Boy Thohir dan Winato Kartono Lepas Saham MBMA, Ada Apa?
Dua pemegang saham utama emiten nikel PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA), Garibaldi ‘Boy’ Thohir dan Winato Kartono, melepas sebagian kepemilikan saham.
IDXChannel – Dua pemegang saham utama emiten nikel PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA), Garibaldi ‘Boy’ Thohir dan Winato Kartono, melepas sebagian kecil kepemilikan di perusahaan tersebut.
Kepemilikan Boy Thohir, yang dikenal sebagai bos tambang Adaro (ADRO) berkurang 292,32 juta saham (0,27 persen) dari 10,47 miliar saham MBMA miliknya yang disimpan di data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per 21 September 2023.
Sementara, Presiden Komisaris MBMA Winato Kartono juga melepas saham MBMA, yakni sebanyak 930,47 juta saham atau 0,86 persen dari total sahamnya sebelumnya (6,79 miliar saham atau 6,29 persen).
Winato Kartono sendiri dikenal sebagai founding partner Provident Capital Indonesia 9 years ago. Winato telah berinvestasi bersama Saratoga Investema Sedaya di berbagai emiten seperti Tower Bersama (TBIG) hingga Provident Investasi Bersama (PALM).
Tidak diketahui rincian transaksi dan tujuan pelepasan saham oleh keduanya.
Hingga sesi I perdagangan Selasa (26/9/2023), saham MBMA naik tipis 0,55 persen ke Rp920 per saham.
Nilai transaksi perdagangan saham MBMA Rp61,73 miliar dan volume perdagangan 66,99 juta saham.
Dalam sepekan, saham MBMA naik 0,55 persen dan dalam sebulan melonjak 21,85 persen.
Kabar teranyar, manajemen menyampaikan, perseroan telah menandatangani perjanjian definitif dengan anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh GEM Co., Ltd (GEM) untuk membangun pabrik pengolahan High-Pressure Acid Leach (HPAL).
Adapun, pabrik tersebut nantinya memiliki kapasitas 30 ribu ton nikel dalam Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) per tahun.
Manajemen MBMA menjelaskan, pabrik HPAL tersebut akan dibangun di Kawasan Industri Morowali atau Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), yang lokasinya berdekatan dengan pabrik pengolahan HPAL PT QMB New Energy Materials (QMB).
PT QMB New Energy Materials sendiri merupakan gabungan perusahaan ventura yang dikendalikan oleh GEM dengan kapasitas saat ini sebesar 30 ribu ton per jumlah nikel yang terkandung dalam MHP, yang sudah beroperasi sejak 2022.
"Perusahaan patungan HPAL nantinya akan dibangun dan dioperasikan di bawah naungan PT ESG New Energy Material. Adapun, kepemilikan MBMA atas pabrik pengolahan HPAL nanti adalah sebesar 55%, dan 45% lainnya dimiliki oleh GEM," kata manajemen MBMA dalam keterangan resminya, Senin (25/9/2023).
Berdasarkan perjanjian yang ditandatangani, GEM akan memandu desain, konstruksi, dan pengoperasian pabrik pengolahan HPAL, dan MBMA akan memimpin dalam mendapatkan relevansi perizinan, persetujuan, insentif pemerintah Indonesia, serta pengaturan pembiayaan proyek, dengan dukungan dari GEM.
Lebih lanjut, GEM akan membangun dan menugaskan pabrik pengolahan HPAL dalam dua tahap secara turn-key. Tahap pertama akan memiliki kapasitas sebesar 20.000 ton nikel dalam MHP per tahun. Sementara, tahap kedua kapasitas akan naik menjadi 30.000 ton nikel dalam MHP per tahun.
Adapun, tanggal komisioning tahap satu ditargetkan pada 2024 semantara tahap kedua ditargetkan pada pertengahan 2025. Total investasi konstruksi gabungan untuk kedua tahap adalah dibatasi hingga USD600 juta atau Rp9,24 triliun, dengan jaminan biaya konstruksi yang diberikan oleh GEM.
“Pabrik ini akan melakukan pengadaan dan pengolahan bijih nikel laterit secara komersial dari tambang SCM miliki MBMA, berdasarkan perjanjian pasokan bijih untuk jangka waktu 20 tahun terhitung sejak tanggal komisioning. Sedangkan, pabrik persiapan bijih akan dibangun di tambang SCM untuk memfasilitasi pengangkutan bijih melalui pipa ke pabrik pengolahan di IMIP,” lanjut manajemen MBMA.
Selain bekerja sama dengan GEM dalam membangun pabrik HPAL, MBMA juga memiliki opsi untuk berpartisipasi dalam rencana perluasan pabrik milik GEM, yang memiliki kapasitas 20.000 ton nikel dalam MHP per tahun, dengan komposisi kepemilikan saham tidak kurang dari 20%.
Manajemen MBMA melanjutkan, kemitraan dengan GEM ini merupakan kelanjutan dari strategi perseroan untuk menjadi perusahaan terkemuka.
Selain itu menjadi perusahaan bahan baterai yang terintegrasi secara vertikal untuk menciptakan nilai bagi pemegang saham melalui proyek ekspansi tengah dan hilir dalam nilai bahan baterai rantai untuk menghasilkan produk kelas 1 dengan nilai tambah lebih tinggi. (ADF)