BLT Rp300 Ribu per Bulan Bawa Angin Segar Buat Emiten Konsumer
Penjualan domestik sektor barang konsumsi diperkirakan pulih seiring penyaluran bantuan langsung tunai oleh pemerintah pada kuartal IV-2025.
IDXChannel – Penjualan domestik sektor barang konsumsi diperkirakan pulih seiring penyaluran bantuan langsung tunai oleh pemerintah pada kuartal IV-2025.
Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) dapat menjadi katalis positif bagi daya beli masyarakat, dan mendukung kinerja emiten konsumer menjelang Lebaran 2026.
Analis Indo Premier Sekuritas Andrianto Saputra dan Nicholas Bryan menilai stimulus berbentuk bantuan tunai lebih efektif dalam meningkatkan konsumsi masyarakat dibandingkan program bantuan non-tunai.
"Kami melihat potensi pemulihan daya beli melalui stimulus fiskal dan aktivitas penimbunan stok menjelang Lebaran 2026," ujarnya dalam Sector Update Consumer Staples, dikutip pada Jumat (24/10/2025).
Sedianya pemerintah akan menyalurkan bantuan sosial tunai senilai Rp300 ribu per bulan untuk periode Oktober hingga Desember 2025. Program ini menyasar 35,4 juta penerima dengan total anggaran mencapai Rp31,9 triliun.
Program ini akan didanai melalui realokasi anggaran nasional yang belum sepenuhnya terserap.
Data Indo Premier menunjukkan penjualan domestik barang konsumsi hanya tumbuh 3 persen secara tahunan pada kuartal I-2025, meski pemerintah sempat memberikan subsidi listrik 50 persen.
Sebaliknya, pada 2022, saat pemerintah menyalurkan bantuan sosial tunai tambahan, penjualan barang konsumsi meningkat signifikan sebesar 8,7 persen secara tahunan.
"Kondisi tersebut menunjukkan bahwa bantuan tunai memiliki dampak langsung terhadap peningkatan konsumsi rumah tangga," ujarnya.
Analis memperkirakan sejumlah perusahaan konsumer berpeluang mencatat peningkatan permintaan pada kuartal IV-2025 akibat dua faktor utama, yaitu penyaluran bantuan sosial tunai dan kegiatan stock-up menjelang perayaan Lebaran 2026.
Selain itu, dukungan fiskal yang lebih ekspansif melalui realokasi anggaran pemerintah juga diharapkan memperkuat momentum konsumsi.
Indo Premier mempertahankan rating 'Neutral' terhadap sektor tersebut. Saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR) menjadi pilihan utama di sektor ini untuk 2025–2026.
Kedua emiten dinilai berpotensi mencatatkan perbaikan margin seiring penurunan harga bahan baku utama dan dukungan daya beli masyarakat.
Secara valuasi, analis mengestimasi saham KLBF diperdagangkan dengan rasio P/E 2025 sebesar 14,4 kali dan 13,4 kali untuk 2026. Imbal hasil dividen diproyeksi meningkat dari 4 persen menjadi 4,9 persen pada 2027.
Sementara itu, MYOR diproyeksikan mencatat penurunan rasio P/E dari 16,1 kali di 2025 menjadi 12,8 kali di 2026, dengan potensi pertumbuhan laba hingga 25,9 persen pada 2026.
(Dhera Arizona)