MARKET NEWS

Bursa Asia Bergerak Beragam, Drama The Fed Masih Membayangi

TIM RISET IDX CHANNEL 17/07/2025 09:53 WIB

Bursa saham Asia bergerak variatif pada Kamis (17/7/2025) menjelang rilis laporan keuangan dari sejumlah perusahaan teknologi besar.

Bursa Asia Bergerak Beragam, Drama The Fed Masih Membayangi. (Foto: Reuters)

IDXChannel – Bursa saham Asia bergerak variatif pada Kamis (17/7/2025) menjelang rilis laporan keuangan dari sejumlah perusahaan teknologi besar, sementara pasar masih dibayangi ketidakpastian soal masa jabatan Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell.

Mengutip Reuters, TSMC produsen utama chip AI canggih dunia, diperkirakan membukukan lonjakan laba kuartal kedua ke rekor tertinggi.

Namun, prospeknya bisa terbebani oleh tarif impor AS dan penguatan dolar Taiwan. Kinerja keuangan raksasa streaming Netflix (kode saham: NFLX) yang akan dirilis Kamis malam juga menjadi perhatian investor.

“Dengan Netflix yang telah mengungguli indeks S&P 500 sebesar 33 poin persentase sejak awal tahun, dan pasar sudah sepenuhnya percaya pada prospek positifnya, Netflix perlu mencetak hasil luar biasa dan memberikan panduan yang kuat,” ujar Kepala Riset di Pepperstone, Chris Weston.

Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang hanya naik tipis 0,06 persen, STI Index menguat 0,27 persen, dan CSI 300 tumbuh 0,22 persen.

Sementara, indeks Nikkei (NI225) turun 0,11 persen, Shanghai Composite minus 0,03 persen, dan Hang Seng Hong Kong terdepresiasi 0,03 persen. KOSPI Korea Selatan juga melemah 0,21 persen.

Dari sektor ritel global, perusahaan asal Kanada Alimentation Couche-Tard pada Rabu mengumumkan pembatalan rencana akuisisi senilai USD47 miliar atas Seven & i Holdings, dengan alasan kurangnya respons positif dari pihak perusahaan Jepang tersebut. Saham Seven & i pun jatuh 9 persen.

Sementara itu, futures bursa Eropa menunjukkan penguatan, dengan kontrak futures EUROSTOXX 50 naik 0,56 persen, sedangkan FTSE dan DAX masing-masing menguat sekitar 0,4 persen. Sebaliknya, Nasdaq futures dan S&P 500 futures sama-sama turun 0,1 persen.

Pasar global juga masih diliputi kebingungan terkait masa depan Powell di The Fed, setelah muncul kabar bahwa Presiden AS Donald Trump kemungkinan akan segera memecatnya—kabar yang sempat mengguncang saham dan dolar AS.

Trump dengan cepat membantah laporan tersebut, sehingga menenangkan pasar yang sempat volatil. Namun, ia tetap membuka kemungkinan itu dan kembali mengkritik Powell karena belum menurunkan suku bunga.

“Saya kira skenario paling mungkin adalah Powell tetap menjabat hingga akhir masa tugasnya tahun depan. Meski begitu, ini bukan pertama kalinya isu seperti ini muncul, jadi volatilitas nilai tukar dolar akibat gejolak politik bisa saja terus terjadi,” kata Ekonom Senior Asia di UBP, Carlos Casanova.

Pada Kamis pagi, dolar berada dalam posisi rapuh setelah tertekan semalam akibat kekhawatiran atas independensi The Fed. Euro (EUR/USD) terakhir tercatat turun 0,17 persen ke USD1,1620, sementara poundsterling (GBP/USD) melemah 0,13 persen ke USD1,3400 setelah sempat menguat di sesi sebelumnya.

Dolar AS nyaris tak berubah di level 98,49 terhadap sekeranjang mata uang utama (DXY), setelah melemah 0,33 persen semalam.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS juga stabil setelah sempat turun pada Rabu, didorong oleh spekulasi bahwa pemecatan Powell bisa memicu penurunan suku bunga yang lebih cepat dan lebih dalam.

Imbal hasil obligasi tenor dua tahun terakhir berada di 3,9022 persen, sementara imbal hasil acuan 10 tahun berada di kisaran 4,4673 persen.

Di Jepang, imbal hasil obligasi pemerintah naik pada Kamis, mengikuti aksi jual yang dipicu kekhawatiran fiskal menjelang pemilu majelis tinggi pada Minggu mendatang. Imbal hasil obligasi bergerak berlawanan arah dengan harga. (Aldo Fernando)

SHARE