MARKET NEWS

Bos Wall Street Peringatkan Risiko Koreksi Pasar Saham di Tengah Euforia AI

Nia Deviyana 05/11/2025 05:00 WIB

Kekhawatiran meningkat di mana valuasi saham yang terkait teknologi artificial intelligence (AI) dinilai sudah terlalu tinggi.

Bos Wall Street Peringatkan Risiko Koreksi Pasar Saham di Tengah Euforia AI. Foto: Pixabay.

IDXChannel - Para CEO Wall Street memperingatkan bahwa pasar saham global bisa menuju fase penurunan (drawdown). Hal ini mencerminkan kekhawatiran yang meningkat atas valuasi saham yang terkait teknologi artificial intelligence (AI) yang sudah terlalu tinggi.

Kekhawatiran akan terjadinya gelembung pasar yang muncul seiring indeks acuan S&P 500 yang terus melonjak tajam, berulang kali mencetak rekor tertinggi baru dan mengingatkan kembali pada era "dot-com boom".

"Kita seharusnya menyambut kemungkinan adanya koreksi pasar sebesar 10 persen hingga 15 persen, selama itu tidak disebabkan oleh faktor makroekonomi besar," ujar CEO Morgan Stanley, Ted Pick, dalam Global Financial Leaders’ Investment Summit di Hong Kong, dilansir Investing, Selasa (4/11/2025).

Sejauh ini, pasar tampak mengabaikan kekhawatiran terkait inflasi, suku bunga tinggi, ketidakpastian kebijakan akibat dinamika perdagangan global yang berubah, serta penutupan sebagian pemerintahan federal AS yang telah memasuki minggu kelima.

"Ketika Anda berada dalam siklus seperti ini, pasar bisa terus naik untuk beberapa waktu. Namun akan selalu ada faktor yang mengubah sentimen, memicu penurunan, atau mengubah pandangan terhadap arah pertumbuhan, dan tidak ada di antara kita yang cukup pintar untuk melihatnya sebelum benar-benar terjadi," ujar CEO Goldman Sachs, David Solomon, di forum yang sama.

Pasar AS Melemah

Kontrak berjangka indeks utama Wall Street turun pada Selasa pagi, sementara Indeks Volatilitas Cboe atau VIX, yang dikenal sebagai indicator utama ketakutan Wall Street, bertahan mendekati level tertinggi dalam dua minggu.

"Valuasi sektor teknologi sudah penuh, tetapi hal itu tidak berlaku untuk pasar secara keseluruhan," kata Solomon.

Komentar Solomon mencerminkan pandangan banyak eksekutif senior Wall Street yang melihat potensi koreksi sebagai sesuatu yang sehat, mengingat euforia yang dinilai sudah cukup tinggi di pasar saham.

Bulan lalu, CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon, juga memperingatkan bahwa pasar saham AS menghadapi risiko koreksi signifikan dalam enam bulan hingga dua tahun ke depan.

"Saya jauh lebih khawatir soal ini dibanding banyak orang," ujar Dimon kepada BBC. Dia menambahkan bahwa ada banyak hal yang menimbulkan ketidakpastian, termasuk ketegangan geopolitik, belanja fiskal besar, dan remiliterisasi global.

Awal pekan ini, co-chief investment officers dari hedge fund Bridgewater Associates juga menilai bahwa investor saat ini mengabaikan meningkatnya berbagai risiko.

Ledakan AI: Inovasi atau Gelembung Baru?

Lonjakan minat terhadap kecerdasan buatan generatif (generative AI) memunculkan perbandingan dengan era dot-com. Saat ini, investor menggelontorkan miliaran dolar ke perusahaan teknologi di tengah valuasi yang melonjak dan ekspektasi pertumbuhan besar-besaran.

Pada September, Citigroup memperkirakan belanja infrastruktur terkait AI oleh raksasa teknologi bisa melampaui USD2,8 triliun hingga 2029, naik dari estimasi sebelumnya sebesar USD2,3 triliun.

Antusiasme tersebut juga terlihat dari maraknya kesepakatan korporasi. Pada Senin, OpenAI menandatangani perjanjian senilai USD38 miliar selama tujuh tahun untuk membeli layanan komputasi awan dari Amazon.com.

Sebagai perbandingan, gelembung dot-com pada akhir 1990-an juga dipicu oleh investasi spekulatif pada perusahaan berbasis internet. Hal tersebut menyebabkan lonjakan harga saham teknologi sebelum akhirnya runtuh pada 2000, menghapus nilai pasar triliunan dolar.

(NIA DEVIYANA)

SHARE