Bisnis Pertambangan Gemilang, Kinerja MNC Energy (IATA) Makin Kinclong
moncernya bisnis IATA saat ini merupakan bukti kesuksesan perusahaan dalam bertransformasi.
IDXChannel - PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) sukses membukukan kinerja gemilang di sepanjang Semester I-2022 lalu. Hal ini tak lepas dari fokus bisnis perusahaan yang bergerak di sektor tambang, produksi energi, perdagangan dan infrastruktur.
"Sebagai bagian dari Keluarga Besar MNC Group, PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) fokus pada pertambangan dan produksi energi, yang itu merupakan salah satu bisnis inti MNC Group," ujar Executive Chairman MNC Group, Hary Tanoesoedibjo, Sabtu (17/09/2022).
Menurut Hary, moncernya bisnis IATA saat ini merupakan bukti kesuksesan perusahaan dalam bertransformasi dari semula fokus pada bisnis sektor transportasi udara menjadi operasional tambang dan energi.
"Congrats untuk tim manajemen IATA yang telah sukses mentransformasi bisnisnya secara lancar dan sesuai harapan," tutur Hary.
Sebagaimana dikutip dari laporan keuangan perusahaan, kinerja laba IATA di Semester I-2022 sebagian besar ditopang dari kenaikan harga batu bara. Karenanya, manajemen berkomitmen untuk terus meningkatkan produksi batu bara perusahaan.
“IATA mengumumkan laporan keuangan semester I-2022, di mana pendapatan mencapai rekor, sebesar USD84,5 juta dan laba bersih USD32,2 juta, yang ditopang kinerja penjualan dan harga batu bara,” tutur Hary.
Perusahaan disebut Hary berkomitmen untuk terus meningkatkan produksi batu bara, yang mulai membuahkan hasil pada peningkatan laba bersih menjadi USD32,19 juta enam bulan pertama tahun ini. Capaian tersebut meningkat hingga 735,49 persen dibandingkan laba pada periode sama tahun lalu yang sebesar USD3,85 juta.
"IATA juga kami targetkan untuk bisa mengungguli pencapaian ini di Semester II-2022 mendatang," ungkap hary.
Sementara dari segi pendapatan usaha, peningkatan juga mencapai 254,36 persen, yaitu dari USD23,85 juta pada semester I-2021 menjadi USD84,5 pada semester I2022.
Hary menjelaskan, lonjakan kinerja yang cukup signifikan terjadi seiring tingginya permintaan sumber daya energi, seperti batu bara, terdampak dari makin terbatasnya pasokan energi di level internasional, yang membuat harga secara keseluruhan juga terus meroket hingga saat ini. (TSA)