Bursa Asia Bergerak Beragam Awal Pekan, Hang Seng Hong Kong Terus Tertekan
Bursa Asia bergerak beragam pada perdagangan awal pekan, Senin (8/1/2024).
IDXChannel - Bursa Asia bergerak beragam pada perdagangan awal pekan, Senin (8/1/2024). Indeks KOSPI Korea Selatan menguat, sementara Indeks Shanghai Composite China, Hang Seng Hong Kong, hingga Indeks ASX 200 Australia kompak melemah. Sementara bursa Jepang masih tutup dalam pekan liburan.
Pada pukul 09.00 WIB, Indeks KOSPI Korea Selatan naik 0,22 persen di level 2.583. Pada saat bersamaan Indeks Hang Seng Hong Kong turun 1,19 persen di level 16.337.
Sementara indeks Shanghai Composite turun 0,81 persen di level 2.905. Indeks ASX 200 di Australia turun tipis 0,09 persen di level 7.481. (Lihat grafik di bawah ini).
Sementara, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga dibuka bertenaga di awal pekan dengan kenaikan 0,45 persen pada waktu yang sama di level 7.389. Pada sesi sebelumnya, IHSG ditutup melemah 0,12 persen ke level 7.350 pada Jumat (5/1/2024).
Dari Wall Street, bursa saham Amerika Serikat (AS) tersebut ditutup menguat pada akhir pekan, Jumat (5/1), setelah sempat tertekan pada sesi pembukaan. Pelaku pasar tampak menyambut positif data tenaga kerja non-farm payrolls (NFP) yang baru saja dirilis.
Dow Jones Industrial Average menguat 0,06 persen menjadi 37.465. Sementara S&P 500 menguat 0,17 persen di 4.696 dan Nasdaq Composite menanjak 0,08 persen menjadi 14.523.
Secara fundamental, kenaikan indeks bursa Paman Sam akhir pekan ini didukung oleh sektor Telekomunikasi, Keuangan dan Konsumer.
Angka ketenagakerjaan di AS kembali pulih, setelah data Non-Farm Payroll (NFP) menunjukkan ada pertumbuhan serapan tenaga kerja.
Biro Statistik Tenaga Kerja mencatat kenaikan NFP sebesar 216.000 pekerjaan pada bulan Desember 2023. Angka itu naik dari periode sebelumnya yang mencapai 173.000. Jumlah itu juga meningkat dari ekspektasi konsensus yang disurvei Bloomberg.
Informasi saja, NFP merupakan data ketenagakerjaan yang berisikan jumlah tenaga kerja AS di semua sektor, kecuali sektor pertanian, pegawai pemerintah, pegawai organisasi non-profit, dan pegawai rumah tangga.
Saat ini, perhatian tengah tertuju pada data inflasi AS untuk mengetahui petunjuk lebih lanjut mengenai prospek kebijakan moneter bank sentral The Federal Reserve (The Fed).
Perkiraan menunjukkan harga konsumen kemungkinan naik 0,2 persen di bulan Desember, menyusul kenaikan 0,1 persen di bulan November.
Sementara itu, suku bunga inti diperkirakan naik sebesar 0,2 persen, sedikit lebih rendah dari kenaikan bulan sebelumnya sebesar 0,3 persen.
Setiap tahunnya, tingkat inflasi umum diperkirakan akan meningkat menjadi 3,2 persen dari level terendah dalam lima bulan di bulan November sebesar 3,1 persen, sementara tingkat inflasi inti kemungkinan akan turun menjadi 3,9 persen, terendah sejak Mei 2021.
Akhir pekan lalu, saham-saham China juga kesulitan menentukan arah karena para investor masih bersikap wait and see untuk mengukur kekhawatiran atas lambatnya pemulihan ekonomi negara tersebut.
Selain itu, China kini tengah menghadapi tanda-tanda tekanan deflasi, sementara obligasi pemerintah menguat di tengah prospek lebih banyak stimulus untuk menghidupkan kembali perekonomian.
Hang Seng Hong Kong tak kalah tertekan karena saham-saham raksasa teknologi pekan lalu kehilangan 1,1 persen, dengan kinerja saham raksasa e-commerce Alibaba turun 3 persen.
Indeks acuan Hang Seng kehilangan 0,66 persen pekan lalu, atau 110,65 poin, ditutup pada 16.535,33, dan Indeks Hang Seng China Enterprises merosot 0,75 persen.
(FAY)