja sama dengan kota-kota besar di Indonesia untuk mengimplementasikan Smart Parking atau parkir digital di jalan raya dan Intelligent Traffic Control System (ITCS) yang dilengkapi dengan Teknologi AI Digital Twinning 3D Generasi ke-5 yang dipasang di beberapa persimpangan.

"Sistem ini mampu mendeteksi penumpukan kendaraan saat terjadi antrian di lampu merah dan menyesuaikan lampu lalu lintas sesuai dengan padatnya arus kendaraan di setiap ruas jalan. Sehingga penumpukan kendaraan di lampu merah selanjutnya dapat dihindari," ungkap David.

Sebagai informasi, TRON telah melaksanakan IPO pada awal Maret 2023 dengan mengantongi dana segar sebesar Rp135 miliar.

Dana tersebut didapat dari pelepasan 750.000.000 saham baru, atau 25,42 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh dengan harga perdana sebesar Rp180 per saham.

Dri dana hasil IPO tersebut, sebanyak 30 persen digunakan untuk belanja modal dalam bentuk penambahan areal operasional yang berlokasi di Jawa Barat.

Sedangkan sisanya bakal digunakan untuk modal kerja, terdiri dari biaya operasional proyek pekerjaan pengembangan smart city dan business solution provider dalam aspek transportasi di berbagai kota di Indonesia.
 
Selanjutnya untuk biaya tenaga kerja dan pembelian bahan baku produk serta pengembangan segmen distribusi penjualan produk dan layanan melalui jalur Business to Business (B2B) dan Business to Consumer (B2C). (TSA)

SHARE