Buka Harga di Rp500 Per Saham, Ini Penjelasan Dharma Polimetal (DRMA)
PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) secara resmi telah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO)
IDXChannel - PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) secara resmi telah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO). Kepada investor, emiten ini membuka harga perdana senilai Rp500 per saham.
Presiden Direktur DRMA, Irianto Santoso, menuturkan, harga tersebut merupakan yang terbaik dan rendah untuk dapat diberikan kepada investor. Apa lagi, hal itu membuat proses book building lalu sempat mengalami oversubscribe hingga 6,55 kali.
"Pada saat kemarin book building itu oversubscribed nya 6,55x. Kita menawarkan harga Rp500 per lembar saham, itu adalah penawaran kita terhadap investor, kalo menurut saya sih harga itu sudah sangat rendah dan murah karena kita memberikan kesempatan pada investor baru untuk menikmati harga saham yang kita berikan," jelasnya.
Adapun DRMA menawarkan 705.882.300 lembar saham atau 15% dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam Perseroan kepada investor publik. Dalam IPO tersebut, DRMA mematok harga penawaran umum perdana (IPO) saham senilai Rp500 per saham.
Irianto menjelaskan, perseroan masuk sebagai perusahaan tercatat karena dilandaskan beberapa alasan. Pertama, DRMA ingin berkontribusi dan juga ingin menjadi perusahaan yang transparan, akuntabel, serta bertanggung jawab kepada stakeholder.
"Kedua, karena kita bagian dari Triputra Group, seperti kita ketahui perusahaan dari Triputra Group sudah melantai di bursa adalah TAPG, sebelumnya ASSA, jadi kita sebagai member Triputra Group selalu didorong oleh shareholder kita agar kita bisa menjadi perusahaan terbuka," ujar Irianto dalam Market Review IDX Channel, Senin (20/12/2021).
Sedangkan, dana yang disasar DRMA adalah Rp350 miliar dalam kesempatan pencatatan saham hari ini. Selanjutnya 75% dana yang diraih akan dilakukan untuk ekspansi pabrik Dharma Polimetal sendiri.
Menurut Irianto, perseroan mendapat banyak sekali order dari customer khususnya untuk part yang selama ini biasanya dibuat oleh vendor dari Jepang.
"Tapi kali ini itu diberikan kepada kita yang pure 100% local company, dan itu membutuhkan nilai investasi yang cukup besar, maka itu kita bangun pabrik kemudian kita membeli mesin-mesin dan pabrik baru ini sudah full automatic dan digitalisation dalam pengoperasiannya," papar Irianto. (TYO)