MARKET NEWS

Blockchain: Masa Depan Transaksi Saham yang Aman dan Tepercaya?

Nia Deviyana 19/08/2023 17:00 WIB

Bicara digitalisasi tentu tidak akan lepas untuk mengulas blockchain, sebuah teknologi Desentralized Ledger Technology (DLT) yang mendasari mata uang digital.

Blockchain: Masa Depan Transaksi Saham yang Aman dan Terpercaya? Foto: MNC Media.

IDXChannel - Bicara digitalisasi tidak akan lepas untuk mengulas blockchain, sebuah Desentralized Ledger Technology (DLT) yang mendasari mata uang digital.

Blockchain adalah database yang berisi riwayat informasi apapun yang dirancang untuk disimpan, terdiri dari serangkaian "block" informasi yang dibangun di atas satu sama lain dalam rantai yang tidak dapat diubah. 

Sederhananya, sistem yang ada pada blockchain memiliki mekanisme bawaan untuk mencegah entry transaksi yang tidak sah dan menciptakan konsistensi tampilan bersama dari transaksi.

Melihat fungsinya, banyak yang bertanya-tanya, akankah blockchain turut mewarnai masa depan transaksi saham di pasar modal? mengingat digitalisasi pastinya juga akan menuntut kemudahan, efisiensi, dan keamanan.

Mengutip buku Blockchainisasi Keuangan, Transformasi Digital Masa Depan di Industri Keuangan, teknologi blockchain sebenarnya akan mampu membantu pasar modal dalam meningkatkan transaparansi dan efisiensi. 

Pada 2016, Nasdaq bahkan telah menggunakan teknologi blockchain untuk meluncurkan Linq, sebuah platform yang memungkinkan perdagangan saham privat. 

Melalui Linq, nasabah dapat melakukan transaksi privat dengan cara yang lebih cepat dan efisien, karena prosesnya tidak lagi melibatkan pihak ketiga seperti bank atau kustodian. 

Selain itu, dengan menggunakan blockchain, transaksi saham privat bisa dilakukan dengan lebih aman dan transparan karena data transaksi disimpan dalam bentuk digital dan dapat diakses oleh semua pihak yang terhubung ke jaringan. 

Blockchain juga dapat digunakan untuk menerbitkan dan mencatatkan saham atau obligasi dalam bentuk token, yang disebut sebagai Security Token Offering (STO). 

STO menjadi salah satu aplikasi blockchain dalam pasar modal yang sedang berkembang, digunakan untuk menerbitkan dan mencatat saham atau obligasi dalam bentuk token. Hal tersebut memungkinkan perusahaan untuk menawarkan saham atau obligasi kepada investor secara digital.

Cara kerja STO adalah dengan mengubah saham atau obligasi tradisional menjadi token digital yang diterbitkan di atas blockchain. Token ini juga dapat diperdagangkan di pasar sekunder.

Beberapa contoh proyek yang telah menerapkan STO adalah 22x, Aspen Coin, dan Slice. 

22x merupakan proyek yang menawarkan token saham dari perusahaan rintisan yang berbasis di Silicon Valley. Proyek ini menawarkan investor kesempatan untuk berinvestasi pada perusahaan-perusahaan yang sedang tumbuh dengan potensi yang besar.

Sementara Aspen Coin merupakan proyek yang menawarkan  token saham dari Aspen, perusahaan yang menjual properti. Begitu juga dengan Slice yang menawarkan token saham pada proyek-proyek properti di New York City.

Selain proyek-proyek di atas, blockchain juga digunakan untuk proyek seperti tZero, platform perdagangan saham elektronik yang dikembangkan perusahaan rintisan Overstock.

Platform ini menyediakan layanan perdagangan saham untuk perusahaan-perusahaan yang melakukan Initial Coin Offering (ICO), dan diharapkan dapat meningkatkan likuiditas saham dan mengurangi biaya transaksi.

Ke depan, blockchain diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan proses pencatatan dan pembagian dividen. Dengan menggunakan blockchain, perusahaan dapat mencatat dan membagikan dividen secara otomatis tanpa perlu melibatkan pihak ketiga seperti bank dan pialang saham. 

Jadi, apakah blockchain akan mampu menjadi masa depan dalam transaksi pasar modal? tentu bisa atau tidaknya akan bergantung terhadap regulasi masing-masing negara dan kebutuhan untuk menggunakannya. (NIA)

SHARE