Blak-Blakan Sang Pemilik Mochtar Riady Ungkap Kegagalan Mataharimall.com
Mochtar Riady pendiri Lippo Group tak segan membagikan cerita berupa kegagalan Mataharimall.com hingga kesuksesan OVO di industri digital.
IDXChannel – Meski sudah menjadi grup perusahaan besar, Mochtar Riady pendiri Lippo Group tak segan membagikan cerita berupa kegagalan Mataharimall.com hingga kesuksesan OVO di industri digital.
“Dia lupa sebenarnya MatahariMall.com itu perlu memposisikan diri sendiri, apakah itu buka toko di internet atau itu adalah bangun pasar di internet. Ini mesti jelas. Baik dalam pembukaan toko maupun membangun pasar intinya adalah barang dagangan, bukan teknisinya itu," ungkap Mochtar Riady di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, pada Kamis (28/11/2019).
Saat itu mendirikan MatahariMall.com, Lippo justru menitikberatkan pada teknologi, dan langsung mempekerjakan 300 orang teknisi. Mochtar mengungkapkan justru disitulah kesalahannya karena menyalahi kodrat bahwa semua harus ada dimulai dari hal yang kecil seperti Microsoft, Google hingga Amazon yang diawali dari sebuah garasi dengan karyawan tidak lebih dari 5 orang.
Melirik cerita Mataharimall.com, Mochtar lantas bercerita bahwa sejatinya fokus utama dan yang harus dijual lebih dulu adalah barangnya tapi bukan soal teknologinya karena hal itu hanya instrumen atau penunjang.
“Barang yang dijualbelikan itu tetap yang paling utama,” kata Mochtar Riady dalam diskusi Asosiasi Media Siber Indonesia di Jakarta, pada Senin (28/11/2019). Selain itu, tidak adanya segmentasi yang jelas memperparah Mataharimall.com dalam bersaing.
Pengalaman yang dialami Mataharimall.com dijelaskan oleh Mochtar Riady sebagai pembelajaran bahwa segala sesuatu harus dimulai dari nol dan dikembangkan secara bertahap dan tidak hanya fokus pada teknologinya semata.
“Teknologi hanya salah satu instrumen untuk menyampaikan informasi. Barang yang dijualbelikan, itu tetap yang paling diutamakan. Ini adalah kegagalannya daripada MatahariMall.com, dan tadi saya kemukakan ini, usaha itu selalu harus mulai dari kecil, dan dia pelan, pelan, pelan itu menjadi besar. Tidak bisa langsung jadi besar, terkecuali perusahaan-perusahaan pemerintah itu lain soal," jelas Mochtar Riady. (*)